TBC Bukan Keturunan, Ini yang Perlu Diperhatikan

Reporter

Antara

Jumat, 13 Agustus 2021 15:56 WIB

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang menilai tuberkulosis atau TBC salah satunya karena keturunan. Tapi ternyata itu tidak benar. Koordinator Substansi Tuberkulosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr. Tiffany Tiara Pakasi, menegaskan tuberkulosis bukan penyakit keturunan tetapi masalah kesehatan yang ditularkan dari satu orang ke orang lain.

"Ini bukan penyakit keturunan tetapi ketularan atau menular," katanya.

Penyakit dengan sifat kronis ini disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ pernapasan seperti paru-paru, organ vital lain, misalnya otak, tulang, kulit, kelenjar getah bening, bahkan organ-organ lain. Gejala yang muncul umumnya meliputi demam, pusing, tidak enak badan, batuk berdahak, nafsu makan berkurang, yang menyebabkan berat badan turun pada anak-anak. Menurut Tiara, saat seseorang atau anggota keluarga mengalami gejala-gejala itu lebih dari dua pekan maka saatnya curiga risiko tuberkulosis.

"Gejalanya kita harus curiga kalau ada kejadian lebih dari dua minggu, berbeda dari COVID-19 yakni demam sumeng, tidak tinggi tapi hangat, tidak enak badan, batuk umumnya berdahak, nafsu makan kurang, sampai akhirnya lama-lama berat badan bisa menurun, apalagi pada anak-anak," katanya.

Selain itu, gejala umum lain yang juga ditemukan pada pasien yakni berkeringat di malam hari padahal dia tak melakukan aktivitas fisik cukup berat. Siapa saja bisa terkena tuberkulosis mulai dari balita, anak, remaja, sampai lansia. Pada anak, TBC biasanya ditularkan dari orang dewasa di sekitar. Oleh karena itu, mengobati tuberkulosis pada orang dewasa hingga selesai menjadi penting.

Advertising
Advertising

"Kalau anak-anak kena tuberkulosis, pasti sumber penularan orang dewasa yang ada di sekitar sehingga memang risiko kita atau double risk-nya kalau tidak menemukan dan mengobati pasien dewasa, misalnya adalah anak-anaknya berpotensi tertular," tutur Tiara.

Pemerintah menargetkan penurunan kasus tuberkulosis pada tahun 2030 menjadi 65 per 100.000 penduduk dan penurunan angka kematian enam per 100.000 penduduk. Berdasarkan strategi penanggulangan TBC 2020-2024, ada enam hal yang dilakukan untuk mencapai ini, penguatan kepemimpinan, akses, pengendalian infeksi, pengobatan, peningkatan peran, serta komunitas dan pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis.

Mereka yang terkena tuberkulosis perlu mendapatkan pengobatan tepat hingga selesai sesuai rekomendasi tenaga kesehatan. Pengobatan tak teratur bisa berujung masalah baru, salah satunya TBC resisten obat yang jumlahnya kini mencapai 4.590 kasus dari 7.921 kasus tuberkulosis yang terkonfirmasi, menurut data pada April 2021.

Pada kasus tuberkulosis resisten obat, bakteri sudah kebal terhadap obat antituberkulosis lini pertama akibat pasien tidak berobat teratur, bukan hanya seminggu tapi bisa berbulan-bulan. Akibatnya, obat jadi berbeda, gejala jadi berat, dan minum obat lebih lama, bisa sampai 2 tahun.

Pengobatan tuberkulosis membutuhkan waktu cukup panjang sehingga motivasi pasien harus terjaga dan ini perlu dukungan dari keluarga agar dia tak enggan meminum obat lalu berpotensi menularkan TB. Selain obat, asupan makanan bergizi juga dibutuhkan.

Tiara mengakui nafsu makan biasanya berkurang pada masa awal pasien sakit dan belum diobati. Tetapi, setelah dua pekan hingga sebulan dia dinyatakan negatif, nafsu makan perlahan membaik. Saat itulah, asupan makanan bergizi perlu didorong, juga menjalani gaya hidup sehat lain, seperti beristirahat yang cukup, melakukan aktivitas fisik rutin, dan rajin berjemur.

Dalam pengobatan, pasien juga sebaiknya tidak diberi stigma karena bisa membuatnya semakin malas meminum obat. Tuberkulosis masih mendapat stigma sebagai pasien yang kurang baik dan identik dengan kaum miskin. Belum lagi hoaks yang beredar mengaitkannya dengan COVID-19. Tiara mengingatkan pentingnya mendukung pasien tuberkulosis dalam pengobatan.

Baca juga: Jangan Cuma Covid-19, Waspadai Juga TBC yang Sama Mematikan

Berita terkait

Penyebab dan Gejala Penyakit Hemofilia yang Perlu Diketahui

7 jam lalu

Penyebab dan Gejala Penyakit Hemofilia yang Perlu Diketahui

Hemofilia merupakan penyakit kelaianan pada fungsi pembekuan darah. Sebagian besar penyebabnya terjadi karena keturunan.

Baca Selengkapnya

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

2 hari lalu

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

3 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

4 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

9 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

13 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya