Hari Kartini: Hellen Kurniati, antara Perempuan Smart dan Buaya

Sabtu, 21 April 2018 10:05 WIB

Maria Margaretha Suliyanti, Hellen Kurniati (dua paling kiri) dan Mutia Dewi Yuniati (paling kanan) dalam acara diskusi Wanita Tangguh dalam IPTEK Bangsa di Media Center LIPI, Jakarta Selatan, Jum'at, 20 April 2018. (TEMPO/Khory)

TEMPO.CO, Jakarta- Kartini adalah semangat bekerja untuk meneliti buaya. Begitu disebutkan peneliti Herpetologist dari Pusat Penelitian Biologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hellen Kurniati.

"Buat saya, makna Kartini itu sebagai penyemangat kerja. Karena saya bekerja dengan satwa liar, buaya," ujar Hellen dalam diskusi publik bertema Wanita Tangguh dalam IPTEK Bangsa di Media Center LIPI, Jakarta Selatan, Jum'at, 20 April 2018.

Baca juga:
Nutrisi pada 1000 Hari Pertama, Cegah Penyakit pada Anak
Rambut di Area Intim Perlu Dicukur Habis? Intip Kata Dokter

Anak kedua dari tiga bersaudara ini bergabung dengan LIPI pada 1988. Fokus bidang yang ditekuninya berkaitan dengan buaya dan suara kodok. Dia mempelajari tentang pola perilaku buaya dan kodok secara detil untuk kepentingan konservasi.
Peneliti Buaya Hellen Kurniaty (TEMPO/Khoiry)

Sejak menjadi mahasiswa, Hellen sudah biasa pergi-pergi jauh. Akhirnya keluarga pun tidak terlalu mempermasalahkan apa yang dia lakukan sekarang. Keluarga, kata dia, setuju dengan apa yang dia lakukan.

"Jadi ibu saya tak pernah cemas tentang pekerjaan saya di LIPI dengan meneliti buaya," tambah wanita 56 tahun itu. "Kalau keluarga tidak ada yang melarang, karena saya belum berkeluarga, jadi santai saja."

Karir peneliti perempuan, kata Hellen, tidak ada perbedaan, yang menentukan adalah kompetensi dan bukan gender. Peneliti, menurut Hellen hanya dituntut untuk melalukan publikasi penelitiannya.

Menjadi seorang peneliti bukan cita-cita Hellen sejak kecil. "Cita-cita saya sejak kecil ingin jadi dokter hewan. Saya dari kecil memang sayang binatang," kata dia.

Baca: Menu Kuliner Akhir Pekan: Jangan Lupa Bumbu Kari, Ini Manfaatnya

Selama di lapangan berbagai medan sudah dilalui, hal buruk pun tidak dapat dihindari. Hellen menceritakan pengalamannya selama melakukan penelitian.

"Saya pernah kejadian digigit buaya, tapi buaya yang baru menetas. Ternyata sifat buas buaya sudah muncul sejak baru menetas. Waktu itu saya membantu membuka cangkangnya," ujar wanita kelahiran Jakarta itu.

Bagi dia, menulis hasil penelitian adalah pekerjaan yang melelahkan otak. Namun, Hellen berujar, setelah dipublikasikan dan dibaca banyak orang, ini menjadi energi baru untuk otaknya.

"Karena perempuan yang cantik itu smart dan punya ciri yang beda dengan perempuan lain, serta bisa membuat kagum," tambah Helen terkait arti perempuan di Hari Kartini 2018 ini.

Berita terkait

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

1 hari lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

2 hari lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

5 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

5 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

6 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

6 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

6 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

8 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

10 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya