Sentuhan Generasi Milenial Bisa Seampuh Gober Bebek, Ini Buktinya
Reporter
Bisnis.com
Editor
Susandijani
Senin, 20 Agustus 2018 10:00 WIB
eevvvvvTEMPO.CO, Jakarta - Perlahan tapi pasti, anak-anak milenial Indonesia yang terjun ke dunia bisnis mulai memperlihatkan tajinya, bukan lagi sekadar kelas UMKM tapi perusahaan bonafide bernilai miliaran dolar.
Baca juga: Asuransi atau Investasi? Yang Mana Pilihan Milenial?
Beberapa adalah generasi sekolah bisnis ternama seperti Nadiem Makarim yang memperoleh gelar Master of Business Administration di Harvard Business School. Namun, sebagian adalah jebolan sekolah Tanah Air seperti William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia, yang lulusan Bina Nusantara.
Sejumlah bisnis rintisan yang mereka gawangi telah membuktikan bahwa sentuhan generasi milenial bisa seampuh tangan Paman Gober—tokoh kaya raya dalam kisah Donald Bebek.
Padahal, kita kerap membaca bahwa generasi milenial tidak loyal, kurang tangguh dibanding generasi X, serba instan, dan banyak stereotip negatif lain yang ditempelkan. Nyatanya, mereka mampu bersaing dengan generasi sebelumnya yang sudah lebih lama makan asam-garam kehidupan. Lalu, apa rahasia generai milenial ini?
Hadirnya role model baru dari dunia bisnis menjadi salah satu roda penggerak anak muda Indonesia untuk terjun menjadi entrepreneur. Tak hanya menggarap pasar domestik, mereka bahkan sudah merambah ke luar negeri.
Namun tentu saja, menjalankan bisnis bukanlah perkara mudah seperti membalikan telapak tangan, butuh konsep matang dan mental yang kuat untuk mengembangkan bisnis. Selain itu, tentu saja, keberanian.
Selanjutnya: Sosok milenial ini menggunakan filosofi bambu runcing, siapa dia?
<!--more-->
Apa itu filosofi bambu runcing?
Soal keuletan dan keberanian ini dibuktikan Co-founder dan Direktur Utama PT Tokopedia William Tanuwijaya. Startup yang valuasinya telah melampaui nilai US$1 miliar itu didirikannya dengan filosofi bambu runcing yang melambangkan keberanian, kegigihan, dan harapan.
Baca juga: Aneka Gangguan Mental Menyerang Generasi Milenial, Apa Sebabnya?
Pria kelahiran 11 November 1981 ini bukan berasal dari keluarga pebisnis, namun berani memutuskan untuk mendirikan startup dan meninggalkan status karyawan. Usahanya pun tak langsung direspons positif, banyak yang meragukan mimpinya.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk memulai Tokopedia. Ia sempat kesulitan mencari modal lantaran orang-orang masih meragukan ide bisnis yang diusung. Bahkan, ada salah satu calon investor yang memberikan nasihat agar berhenti.
“Satu hal yang mengubah hidup kami adalah ketika saya bertemu dengan seorang calon investor, yang memberikan saya nasihat: ‘Kalian masih muda, jangan sia-siakan masa muda kalian. Muda itu cuma sekali, carilah mimpi yang lebih realistis. Jangan mimpi yang muluk-muluk. Role model kalian, mimpi Silicon Valley, Sergey Brin, Larry Page, Mark Zuckerberg, mereka adalah orang-orang yang spesial. Kalian tidak!’”
Di momen itulah William sadar bahwa membangun bisnis itu tidak mudah. Membangun bisnis adalah tentang membangun kepercayaan, dan kepercayaan itu adalah tentang kredibilitas, dan rekam jejak masa lalu.
Kegigihan akhirnya membuahkan hasil. Mulai dari suntikan modal East Ventures, disusul CyberAgent Ventures, Beenos, SoftBank, hingga gelontoran dari Alibaba Group yang kini jadi salah satu pemegang saham terbesar di Tokopedia.
Tahu betapa sulitnya membangun bisnis membuat William ingin membantu pelaku usaha lain di Tanah Air. “Tokopedia adalah tentang ini, tentang sebuah platform untuk memulai, tentang sebuah platform yang memberikan peluang dan kesempatan kepada setiap orang Indonesia.”
Baca juga: Dompet Generasi Milenial Tak Lebih dari Rp71 Ribu? Apa Sebabnya?
William bersama Tokopedianya, Nadiem Makarim yang mendisrupsi bisnis taksi lewat Gojek, juga Ferry Unardi (Traveloka) atau Achmad Zaky (Bukalapak) kini menjadi role model milenial Indonesia.