Kisah Pemuda Kampung Parung Garut Berbagi Ilmu Cukur
Editor
Heru Triyono
Senin, 25 Mei 2015 20:19 WIB
TEMPO.CO, Garut - Selembar kain sarung digunakan Uwie Gunadi, 20 tahun, untuk memayungi tubuh Dias, 12 tahun, dari serpihan rambut. Ia kemudian memilah-milah rambut dan memainkan gunting andalannya. Pertama-tama bagian belakang, samping, lalu meratakan bagian yang masih miring. Ia membuat bagian kanan sama cepak dengan kiri--yang dilakukan tanpa cermin. "Nah! Sudah selesai," kata Uwie. Dias pun tampil dengan model rambut pompadour.
Inilah kultur warga Kampung Parung, Desa Bagendit, Banyuresmi, Garut. Di atas bale kayu, mereka berbagi ilmu cukur ke sesama pemuda, sambil nongkrong di hamparan sawah yang dilindungi pohon-pohon besar dengan pemandangan Gunung Papandayan. "Rambut anak-anak adalah ‘bangku sekolah’ kami," kata Ade Syamsudin, 47 tahun, salah seorang pencukur senior di Kampung Parung, seperti ditulis Koran Tempo Minggu, 24 Mei 2015.
Selama dua hari di sana, Tempo melihat bagaimana potongan rambut anak-anak dan pemuda di sana begitu trendi dan rapi jali. Sulit menemukan pria gondrong. Ade mengatakan, sementara dulu gaya rambut mereka cenderung bergaya polka, cepak, atau mohawk, kini mode rambut bergeser pada pompadour yang menyisakan rambut bagian atas--sementara bagian belakang dan samping kanan-kiri dipotong tipis. "Kalau rambutnya berantakan, diusir dari kampung," kata Iman Sudirman, salah seorang pencukur senior, bercanda.
Jadi tukang cukur terbukti sukses sebagai pendulang rejeki. Rumah-rumah di Kampung Parung memiliki tampilan bagus. Rata-rata bertipe 36 dan 60--dengan warna dinding mencolok seperti biru dan hijau. Pekarangannya cukup besar dengan rupa-rupa tanaman. Saat senggang, para orang tua dan pemuda berkumpul di tepi jalan. Rata-rata mereka adalah tukang cukur yang sedang mudik--untuk mengikuti pemilihan Kepala Desa Bagendit yang dilakukan pada Kamis, 21 Mei 2015.
Sebanyak 95 persen mata pencaharian warga Kampung Parung memang mencukur. Yang paling ternama adalah Agus Wahidin, tukang cukur mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nyaris tak ada orang di Parung yang tak mengenal Agus. Sosoknya melegenda, dan kini namanya berubah menjadi Agus SBY. “Padahal hampir semua menteri sudah saya cukur, tapi identiknya dengan SBY,” kata Agus.
HERU TRIYONO