Perlunya Mendidik Anak dengan Konsep Inklusivitas, Ini Sebabnya

Reporter

Antara

Jumat, 22 November 2019 19:53 WIB

Ilustrasi rapat karyawan. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Konsep inklusivitas kini semakin menguat dan dianggap lebih mewakili generasi muda dan milenial. Secara umum, inklusi merujuk kepada keadilan dalam mengakses atau memperolehkesempatan sama dalam memperoleh pendidikan dan bekerja bagi setiap warga masyarakat yang mempunyai latar belakang berbeda.

Inklusivitas mengajarkan sikap positif, empati, atau inklusif terhadap orang lain tanpa memandang latar belakang, gender, dan perbedaan lain. Praktisi pendidikan inklusif, dan pendiri sekolah menengah Garuda Cendekia, Esti Amanda Bowo, S.Psi, membagikan tips bagaimana mendidik anak yang sadar inklusivitas.

“Selama ini sistem pendidikan di Indonesia diukur dari nilai dan banyak sekali anak yang tidak menyesuaikan. Kebetulan anak saya yang pertama menyandang disabilitas dan saya sempat merasakan kesulitan mencari sekolah,” kata Amanda.

Menurut sarjana piskologi tersebut, semua anak dilahirkan dalam kondisi murni. Bagaimana ia menjadi anak yang eksklusif atau inklusif, sangat tergantung pada pendidikan orang tua dan lingkungan.

“Banyak alat untuk pembelajaran inklusivitas. Nilai-nilai inklusivitas hendaknya ditanamkan sejak kecil. Orang tua perlu mengajarkan pada anak tentang kesetaraan gender, menumbuhkan empati pada teman yang berbeda tingkat ekonomi, tingkat kecerdasan, dan mengenalkannya dengan berbagai suku, ras, dan agama,” kata Amanda.

Advertising
Advertising

Bahasan inklusivitas diangkat dalam Indonesian Women’s Forum (IWF) 2019 hari kedua. Dalam diskusi panel bertema “Creating Inclusive Generation”, IFW 2019 menghadirkan para wanita pembicara dari berbagai latar industri termasuk Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Elin Waty, dan ahli teknik lingkungan dan energi Dr. Aretha Aprilia, ST, MSc, PhD. Mereka berhasil menduduki posisi puncak yang selama ini masih didominasi laki-laki.

“Di dunia kerja saya menerapkan prinsip diversity. Sun Life tidak mengenal diskriminasi. Semua orang memiliki hak yang sama. Saya ingin menekankan bahwa dengan bekerja keras maka perempuan pun bisa mencapai posisi yang setara, bahkan lebih tinggi dari laki-laki,” kata Elin.

Elin mengawali karier di bidang asuransi dari tingkat terbawah. Untuk sampai di posisinya saat ini membutuhkan waktu 20 tahun. “Kuncinya adalah bekerja keras,” kata Elin.

Sementara Aretha mengatakan bahwa keluarga memegang peran penting untuk membentuknya berpikiran terbuka.

“Wanita mempunyai unique selling points yang tidak dimiliki laki-laki. Kita diberi kesempatan melahirkan dan mengasuh anak sekaligus merintis karier. Artinya, semua wanita umumnya bisa multitasking,” kata Aretha.

Sempat hidup di luar negeri, Aretha mengaku awalnya menghadapi stigma. Terlebih karena ia seorang wanita, dari Indonesia, dan berhijab. Tetapi semua hilang saat ia membuktikan diri bahwa cara berpikir jauh lebih penting dari penampilan.

Berita terkait

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

1 hari lalu

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menggandeng Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) untuk mengembangkan ekosistem pendidikan di Kabupaten Kediri.

Baca Selengkapnya

Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Jelaskan soal Tudingan Intimidasi dengan Menyebut Anak Hakim Tinggi

1 hari lalu

Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Jelaskan soal Tudingan Intimidasi dengan Menyebut Anak Hakim Tinggi

Istri eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean membantah apabila dia pernah mengintimidasi Wijanto Tirtasana, bekas kongsi bisnisnya.

Baca Selengkapnya

PBB Sahkan Resolusi Indonesia soal Penanganan Anak yang Terasosiasi Kelompok Teroris

1 hari lalu

PBB Sahkan Resolusi Indonesia soal Penanganan Anak yang Terasosiasi Kelompok Teroris

PBB melalui UNODC mengesahkan resolusi yang diajukan Indonesia mengenai penanganan anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Orang Tua sebagai Awal untuk Atasi Anak Kecanduan Gawai

2 hari lalu

Pentingnya Peran Orang Tua sebagai Awal untuk Atasi Anak Kecanduan Gawai

Mengatasi anak kecanduan gawai dapat dimulai dari orang tua yang menjadi teladan dengan membatasi penggunaan gawai.

Baca Selengkapnya

Bilang Study Tour Perlu Tetap Ada, FSGI Singgung Pengawasan hingga Biaya Siluman

2 hari lalu

Bilang Study Tour Perlu Tetap Ada, FSGI Singgung Pengawasan hingga Biaya Siluman

Sekretaris Jenderal FSGI mengatakan study tour perlu tetap ada. Namun perlu pengawasan ketat, termasuk soal biaya.

Baca Selengkapnya

Perlunya Sensitivitas Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus di Tempat Umum

3 hari lalu

Perlunya Sensitivitas Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus di Tempat Umum

Sensitivitas orang tua dan pengelola fasilitas berpengaruh pada keamanan dan keselamatan anak berkebutuhan khusus saat beraktivitas di tempat umum.

Baca Selengkapnya

Pegadaian Peduli Transformasi Sekolah di Bengkulu

3 hari lalu

Pegadaian Peduli Transformasi Sekolah di Bengkulu

Program ini menjadi bukti komitmen PT Pegadaian dalam upaya penerapan TPB/SDGs empat tentang Pendidikan Berkualitas melalui pengembangan kapasitas guru dan manajemen Sekolah.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Tak Buka Pendaftaran Taruna STIP, Pengamat: Kalau Bisa Tutup 2 Tahun

4 hari lalu

Kemenhub Tak Buka Pendaftaran Taruna STIP, Pengamat: Kalau Bisa Tutup 2 Tahun

Ki Darmaningtyas menilai perlu adanya evaluasi terhadap sistem asrama untuk taruna STIP.

Baca Selengkapnya

Pasca-Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok Keluarkan SE Tentang Study Tour

5 hari lalu

Pasca-Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok Keluarkan SE Tentang Study Tour

Pasca kecelakaan bus rombongan perpisahan siswa SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok mengeluarkan surat edaran tentang kegiatan study tour.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

5 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya