Jadi Faktor Risiko Kematian Terbesar, Waspadai Hipertensi

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 22 Mei 2018 10:40 WIB

TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta - Memperingati Hari Hipertensi Sedunia pada 17 Mei, Philips Indonesia ingin meningkatkan kesadaran akan penyakit tidak menular di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menemukan bahwa 25,8 persen masyarakat Indonesia menderita hipertensi. Namun, hanya 1/3 yang terdiagnosa, dan hanya 0,7 persen kasus yang dikontrol dengan obat .

Saat ini, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia, dengan angka kematian 19.79 persen dari total kematian dan tingkat kematian hingga 186,29 per 100.000 orang. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi nomor satu di dunia . Indonesia Stroke Registry, sebuah studi berbasis rumah sakit yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) bekerjasama dengan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menemukan bahwa hipertensi merupakan faktor resiko stroke terbesar pada 77 persen . Baca: Perceraian Meningkat, Simak Cara Mencegahnya

Dokter spesialis saraf Mursyid Bustami mengatakan tekanan darah yang tinggi akan merusak dinding arteri di seluruh tubuh. Pembuluh darah yang rusak akibat hipertensi akan rentan tersumbat dan juga mudah pecah. “Sehingga penderita penyakit tekanan darah tinggi akan memiliki risiko yang tinggi terserang stroke baik stroke penyumbatan pembuluh darah (iskemik) atau stroke pecahnya pembuluh darah. Karenanya, sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah untuk menurunkan resiko stroke,” kata Mursyid dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 21 Mei 2018. Baca: Pentingnya Belajar Musik Bagi Anak-Anak Erwin Gutawa

Mursyid menambahkan pada umumnya hipertensi tidak memiliki gejala yang khas, sehingga banyak orang tidak mengetahui bahwa dia telah menderita hipertensi. Di lain pihak kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin sangat rendah. Sebagian besar masyarakat baru mengetahui bahwa dia menderita hipertensi setelah terkena penyakit akibat hipertensi. “Untuk mencegah penyakit akibat hipertensi sangat diperlukan kesadaran akan pentingnya memeriksakan diri secara rutin dalam rangka deteksi dini,” katanya.

Mursyid menjelaskan pentingnya mengurangi garam dan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran. Kita juga sebaiknya menjaga berat badan pada angka ideal dan berolahraga teratur. Untuk mereka yang sudah terkena hipertensi, sebaiknya segera mendapatkan perawatan dan rajin memonitor tekanan darah. “Masyarakat pada umumnya tidak menganggap penting tindakan pencegahan, terutama deteksi dini,” katanya.

Memang ada beberapa hambatan orang saat ingin melakukan deteksi dini. Rata-rata saat ini pasien hanya akan pergi ke fasilitas kesehatan ketika sudah jatuh sakit. “Pola pikir seperti ini harus berubah. Kesadaran untuk hidup sehat memang sudah cukup baik, tetapi tidak demikian dengan deteksi dini,” kata Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo. Baca: Apa Beda Seragam Pernikahan Pangeran Harry dan Pangeran William?

Suryo mengatakan Philips berkomitmen untuk meningkatkan kehidupan masyarakat melalui edukasi dan inovasi di setiap tahap rentang kesehatan. Suryo dan timnya ingin membuat orang-orang menyadari pentingnya mengadopsi gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan untuk deteksi dini. “Ketika mereka jatuh sakit, mendapatkan diagnosa dan menjalani perawatan yang tepat dengan disiplin juga penting, dan kami ada di setiap tahapan itu,” katanya.

Sejalan dengan komitmen Philips untuk memberikan perawatan berkualitas di seluruh rentang kesehatan (health continuum), Philips mendorong kehidupan serta gaya hidup yang sehat, termasuk kebiasaan makan yang baik sedini mungkin, sejak masa kanak-kanak. Melalui peralatan dapur inovatif, seperti Airfryer, juicer, steamer food, hingga blender yang memungkinkan persiapan makanan buatan sendiri yang sehat untuk seluruh keluarga dengan cara yang cepat dan praktis.

Salah satu solusi Philips untuk pasien hipertensi, meski belum tersedia di Indonesia, adalah Philips eCareCompanion, sebuah aplikasi telemedis yang mudah diakses pasien menggunakan tablet di rumah dan digunakan untuk membagikan informasi kesehatan dengan tim medis yang merawatnya. Hanya dengan beberapa sentuhan pada layar, pasien bisa memasukkan informasi data kesehatan dan mengirimkannya ke tim perawat untuk ditinjau. Pasien juga bisa menjawab pertanyaan survei, membalas email, menerima pengingat tentang rencana perawatan mereka dan melakukan video call dengan penyedia layanan kesehatan mereka. Baca: Waspadai Anak Cedera di Arena Bermain Anak

Suryo tahu Indonesia memang belum semaju Amerika Serikat ataupun negara-negara Eropa, tetapi kita pelan-pelan mengarah ke sana. “Harapannya, jika sudah sampai pada titik itu, solusi telemedis dan software development bisa menjadi salah satu solusi untuk memperkuat jangkauan akses layanan kesehatan di negara ini,” kata Suryo.

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

10 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

10 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

11 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

11 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

12 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

12 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

12 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Diet Mediterania Bantu Pasien Kurang Risiko Hipertensi

13 hari lalu

Diet Mediterania Bantu Pasien Kurang Risiko Hipertensi

Peserta diet Mediterania biasanya konsumsi lebih banyak sayuran, buah, kacang, biji-bijian, minyak sehat, serta ikan dan makanan laut jumlah sedang.

Baca Selengkapnya