Ilustrasi ibu hamil tidur atau bermimpi. shutterstock.com
TEMPO.CO, Jakarta - Hingga saat ini preeklamsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin. Karena itu, salah satu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Sri Sulistyowati melakukan penelitian untuk meminimalisasi kasus preeklamsia yang berdampak pada kematian ibu dan bayi tersebut.
"Saya telah melakukan penelitian pada tikus bunting dengan mengambil HLA-G (histocompability antigen, red) yang terbukti terjadi preeklamsia dan disebabkan oleh disfungsi organ endotel," katanya di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa disfungsi endotel yang terjadi pada hewan sesuai dengan kondisi ibu hamil preeklamsia, yaitu pada sel trofoblas.
"Melalui penelitian ini, model disfungsi endotel sebagai model preeklamsia direkomendasikan menjadi masukan bagi peneliti untuk menemukan hal yang berkaitan dengan preeklamsia. Tujuannya untuk mengetahui penyebab maupun terapi sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu yang disebabkan preeklamsia," katanya.
Menurut dia, seperti disebutkan sebelumnya, hingga saat ini preeklamsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin. Ilustrasi hamil kembar. shutterstock.com Ia mengatakan di RSUD dr Moewardi Surakarta angka kematian ibu hamil pada tahun 2012 yang disebabkan oleh preeklamsia berjumlah 19 orang dari 30 ibu hamil yang meninggal. Sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 12 orang dari 21 ibu hamil yang meninggal.
Disebutkan, bahwa faktor risiko terjadinya preeklamsia, di antaranya hipertensi kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal, obesitas, dan kondisi hiperkoagulitas.
Ia mengatakan hingga saat ini metode penelitian yang dilakukannya mengenai preeklamsia banyak digunakan para pakar kesehatan di sejumlah universitas.
Adapun, penyakit preeklamsia yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda kerusakan organ tubuh, misalnya kerusakan ginjal. Preeklamsia juga dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Sementara itu, karena penelitiannya terkait preeklamsia tersebut Sri Sulistyowati akan dikukuhkan sebagai Guru Besar UNS ke-196 pada Selasa, 11 Desember 2018.
Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?
1 hari lalu
Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?
Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?