Mata Minus di Atas 6? Coba ZLASIK, Cek Keterangan Dokter

Senin, 30 April 2018 15:31 WIB

ilustrasi periksa mata (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan refraksi, menurut data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, adalah penyebab gangguan mata terbanyak di seluruh dunia. Gangguan refraksi merupakan salah satu gangguan pada penglihatan, di mana pembiasan cahaya yang masuk ke retina mata tidak bisa fokus meskipun media pembiasan di mata jernih. Sehingga penglihatan akan gelap atau pun buram.

Terjadinya gangguan penglihatan tentunya berdampak pada kualitas hidup, Anda sulit untuk bekerja, bersosialisasi atau melakukan aktivitas lainnya.

Terkait gangguan refraksi itu, dokter spesialis mata, Zoraya Ariefia Feranthy, mengungkapkan ada beberapa pilihan 3 terapi yang dapat diterapkan untuk mengatasinya. “Yaitu [penggunaan] kacamata, kontak lensa, dan bedah refraktif,” ungkap Zoraya di konferensi pers terkait LASIK dalam rangka 1st Anniversary SILC Lasik Center pada 30 Mei 2018 di Jakarta.

Baca juga:
Kim Jong Un, Ada Toilet di Mobil Dinasnya? Alasan Kesehatan?
Para Pekerja ini Sering Dapat 'Proyek Roro Jonggrang'
Untung Rugi Punya Rumah Dekat Gerbang Tol

Khusus bedah refraktif, salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan adalah Laser Assisted In Situ Keratomileusis(LASIK). LASIK merupakan metode yang pada prinsipnya mengubah kelengkungan kornea dengan penggunaan laser. “Sehingga kelainan refraksi dapat terkoreksi,” ucapnya.

Disebutkan juga ada dua prosedur yang LASIK yang diterapkan selama ini. Yaitu metode TRANS-PRK dan ZLASIK. Melalui TRANS-PRK, gangguan refraksi diatasi dengan melakukan bedah laser di mana tidak ada sentuhan ke kornea mata Anda oleh apapun selain alat laser.

“Sedangkan ZLASIK mengubah kelengkungan pada kornea mata melalui penggabungan penggunaan laser dengan pembuatan flap atau lapisan tipis pada kornea mata,” ucap Zoraya.

Untuk pemilihan prosedur yang tepat, lanjut Zoraya, sangat tergantung dari kondisi kornea pasien itu sendiri. “Diperiksa bagaimana kondisi korneanya, bagaimana bentuknya, ukuran refraksinya berapa,” dan setelah itu barulah ditentukan prosedur mana yang tepat untuk dilakukan.

Advertising
Advertising

Untuk mata yang memiliki minus di atas enam dioptri akan dilakukan tindakan ZLASIK. Sedangkan, untuk minus yang kecil atau dibawah enak dioptri akan dianjurkan melakukan TRANS-PRK.

Mengapa? Alasannya, lanjut Zoraya, karena kedalaman kornea yang akan dilaser pada mata dengan minus di atas enam akan lebih besar dibanding lapisan kornea dengan minus dibawah enam. “Jadi, tugas kita [dokter] adalah memandu tatapelaksanaan terapi apa yang tepat berdasarkan kondisi kornea pasien.”

Berbicara mengenai risiko dan komplikasi yang bisa terjadi setelah penerapan prosedur, Zoraya mengatakan bahwa untuk hal tersebut memang akan ada. Namun, hingga saat ini, berdasarkan jurnal-jurnal yang memang sudah banyak dipublikasikan, presentase risiko dan komplikasi setelah bedah LASIK sangat kecil sekali. “Karena itu, yang harus diperhatikan sebenarnya adalah bagaimana pasien tersebut merawat dan menjaga kesehatan mata setelah dilakukan LASIK,” kata Zoraya.

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

2 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

4 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

11 hari lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

12 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

13 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

13 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

14 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

14 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

14 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya