Karya Kriya Daur Ulang, Dari Limbah Jadi Berkah
Editor
Evieta Fadjar Pusporini
Selasa, 16 Desember 2014 21:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan Anugerah Karya Kriya Kreatif Daur Ulang 2014 kepada lima karya terbaik dan lima karya pilihan kepada pelaku kreatif, yang menghasilkan produk dari bahan limbah agar didaur ulang menjadi karya seni.
Penghargaan ini diberikan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta pada Selasa, 16 Desember 2014.
Menurut Arief, penghargaan ini sebagai upaya apresiasi yang dilakukan,"Agar kreasi selalu bisa tumbuh," kata Arief.(Baca : Boros Lilin? Daur Ulang Pakai Alat Ini )
Ia mengatakan, produk kriya daur ulang merupakan bagian dari kriya, yang menyumbang 15 persen atau sekitar Rp 100 juta rupiah dalam ekonomi kreatif.
Arief mengatakan, mengembangkan karya kreatif berbahan daur ulang, ada tiga aspek di dalamnya, yakni mendorong kreativitas berwawasan lingkungan, ekonomi kreatif, dan menciptakan lapangan kerja.
Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahman Sya mengatakan, kegiatan ini telah melalui berbagai tahapan penilaian, yaitu pendataan terhadap sejumlah pengrajin daur ulang di Jawa dan Bali yang menghasilkan 51 nominasi dan diseleksi menjadi 12 nominasi. Dan dipilih 5 pemenang.
Kriteria penilaian berdasarkan kategori penggunaan material, yaitu berbahan serat kombinasi, logam kombinasi, serat kain, plastik, kayu dan kayu kombinasi. Penghargaan dimaksud diberikan tanpa jenjang.
Tim Juri, Prof. Setiawan Sabana (Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung), F.Widayanto (Seniman Keramik), dan Pincky Sudarman (Profesional/Presiden Direktur Alun-Alun Indonesia) menilai, berdasarkan kriteria yakni, kontinuitas berkarya, nilai fungsional dan estetik, orisinalitas ide dan inovasi, pemanfaatan kearifan lokal, penciptaan lapangan pekerjaan, lebih ke arah kalangan usaha kecil, ramah terhadap lingkungan, dan menciptakan limbah menjadi berkah.
Juri menetapkan 5 karya terbaik dan 5 karya pilihan, dan penerima Lifetime Achievement Award, Abdul Kadir atas dedikasinya menciptakan dan mengembangkan sarana atau alat pendukung pembuatan karya daur ulang.<!--more-->
Lima peraih penghargaan yakni, Irma Engelen, dari Yogyakarta, yang mengolah limbah kertas koran, majalah dan brosur menjadi pajangan rumah, Deya Living, dari Solo, mengolah limbah kayu jati bekas bangunan menjadi mangku, piring dan aksesoris rumah. (Baca : Festival Ekonomi Kreatif Tampilkan Napi Craft 2014)
Lalu, Esa Design, dari Bandung, yang mengolah limbah benang sisa pabrik tekstil menjadi benang rajut dan rajutan. Juga Joyce Spiro, dari Jakarta, yang mengolah limbah pecahan keramik kuno menjadi aksesoris seperti bros, cincin dan liontin. Dan Rapu, dari Bandung, yang mengolah limbah kantong plastik bekas menjadi tas dan dompet rajut.
Lima peraih penghargaan pilihan adalah, Jopajapu Living Art, dari Solo, yang mengolah limbah kayu pinus menjadi kriya unik berukuran kurang dari sebesar jari berupa diorama kegiatan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.
Daughter of Klaten, dari Yogyakarta, yang mengolah limbah bungkus kemasan menjadi serat-serat tipis untuk bahan kombinasi tas batik.
Dari Bandung, Faturohman mengolah limbah kain dan kertas daur ulang dari bahan serat batang pohon pisang untuk sampul buku dan kotak kardus.
Mizz Collection, dari Jakarta, yang mengolah limbah tembaga bekas kabel untuk pajangan rumah berbentuk ukiran batik.
Dan Tokamoka dari Bandung, yang memanfaatkan limbah peti kayu dan koran menjadi mainan anak dan pajangan rumah.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Posisi BAB Terbaik, Jongkok atau Duduk?
Perhiasan Gaya Wabi-Sabi dari Jepang
Tukang Batu ala Rosalyn Citta Paramitha
Pilih Bali, Nagita Slavina Ingin Cepat Punya Anak