Intip Cara Liburan yang Bikin Balik Modal
Reporter
Antara
Editor
Mitra Tarigan
Senin, 19 November 2018 06:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bepergian ke berbagai tempat seolah menjadi salah satu hal yang lazim saat ini, khususnya untuk para milenial. Lihat saja, berbagai foto indah di media sosial serta lokasi foto itu, dipamerkan netizen terkadang menandakan dia sedang berjalan-jalan menikmati indahnya alam. Sayang, terkadang hobi untuk jalan-jalan biasanya membuat dompet 'bolong'. Lalu mau tahu cara agar bisa tetap jalan-jalan namun juga balik modal. Traveler Indonesia yang telah bepergian ke banyak negara, Raden Ayu menceritakan pengalamannya berhasil mengembalikan modal liburan, hanya dengan bermodalkan layanan jasa titip alias jastip belanja produk.
Baca: Rilis Libur dan Cuti Bersama 2019, Intip Tips Liburan Murah
Lewat jastip, Ayu sukses mengumpulkan pundi-pundi uang yang dapat dia gunakan untuk mengganti biaya yang keluar selama berlibur. "Jastip ini untung banget. Seperti misalnya pas aku ke Jepang, itu uang tiket pesawatnya bisa balik modal karena keuntungan dari jastip," kata Ayu saat berbincang dengan Antara disela-sela acara diskusi bertajuk "Traveling balik modal?" Di Jakarta, Minggu 18 November 2018.
Jastip merupakan layanan titip belanja. Para traveler yang tengah melancong ke suatu daerah (baik dalam maupun luar negeri), menawarkan jasa untuk membelikan produk yang dijual di daerah tujuan mereka, dengan biaya jasa titip yang relatif murah.
Ayu biasanya menawarkan layanan jastip kepada teman-temannya yang memang tengah mencari produk yang dijual di tempat tujuan dia berlibur, seperti kosmetik, item fashion, produk elektronik, hingga makanan kemasan.
Untuk setiap produk yang harus dibeli, Ayu memasang tarif jastip antara Rp100 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung berat, ukuran dan seberapa sulit produk tersebut didapat. Semakin berat, besar dan langka produk yang harus dibeli, maka biaya jastipnya pun akan semakin mahal. "Tapi karena aku memang suka belanja, jadi kalau ada produk atau barang yang pas dicari enggak ketemu-ketemu, itu malah jadi tantangan tersendiri buat aku untuk bisa dapatkan barang itu," kata perempuan yang mulai hobi menawarkan layanan jastip sejak 2016 itu.
Baca: Serunya Ringgo Agus Rahman Liburan di Kapal Pesiar
Dalam menjalankan "bisnis" sampingannya itu, Ayu memberikan sejumlah persyaratan kepada para pemesan atau requester setianya. Misalnya saja untuk produk yang sama, dia membatasi jumlah item yang dipesan tidak boleh lebih dari tiga buah. Hal itu untuk meminimalisir kerumitan yang mungkin terjadi saat berada di bagian bea cukai. "Takutnya kalau kebanyakan, pas di bea cukai Indonesia disangkanya aku mau jualan, nanti barangnya malah diambil," kata Ayu.
Meskipun membuka layanan jastip, Ayu mengaku kegiatan liburan tidak terganggu. Hal itu karena dirinya telah membuat jadwal khusus untuk berburu produk. Biasanya waktu yang dia luangkan sekitar satu atau dua hari. Setelah itu, perempuan 29 tahun tersebut bisa lebih leluasa menikmati hari-hari sisa liburannya.
Ayu mengatakan layanan jastip yang ia lakoni mempunyai banyak keuntungan, baik bagi dirinya selaku traveler, maupun untuk para pemesan. Lewat jastip, Ayu bisa memperoleh uang tambahan yang bisa dia gunakan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan selama berlibur atau bepergian ke suatu daerah. "Kalau untuk pemesan, keuntungan pertama pasti dia bisa dapat produk original, yang kedua barang bisa lebih murah. Kalau sudah masuk ke Indonesia biasanya harganya bisa naik satu dua kali lipat. Jadi uang jastip Rp 100 ribu atau Rp200 ribu itu enggak masalah sebenarnya, daripada kalau beli di Indonesia selisih harganya bisa 500 ribu lebih mahal," kata Ayu.
Di luar dari keuntungan-keuntungan yang cukup menggiurkan itu, tak jarang Ayu juga mengalami hal yang tidak mengenakkan. Paling jamak adalah ketika si pemesan tiba-tiba kabur dan tidak menebus produk atau barang yang sudah dibelinya.
Bila sudah begitu, Ayu terpaksa harus "bersusah-susah" lagi, dengan menjual produknya itu ke marketplace yang ada di dalam negeri. Kepastian apakah produknya akan terjual menjadi tidak menentu. "Kalaupun laku, tapi kan tetap ada rasa kesal," kata Ayu.
Baca: Ingin Liburan Hemat, Tapi Jangan Sampai Melakukan 5 Hal Ini
Bagi para traveler yang baru akan membuka layanan jastip, Ayu memberikan beberapa masukan berdasarkan pengalaman yang dia peroleh. "Pertama harus tahu item yang up-to-date (di daerah tujuan), tahu juga di mana beli barangnya. Jangan sampai sudah sampai lokasi malah kebingungan cari barangnya. Cari tahu harga barang yang mau dibeli juga," katanya.