94 Persen Benang Bedah di Indonesia Impor

Reporter

Minggu, 20 September 2015 16:28 WIB

Ilustrasi dokter bedah. bet.com

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan sebanyak 94 persen benang bedah yang beredar di Indonesia dan digunakan oleh para dokter masih impor. "Di Indonesia, sebanyak 94 persen kebutuhan benang bedah masih impor," kata Linda, dalam peresmian pabrik benang bedah nasional pertama di Indonesia, PT Triton Manufactures, Sabtu, 19 September 2015, di Sentul, Jawa Barat.

Ia mengatakan sampai saat ini pun baru satu perusahaan yang memproduksi benang bedah buatan sendiri. "Sisanya asing, dan didominasi oleh Jerman," katanya.

Memproduksi benang bedah dalam negeri tentu akan mengurangi pengeluaran para pengguna alat kesehatan itu. Pimpinan Triton Manufacture Wawan Lukman mengatakan dengan memproduksi sendiri, pihaknya berani menjual benang bedah dengan harga 30-40 persen lebih murah dibandingkan barang impor. Pengurangan itu terjadi karena pengurangan pajak impor sehingga bisa membantu devisa negara.

Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengatakan benang bedah merupakan salah satu alat kesehatan yang sangat diperlukan. Nila mengatakan dalam data yang dimilikinya, Jaminan Kesehatan Nasional harus menganggarkan sebanyak 30 persen untuk masalah bedah. Bila digunakan benang bedah lokal dengan kualitas global dan harga miring, tentu JKN akan mengalami penghematan yang signifikan.

Dari sisi kasus, kata Nila, kecelakaan ada di peringkat nomor dua di Indonesia. Kecelakaan pun terkadang memerlukan tindakan jahit yang tentunya menggunakan benang bedah.

Ahli bedah tulang, Idrus Paturusi, pun mengaku benang bedah adalah salah satu hal yang dibutuhkan saat ini. Menurut mantan Rektor Universitas Hassanudin ini, ada sekitar 3 ribu dokter bedah yang menggunakan benang bedah dalam sekali operasi. "Tentu akan berkali lipat jumlah yang diperlukan bila dokter itu melakukan lebih dari sekali operasi masing-masingnya," kata Idrus.

Menteri Nila pun mendorong para produsen untuk mengembangkan teknologi dalam hal alat kesehatan, khususnya benang bedah. Dengan kuantitas mesin dan teknologi yang dimilikinya, tim dari Triton Manufacture mengaku hanya bisa memenuhi kebutuhan pasar Indonesia sebesar 15-20 persen saja. "Padahal bila lebih banyak diproduksi dengan kualitas baik, akan lebih banyak pula membantu Jaminan Kesehatan Nasional," katanya.

Triton Manufacture memproduksi benang bedah buatan lokal berawal dari pengalaman Indonesia menghadapi krisis ekonomi 1998. Indonesia sempat mengalami kelangkaan produk alat kesehatan karena tingginya kurs dolar terhadap rupiah. Maklum, saat itu, semua alat kesehatan Indonesia harus diimpor dan menggunakan mata uang dolar sebagai alat transaksinya. Menteri Kesehatan saat itu, Farid Moeloek, menyarankan agar Triton memproduksi alat kesehatan khususnya benang bedah untuk dalam negeri.

MITRA TARIGAN

Berita terkait

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

2 hari lalu

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

Spesialis bedah saraf tak menganjurkan penderita nyeri punggung untuk melakukan berbagai aktivitas berikut beserta alasannya.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

7 hari lalu

Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

Di Indonesia pernah ditemukan kasus batu ginjal langka. Ukurannya sebesar kepala manusia.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

12 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

12 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

13 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

22 hari lalu

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

23 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya