Konten dan Tayangan Edukatif Belum Tentu Baik untuk Balita

Reporter

Terjemahan

Editor

Praga Utama

Rabu, 30 Januari 2019 19:00 WIB

Ilustrasi anak menonton televisi. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Konten dan tayangan edukatif yang banyak tersebar di situs berbagi video seperti YouTube ataupun televisi rupanya tak banyak membantu perkembangan kemampuan motorik dan sosial balita.

Justru, terlalu banyak menonton konten YouTube atau tayangan televisi bisa mengganggu perkembangan keterampilan sosial, komunikasi, pemecahan masalah, dan skill motorik anak-anak ketika usia mereka bertambah.

Baca juga: Baby-Led Parenting Vs Parent-Led Parenting, Mana Lebih Baik?

Hal ini terungkap dalam hasil penelitian Universitas Calgary dan Rumah Sakit Anak-anak Alberta, Kanada, yang dirilis pada awal pekan lalu.

“Kebiasaan menonton tayangan melalui layar digital (screen time) cenderung membuat anak-anak bersikap pasif dan tak memberi banyak peluang agar mereka mempelajari hal baru,” kata penulis dan peneliti utama riset tersebut, Sheri Merdigan, seperti dikutip dari Reuters, kemarin.

Advertising
Advertising

Sheri dan koleganya meneliti 2.441 ibu yang memberikan ponsel, tablet, dan televisi untuk anak-anak balitanya. Lambatnya perkembangan kemampuan motorik dan sosial balita itu terjadi pada mereka yang dianggap kelebihan durasi screen time.

Hasil studi mengungkapkan, saat berusia 1 tahun, mereka punya kebiasaan menonton selama 17 jam seminggu atau hampir 2,5 jam per hari.

Dosis kebiasaan menonton itu meningkat seiring dengan pertambahan umur mereka. Banyak ibu yang membiarkan anak-anaknya yang masih berusia tiga tahun menonton selama 25 jam seminggu, atau 3,5 jam sehari. Jumlah ini jauh melebihi batas harian satu jam yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics.

Dengan batas satu jam sehari, menurut lembaga itu, para balita punya waktu yang cukup untuk bermain kreatif dan berinteraksi dengan pengasuh atau teman sebayanya.

Dibandingkan dengan balita yang lebih jarang menghabiskan waktu di depan layar, anak berusia dua tahun yang punya screen time lebih banyak cenderung mencetak skor lebih rendah pada tes skrining perkembangan yang mengukur kemampuan komunikasi, keterampilan motorik halus dan kasar, pemecahan masalah, serta keterampilan sosial.

Pola yang sama terlihat pada anak berusia tiga tahun. Semakin banyak screen time mereka, semakin buruk skor pada tes perkembangan ketika mereka mencapai usia lima tahun.

Menurut Sheri, konten yang tersedia di layar televisi dan gawai tak banyak membantu balita menerapkan informasi dan pelajaran ke dalam kehidupan tiga dimensi. Sebagai ilustrasi, tayangan permainan menyusun balok tak otomatis membuat balita yang menontonnya bisa melakukan permainan serupa di kehidupan nyata.

Berita terkait

Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

3 hari lalu

Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

Niat itu kini berujung penahanan Galih Loss di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Diprediksi Saingi Instagram, Ini 4 Kelebihan TikTok Notes

6 hari lalu

Diprediksi Saingi Instagram, Ini 4 Kelebihan TikTok Notes

TikTok Notes menjadi fitur baru yang akan menyaingi Instagram Notes dengan beberapa kelebihan. Lantas, apa kelebihan TikTok Notes?

Baca Selengkapnya

YouTube Uji Algoritma Baru, Konten Relevan Bakal Ditampilkan Paling Awal

11 hari lalu

YouTube Uji Algoritma Baru, Konten Relevan Bakal Ditampilkan Paling Awal

Pengguna yang terpilih bakal mendapatkan pembaruan tampilan di YouTube.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menjadwalkan Unggahan di Instagram

11 hari lalu

Begini Cara Menjadwalkan Unggahan di Instagram

Instagram dapat mengatur jadwal unggahan Reels, Story, dan postingan lain secara otomatis. Begini caranya.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Rusia Tolak Banding Google Atas Denda US$50 Juta Soal Konten Ukraina

19 hari lalu

Pengadilan Rusia Tolak Banding Google Atas Denda US$50 Juta Soal Konten Ukraina

Pengadilan Rusia menolak banding Google Alphabet terhadap denda 4,6 miliar rubel atau sekitar US$49,4 juta terkait konten perang di Ukraina

Baca Selengkapnya

Cegah Penularan Flu Singapura, Hindari Cium dan Pegang Balita Saat Silaturahmi Keluarga

22 hari lalu

Cegah Penularan Flu Singapura, Hindari Cium dan Pegang Balita Saat Silaturahmi Keluarga

Orang dewasa harus menghindari mencium balita ketika berkumpul bersama keluarga di momen Lebaran demi mencegah anak tertular flu singapura.

Baca Selengkapnya

Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

23 hari lalu

Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

Pakar kesehatan mengingatkan orang tua untuk memperhatikan daya tahan tubuh balita saat mudik mengingat kondisi cuaca yang sedang tak baik.

Baca Selengkapnya

Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

28 hari lalu

Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.

Baca Selengkapnya

Youtube Shorts untuk Pelanggan Berbayar, Apa Fiturnya?

29 hari lalu

Youtube Shorts untuk Pelanggan Berbayar, Apa Fiturnya?

YouTube meluncurkan versi Shorts hanya untuk anggota, sehingga pembuat konten bisa berbagi video pendek secara eksklusif dengan pemirsa yang membayar

Baca Selengkapnya

Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

31 hari lalu

Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.

Baca Selengkapnya