TEMPO.CO, Jakarta - Kopi menjadi minuman yang banyak disukai di pagi hari. Selain nikmat, minuman ini juga dapat membuat Anda penuh energi sepanjang hari. Tapi di luar itu, kopi juga dapat menimbulkan efek lain, yaitu membuat perut mulas dan ingin buang air besar.
Selama ini banyak orang yang mengira bahwa keinginan buang air besar disebabkan oleh kandungan kafein dalam minuman tersebut. Tapi, sebuah studi yang dipresentasikan pada Digestive Disease Week pada 18-21 Mei 2019 menyatakan bahwa hal tersebut tidak berkaitan dengan kandungan kafein. Para peneliti menyimpulkan penyebabnya adalah perubahan bakteri yang berdampak pada pergerakan usus.
"Kopi memiliki efek merangsang motilitas (kemampuan organisme bergerak sendiri) usus, dan itu tidak berhubungan dengan kafein sama sekali. Kita bisa melihat efek yang sama ditimbulkan kopi tanpa kafein," kata salah satu penulis studi Xuan-Zheng Shi, seorang associate professor di Fakultas Kedokteran di University of Texas Medical Branch di Galveston, kepada Gizmodo.
Studi ini dilakukan pada sekelompok tikus selama tiga hari berturut-turut. Para peneliti memberikan kopi berkafein dan tidak kepada tikus, lalu meneliti mereka. Hasilnya, baik tikus yang minum kopi berkafein atau yang tidak berkafein tetap menunjukkan kontraksi.
Terlalu dini untuk mengatakan bahwa kopi dapat mempengaruhi ekosistem mikroba di usus kita, yang dikenal sebagai mikrobioma usus. Tapi, Shi mengatakan hal menariknya adalah kemungkinan kopi bisa menjadi agen antibakteri. "Tapi kita perlu belajar lebih banyak mengapa kopi bisa memiliki efek menekan pada microbioma."
Mikrobioma usus adalah lingkungan yang sulit. Di sisi lain, penelitian lain menunjukkan bahwa kopi dapat secara positif mempengaruhi kesehatan usus besar secara keseluruhan dan menurunkan risiko kanker usus besar.
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh
5 hari lalu
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh
Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?