Hasil Tes Corona Negatif, Mengapa tetap Perlu Isolasi Diri?

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 27 Maret 2020 17:30 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah setelah melakukan tes corona Anda dinyatakan negatif? Apakah dokter tetap menyarankan Anda untuk mengisolasi diri sendiri? Tidak usah marah, ternyata belum tentu orang yang hasil tes negatif corona benar-benar tidak terinfeksi virus itu.

Tidak ada tes yang 100 persen akurat dan beberapa hasilnya mungkin keliru memperlihatkan seseorang positif tapi ternyata tidak. Tes virus corona biasanya menggunakan swab dari belakang hidung atau tenggorokan seseorang. Swab ini lalu dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Setiap tes medis memiliki dua kualitas penting yakni sensitivitas dan spesifisitas. Tes ini terbukti “sensitif” dalam kondisi laboratorium - dalam hal ini, ukuran teknis dari jumlah virus terkecil yang dapat mereka deteksi.

Tetapi tes juga harus "spesifik" - misalnya, memastikan tidak ada kesalahan menilai patogen lain, seperti virus corona flu biasa atau SARS-CoV-2. "Jika positif, Anda benar-benar dapat membuat keputusan (klinis). Jika itu negatif, Anda mungkin baru mengalami awal infeksi dan jumlah virus mungkin sangat rendah sehingga Anda tidak mendapatkannya," kata Anthony S. Fauci, direktur Institut Nasional untuk Penyakit Alergi dan Penyakit Menular di Amerika Serikat.

Orang yang hasil tesnya negatif mungkin bingung dan sulit mempercayai hasilnya.

Advertising
Advertising

Ada beberapa alasan hasil tes bisa menjadi negatif ketika seseorang terinfeksi SARS-CoV-2, salah satunya masih dalam tahap sangat awal atau saat jumlah virus di saluran napas masih sedikit.

Selain itu, bisa jadi ada masalah dalam pengumpulan swab. Berbagai jenis pengumpulan swab seperti bagian belakang hidung, tenggorokan, hidung bagian luar - mungkin juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda. Hal lainnya, mungkin ada masalah saat distribusi swab ke laboratorium.

Sementara itu, jenis tes lain yakni tes genetik yang digunakan di Cina diklaim tidak terlalu sensitif. Laporan menunjukkan, orang harus berkali-kali diambil swab-nya untuk keperluan tes.

Ada juga dokter yang menggunakan CT scan pada paru-paru orang untuk mendiagnosis penyakit karena ini dinilai lebih sensitif. Tetapi di Amerika Serikat hal berbeda terjadi. Jeffrey P. Kanne dari University of Wisconsin School of Medicine and Public Health tidak merekomendasikan CT scan untuk mendiagnosis pasien tanpa tes genetik.

Demetre Daskalakis, wakil komisaris untuk divisi pengendalian penyakit dari Departemen Kesehatan di New York, mengatakan baru-baru ini menyarankan seorang pasien dengan gejala ringan namun negatif corona bertindak seolah-olah positif. "Kemungkinan jika Anda menderita demam atau batuk dalam pandemi, itu jelas COVID-19. Bahkan jika tesnya negatif," kata Daskalakis seperti dilansir The Washington Post.

“Tes ini adalah alat skrining. Kita harus memikirkan probabilitasnya, yang berarti tes positif adalah probabilitas virus yang sangat tinggi," kata Michael Z. Lin, asisten profesor neurobiologi di Stanford University.

"Tes negatif lebih sulit untuk ditafsirkan," kata dia.

Jika Anda bergejala tetapi belum pernah berhubungan dekat dengan orang yang terinfeksi, hasil tes negatif mungkin benar-benar negatif. Tapi, seiring virus menyebar luas di masyarakat, akan menjadi lebih sulit mengetahui apakah seseorang terpapar atau tidak.

Di lain sisi, jika seseorang telah melakukan kontak dengan orang terinfeksi misalnya seorang tenaga medis dengan paparan berulang, tes negatif hanya menunjukkan swab yang diambil pada saat itu adalah negatif, bukan berarti dia tidak terinfeksi.

Berita terkait

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

53 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

54 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

59 hari lalu

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

6 Maret 2024

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

6 Januari 2024

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

Wali Kota Depok menerbitkan surat edaran berisi delapan poin imbauan. Hal yang mendasari SE ini karena kasus Covid-19 di Depok melonjak.

Baca Selengkapnya

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

6 Januari 2024

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

Kendati Covid-19 tidak lagi berstatus pandemi jadi endemi Covid-19, tapi masyarakat diimbau agar tetap waspada. Ini istilah saat Covid-19 mewabah.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

16 Desember 2023

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

Kementerian Kesehatan Singapura meminta warganya kembali menggunakan masker di tempat-tempat ramai seiring meningkatnya kasus COVID-19.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UI Desak Pemerintah Perkuat Surveilans Kasus Covid-19

14 Desember 2023

Guru Besar UI Desak Pemerintah Perkuat Surveilans Kasus Covid-19

Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mendesak pemerintah memperkuat surveilans untuk merespons peningkatan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 di Malaysia Naik 57 Persen, Menpar Minta Jangan Panik

7 Desember 2023

Kasus Covid-19 di Malaysia Naik 57 Persen, Menpar Minta Jangan Panik

Malaysia mencatatkan kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan. Dalam beberapa hari terakhir, Covid-19 di Malaysia naik hingga 57 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Klaim RI Masuk 5 Negara yang Sukses Tangani Corona dan Pulihkan Ekonomi

8 Oktober 2023

Jokowi Klaim RI Masuk 5 Negara yang Sukses Tangani Corona dan Pulihkan Ekonomi

Presiden Jokowi, mengatakan Indonesia dinilai sebagai satu di antara lima negara di dunia yang berhasil menangani virus corona dan pulihkan ekonomi

Baca Selengkapnya