Kylie Jenner Lahiran, Waspadai Perkembangan Janin Hamil Muda
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Kamis, 8 Februari 2018 16:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Aktris Kylie Jenner baru saja melahirkan anak pertamanya pada hari Kamis, 1 Februari 2018. Ia mengumumkan berita kelahiran bayi perempuannya bersama dengan permohonan maaf karena menutup berita kehamilannya lewat akun Instagram pribadinya, @kyliejenner. Kylie Jenner melahirkan anak pertamanya itu pada usia 20 tahun. Usia itu tergolong muda.
Menurut dokter spesialis kandungan, Dwiana Ocviyanti atau akrab dipanggil Ovy, mengandung serta melahirkan di bawah usia 21 tahun memiliki risiko yang sangat tinggi. Sebab, perempuan masih mengalami pertumbuhan hingga usia 21 tahun. Berarti, perkembangan tubuh mereka belum sempurna, mulai dari tulang, jaringan tubuh, area vital, dan lain-lain. Baca: Kylie Jenner Melahirkan, Apa Efek Punya Anak di Usia Muda?
Hamil di usia muda juga tidak hanya berisiko bagi sang ibu, tetapi juga pada bayi. Menurut data yang dijelaskan Ovy, perempuan yang hamil di bawah usia 19 tahun memiliki risiko keguguran yang tinggi. Risiko lainnya yang dapat dialami anak adalah perkembangan janin yang kurang optimal. “Kita kan tidak cuma mengharapkan (bayi) lahir dan hidup, tapi lahir dan anaknya berkembang dengan baik,” ujar Ovy saat dihubungi Tempo pada 6 Februari 2018.
Menurut Ovy, kualitas anak bukan hanya dilihat dari segi fisik, tapi juga pertumbuhan jangka panjang anak. Anak ditakutkan akan berpotensi menderita stunting. “Stunting itu adalah anak yang tumbuhnya tidak optimal. Stunting juga berhubungan dengan usia kehamilan muda dan 3T–terlalu muda, terlalu banyak, dan terlalu rapat (jarak kelahiran antar anak),” kata Ovy. Baca: Tangani Pecandu Narkoba dengan Terapi Akupuntur dan Zat Herbal
Selain itu, Ovy juga menjelaskan kemungkinan lain yang mungkin terjadi. Remaja lebih rentan bersikap acuh tak acuh. Karena itu, mereka berisiko merasa tidak sanggup mengurus bayi di samping mengurus diri mereka sendiri. Ia sangat mengkhawatirkan kematangan emosional remaja yang memiliki anak di usia muda. “Angka putus ASI itu tinggi sekali padahal kita sarankan ASI minimal 6 bulan sampai 1 tahun. Mana sabar dia (remaja) untuk nyusuin? Namanya juga anak-anak,” kata Ovy.
Menurut dokter lulusan Universitas Indonesia tersebut, pemerintah saat ini sedang berusaha menekan angka stunting dengan mencegah perempuan Indonesia melahirkan bayi-bayi berpotensi stunting. Oleh karena itu, ibu harus memenuhi kebutuhan gizi saat hamil. Setelah anak lahir, ibu harus menyusui, cukup makan, menjaga asupan gizi, memastikan anak tidak sakit-sakitan, dan rutin imunisasi. “Kita harus mengusahakan anak untuk tumbuh kembang optimal supaya bisa bersaing. Bukan sekedar lahir dan hidup,” kata Ovy.
MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA