Annisa Bahar Vs Juwita, Cek 6 Jurus Ampuh Jaga Hubungan Keluarga
Reporter
Tempo.co
Editor
Susandijani
Selasa, 20 Februari 2018 19:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan antara Annisa Bahar dan anaknya, Juwita Bahar, semakin memanas. Seperti diberitakan Tempo.co, Annisa Bahar telah memutuskan untuk membuang Juwita Bahar dari daftar keluarga. "Mungkin dia sudah tidak menganggap saya lagi sebagai ibunya. Mungkin dia juga sudah buang saya sebagai ibu yang melahirkannya. Saya harap masyarakat mengerti akan hal ini. Bagaimanapun Juwita tak lagi jadi urusan saya," ujar Annisa Bahar memaparkan.
Perseteruan ini disebabkan karena Juwita memutuskan untuk tinggal bersama pacarnya sebelum menikah. Juwita sendiri telah tinggal dengan pacarnya, Deddy, selama hampir tiga tahun. Annisa Bahar menganggap, Juwita selalu melawan dan bersikap seolah-olah tidak membutuhkan ibunya. Dia juga selalu mementingkan kekasihnya.
Karakteristik hubungan ibu dan anak perempuannya jelas berbeda pada setiap orang. Namun, menurut psikolog Roni Cohen-Sandler, ada tiga keluhan yang biasa dimiliki anak untuk ibunya, yaitu sifat ibunya yang suka menggurui, mengkritik, dan menuntut. Sedangkan ada tiga permasalahan yang sering ditemui ibu pada anak perempuannya, yaitu tidak mau mendengar ibunya, tidak dapat mengambil keputusan tepat, dan tidak memiliki waktu untuk ibunya.
Baca juga: Video Viral Bu Dendy: Sang Korban Membela Diri, Apa Solusi Ahli?
Menurut sebuah studi, kualitas hubungan ibu dan anak perempuan menentukan masa depan anak serta sikap menghargai dirinya sendiri. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk memperhatikan kualitas hubungan dengan anak perempuannya. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas hubungan ibu dan anak perempuannya.
1. Berani memulai
Menurut terapis pernikahan dan keluarga Linda Mintle, hubungan ibu dan anak perempuan tidak akan berkembang jika keduanya memiliki rasa segan atau malu-malu untuk bersikap inisiatif. “Pikirkan tentang bagaimana perasaanmu terhadap hubungan dengan ibu/anakmu dan temukan cara untuk mengubah itu (menjadi sesuatu yang lebih baik),” ujarnya.
2. Introspeksi Diri
Hubungan ibu dan anak maupun hubungan lainnya tidak bersifat satu arah. Banyak yang berpikir, untuk memperbaiki hubungan, pihak lainnya harus mengubah sikap. Padahal, ia pun harus turut mengubah sikapnya. Mintle mengandaikan introspeksi dalam hubungan seperti dansa. Jika satu orang mengubah gerakan dansa, pasangannya otomatis akan ikut berubah mengikuti gerakannya.
Baca juga: Heboh Video Viral Bu Dendy: Suami Direbut, Pelakor Dilempar Uang
3. Jaga Komunikasi
Kurang komunikasi adalah masalah besar yang biasa dihadapi ibu dan anak. Menurut Sandler, ibu dan anak umumnya merasa memiliki hubungan yang sangat dekat sehingga mereka jarang berkomunikasi. Sebab, mereka menganggap sudah mengerti satu sama lain tanpa harus berkomunikasi secara terang-terangan. Padahal, komunikasi tetap diperlukan karena ibu dan anak sebenarnya tidak dapat membaca pikiran satu sama lain. Menurut Sandler, untuk menciptakan komunikasi yang baik, ibu maupun anak harus berbicara secara halus dan tulus dari hati ke hati.
4. Menjadi Pendengar yang Baik
Menurut Sandler, mendengarkan secara aktif harus dilakukan untuk menunjukkan rasa kepedulian. Selain itu, mendengar secara aktif dapat dijadikan bukti bahwa Anda telah mendengarkan ibu atau anak Anda. Dengan begitu, mereka akan merasa didengar dan dimengerti. Cara untuk menjadi pendengar aktif adalah dengan merefleksi atau mengulang kembali cerita yang mereka sampaikan. Tunjukkan bahwa Anda mendengar dan mengerti maksud mereka.
5. Belajar Memaafkan
Memaafkan adalah sebuah aksi individu. Menurut Mintle, tindakan memaafkan berbeda dengan rekonsiliasi yang melibatkan kedua pihak. Memaafkan itu lebih dari sekadar memaklumi kesalahan. Dengan memaafkan, kekuatan dari kata maaf itu akan bermanfaat baik bagi kesehatan mental maupun fisik Anda.
Baca juga: Siapa yang Tak Aman Mengkonsumsi Durian? Cek Solusi Ahli
TABLOID BINTANG | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA