Segudang Manfaat Bubuk Kari untuk Kesehatan
Reporter
Afrilia Suryanis
Editor
Mitra Tarigan
Kamis, 19 April 2018 19:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bubuk kari merupakan bumbu masakan asli Asia Selatan. Bubuk ini dipopulerkan pada abad ke-19 dan ke-20 di belahan dunia lain karena ekspor massalnya sebagai bumbu, setelah ditemukan oleh pengunjung kolonial. Pada pertengahan abad ke-20, masakan India menjadi lebih populer di seluruh dunia, sehingga kari- kemudian menjadi kari bubuk- tersedia secara luas.
Bubuk kari adalah bumbu rempah populer yang memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Bahan bubuk kari yang paling umum dan menguntungkan adalah kunyit, ketumbar, kapulaga, jinten, kemangi manis, dan cabai merah. Baca: 4 Jurus Menangkal Uban di Rambut, Waspada Tiroid
Berikut ini manfaat kurkumin bagi kesehatan
1. 'Bintang dalam pencegahan diabetes tipe 2
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Journal Diabetes, Ekstrak kurkumin 100 persen efektif mencegah diabetes tipe 2.
2. Radang sendi
Sebuah studi pada 2012 yang diterbitkan dalam journal Pythotherapy memberi bukti pertama tentang keamanan dankeunggulan pengobatan kurkumin bagi pasien radang sendi.
3. Ampuh menghalau depresi
Studi MDD pada 2014 yang membandingkan ekstrak kurkumin dengan fluoxetine (alias prozac) menyimpulkan, ekstrak kurkumin ternyata efektif dan aman. Baca: Seks Saat Haid, Amankah? Tilik 3 Risikonya
4. Kanker
Beberapa penelitian menemukan bahwa kurkumin memberi dampak positif pada berbagai jenis kanker yang ada.
5. Osteoarthritis atau gangguan persendian
Dalam studi klinis yang diterbitkan pada 2012, Kurkumin bisa dijadikan obat nonsteroid anti-inflamasi yang populer bila dibandingkan dengan pengobatan secara langsung.
6. Penyakit jantung
Kurkumin sebanyak 200 miligram meghasilkan apa yang ditentukan sebagai peningkatan 3 persen dalam pelebaran aliran dimendiasi. Angka itu merupakan ukuran fungsi pembuluh darah yang sehat. Baca: 4 Tips Agar Sarapan jadi Kebiasaan
7. Dapat mencegah dan membalikkan diabtes tipe 1
Ekstrak kurkumin dapat mencegah bahkan membalikkan diabetes tipa 1 dan tipa 2 sesuai dengan hasil beberapa penelitian.