Heboh Dokter Terawan, Ini Fakta tentang Heparin

Reporter

Tempo.co

Editor

Susandijani

Kamis, 5 April 2018 05:30 WIB

Ilustrasi peneliti di laboratorium. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Terawan Agus Putranto, diberikan sanksi pemecatan sementara selama 12 bulan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.

Seperti diberitakan Tempo.co, keputusan tersebut merupakan hasil dari proses laporan soal dokter Terawan sejak beberapa tahun lalu. “Tapi sudah tahunan, lah, untuk keseluruhan proses,” ujar sekretaris MKEK PB IDI, Pukovisa Prawiroharjo, pada Rabu, 4 April 2018 lalu.

Baca juga:
Asian Games 2018: No Medical No Games, Apa Artinya?
Festival Cheng Beng, Ikhlas Jadi Kunci Proses Kremasi
Dokter Terawan Dipecat IDI, Begini Reaksi Para Mantan Pasien

Dokter Terawan dikenal dengan metode penanganan medis penyakit stroke yang disebut metode cuci otak atau brain washing (BW). Metode ini dilakukan dengan teknik yang sederhana, yaitu dengan membersihkan saluran gorong-gorong yang tersumbat. Sebab, salah satu penyebab terjadinya stroke adalah penyumbatan aliran darah ke otak atau stroke iskemik. Dengan metode ini, pembuluh darah diklaim dapat dibersihkan dan bekerja kembali dengan normal. Untuk membersihkan sumbatan di otak tersebut, Terawan menggunakan cairan heparin yang memberi pengaruh terhadap pembuluh darah. Heparin dikenal sebagai antikoagulan (anti-pembekuan darah), agen anti-inflamasi, dan anti-oksidan.

Namun, metode ini mendapat banyak tentangan dari para ahli saraf. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Hasan Machfoed, obat yang digunakan dalam metode cuci otak, yaitu Heparin, tidak bisa digunakan sebagai terapi stroke. Heparin hanya berfungsi untuk mencegah pembekuan dara selama tindakan (DSA) yang menjadi dasar prosedur metode cuci otak tersebut. Obat yang bisa digunakan untuk menghancurkan clot atau pembekuan darah adalah r-TPA.

Untuk menjelaskan logika metode tersebut, ia mengandaikan kisah seorang pasien yang mengalami gejala batuk-batuk. Ia akan melalui serangkaian tes, salah satunya adalah rontgen. Namun, apakah hanya dengan rontgen pasien bisa dinyatakan sembuh? Jawabannya adalah tidak. Hal itu sama saja dengan metode cuci otak yang mengandalkan Digital Substraction Angiography (DSA) sebagai terapi stroke. DSA sendiri digunakan untuk memberi gambaran lumen pembuluh darah tubuh, biasanya digunakan untuk mendiagnosis stroke.

Karena itu, Hasan menyatakan bahwa metode cuci otak tidak memiliki landasan ilmiah yang kuat. Sebab, secara klinis, DSA dengan Heparin hanya berfungsi untuk diagnosa guna melihat deviasi pembuluh darah pada otak. Hasan mengatakan, Heparin sendiri jika terlalu banyak dikonsumsi tubuh dapat menimbulkan perdarahan otak.

ABDUL RAHMAN | NUR ALFIYAH | MUHAMMAD HENDARTYO | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Mengapa Penderita Kolesterol Sebaiknya Menghindari Masakan Bersantan?

14 jam lalu

Mengapa Penderita Kolesterol Sebaiknya Menghindari Masakan Bersantan?

Saalah satu yang wajib dihindari penderita kolesterol adalah makanan bersantan. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

22 jam lalu

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

Efek akut marah-marah pada kerja pembunuh darah, yang mungkin menambah peluang serangan jantung dan stroke.

Baca Selengkapnya

Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

1 hari lalu

Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

Tak sekedar olahraga dan makan sehat, ada cara lain yang mungkin tak pernah Anda duga tapi baik untuk kesehatan jantung.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

2 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

4 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

8 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

12 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Perlu Dilakukan Wanita untuk Menangkal Stroke

12 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dilakukan Wanita untuk Menangkal Stroke

Pakar kesehatan membagi lima tips buat kaum wanita untuk menurunkan risiko terserang stroke. Pasalnya, risiko pada perempuan dinilai lebih besar.

Baca Selengkapnya

Makanan yang Dianjurkan Pakar Saraf untuk Pasien Stroke

12 hari lalu

Makanan yang Dianjurkan Pakar Saraf untuk Pasien Stroke

Pakar saraf menyarankan pasien stroke memakan kacang-kacangan karena mengandung antioksidan tinggi. Apa lagi yang dianjurkan?

Baca Selengkapnya