Masuk Disneyland , Vaksin Campak Lebih Dulu

Reporter

Jumat, 6 Februari 2015 05:53 WIB

Seorang wanita memakai bando Daisy Bebek berfoto diantara tokoh klasik Donald dan daisy Bebek. Banyak pengunjung dewasa memakai aksesoris tokoh kartun yang mereka sukai saat berkunjung di Disneyland. Tempo/Rully Kesuma

TEMPO.CO , Anaheim: Disneyland adalah tempat membahagiakan di muka bumi untuk anak-anak. Namun, hati-hati ada sedikit hal yang bisa mengurangi kebahagiaan.

Pejabat kesehatan di California, Amerika Serikat memberi peringatan kepada anak dan semua orang untuk menjauh dari Disneyland sebelum mereka mendapatkan vaksinasi atau imunisasi penuh, terutama campak.

Ini berarti, semua bayi di bawah usia setahun, yang terlalu muda untuk divaksin, serta semua orang yang punya beragam alasan untuk tak imunisasi, disarankan untuk tak berkunjung ke Disneyland sebelum mereka mendapat vaksin. Hal ini terjadi karena merebaknya kasus penyebaran virus campak. Jumlah kasus ini belakangan makin meningkat di California.

Virus yang menular dan berpotensi mematikan ini telah menginfeksi sedikitnya 70 orang di enam negara bagian dan di Meksiko. Mengingat kondisi bahwa ada orang-orang dari seluruh dunia yang mengunjungi Disneyland, maka kemungkinan tempat ini bisa menjadi tempat epidemi campak dan berpotensi meningkatkan jumlah orang yang terjangkit penyakit ini.



Dilansir dari NBC News, kasus terbaru adalah seorang perempuan Arizona berusia 50 tahun. Ia terjangkit campak i setelah mengunjungi taman bermain ini pada bulan Desember lalu.

"Kami sudah memiliki banyak kasus dalam dua setengah minggu sebanyak kasus yang ada di California setahun lalu," kata Gil Chavez, ahli epidemiologi California. "Dari wabah ini, kami bisa memprediksi adanya kasus tambahan. Maka, kasus ini bisa dicegah dengan vaksin."

"Orang-orang bertanya, apakah aman untuk mengunjungi tempat di mana campak sudah teridentifikasi ada dan berkembang. Jawabannya adalah ya, tetapi Anda harus sudah divaksinasi sebelumnya," kata Chavez.

Penularan campak melalui udara dan virusnya bisa tetap ada di kamar seseorang sekalipun si penderita sudah sembuh. Manusia bisa menjadi vektor penyebar virus ini sekalipun mereka sendiri belum mengalami gejala ini. Karena campak terlihat seperti orang yang terkena penyakit flu, sebelum berkembang menjadi ruam merah.

Campak lebih menular daripada polio, cacar atau flu. Dalam populasi orang yang tak divaksin, penderita bisa menginfeksi 11-18 orang. Sedangkan pada virus flu, setiap pasien hanya bisa menginfeksi 2-5 orang lainnya.

Sekitar 90 persen orang yang tak divaksin, tubuhnya tidak memiliki kekebalan. Sehingga saat mereka bernapas atau bersentuhan dengan penderita atau calon penderita maka mereka langsung terjangkit.

Virus ini memiliki masa inkubasi 21 hari, dan ini mengakibatkan orang-orang yang sudah terinfeksi dapat melakukan perjalan jauh sebelum mereka sadar kalau mereka terjangkit virus campak. "Campak bukan penyakit sepele," kata Chavez.

Warga Amerika kebanyakan takut divaksin karena dianggap bisa menyebabkan penyakit lainnya. Penelitian sudah membuktikan bahwa vaksin gabungan campak, gondong dan rubella (MMR) tidak menyebabkan autisme. "Vaksinasi itu aman dan efektif."

CNN | NBC NEWS | WINONA AMANDA

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya