Antihistamin Obat Alergi, Bisa untuk Atasi Mabuk Perjalanan Pula

Reporter

Tempo.co

Jumat, 21 Januari 2022 20:00 WIB

Ilustrasi Alergi Debu. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Tahukah Anda apa itu antihistamin? Antihistamin adalah obat-obatan yang digunakan untuk memblokir histamin. Histamin itu sendiri merupakan bahan kimia yang diproduksi oleh tubuh yang salah satunya dapat menyebabkan gatal. Untuk itulah antihistamin bekerja mengobati gejala alergi yang disebabkan oleh histamin.

Melansir dari my.clevelandclinic.org antihistamin merupakan kelompok obat yang biasanya dimanfaatkan untuk mengobati tanda-tanda alergi. Orang yang mempunyai reaksi alergi terhadap serbuk sari atau alergen lainnya paling sering menggunakan antihistamin. Keadaan lain seperti masalah perut, pilek, kecemasan dan banyak lagi persoalan lain juga memakai antihistamin untuk mengobatinya.

Makna Antihistamin

Anti dalam kata antihistamin mempunyai makna melawan, maka antihistamin ialah obat yang bekerja melawan histamin. Antihistamin dapat menghalangi sebagian dari apa yang histamin lakukan, baik itu antihistamin berupa obat resep atau obat bebas. Antihistamin akan membantu mengobati keadaan yang disebabkan oleh histamin yang terlalu banyak. Histamin sendiri merupakan bahan kimia yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh.

Antihistamin tersedia dalam beberapa bentuk, seperti cairan, lotion, krim, gel, tablet, kapsul, sirup, obat tetes mata, semprotan hidung, dan supositoria. Antihistamin terbagi dalam dua subtipe utama, untuk subtipe pertama yang disebut antagonis reseptor H-1 atau H-1 blocker, digunakan untuk mengobati tanda-tanda alergi. Sedangkan untuk subtipe yang kedua disebut antagonis reseptor H-2 atau H-2 blocker.

Subtipe antihistamin yang satu ini dipakai untuk mengobati keadaan gastrointestinal, termasuk penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau yang disebut juga dengan acid reflux, tukak lambung, gastritis, mabuk perjalanan, mual dan muntah. Adapun keadaan lain yang bisa diobati dengan antihistamin ialah anoreksia, sakit kepala, anafilaksis, vertigo, penyakit parkinson (untuk mengurangi kekakuan dan tremor), beberapa macam nyeri tulang.

Efek Samping Antihistamin

Advertising
Advertising

Sementara itu, terdapat beberapa efek samping yang umum dari antihistamin H-2, seperti kantuk, nyeri sendi atau otot, sakit kepala dan pusing, serta pembengkakan dan nyeri pada bagian payudara. Apabila menggabungkan antihistamin setelah minum obat tekanan darah dapat meningkatkan detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Maka dari itu, antihistamin tidak boleh digabungkan, kecuali mendapat arahan dari penyedia layanan kesehatan untuk melakukan hal tersebut.

Antihistamin juga dapat menyebabkan bertambahnya berat badan. Meskipun diketahui bahwa histamin dapat mengurangi nafsu makan, maka antihistamin akan menggagalkan itu. Salah satu antihistamin yakni siproheptadin dipakai untuk alasan tersebut. Beberapa antihistamin yang digunakan dalam waktu jangka panjang dapat membuat risiko demensia meningkat.

Dalam satu studi yang diikuti oleh 3.000 pasien selama tujuh tahun menunjukkan bahwa diphenhydramine dapat meningkatkan risiko demensia sebesar 54 persen. Dimana diphenhydramine (Benadryl®) bekerja dengan memblokir efek neurotransmitter yang disebut asetilkolin. Neurotransmitter itu sendiri sangatlah penting bagi memori dan pembelajaran.

Dilansir dari www.mayoclinic.org histamin bisa menyebabkan gatal, bersin, pilek, dan mata berair. Bahkan beberapa di antara orang histamin ada yang saluran bronkial atau saluran udara paru-parunya tertutup hingga membuat kesulitan bernapas. Disinilah antihistamin bekerja mencegah efek histamin tersebut yang diproduksi oleh tubuh.

Antihistamin digunakan untuk meredakan atau mencegah tanda-tanda demam dan jenis alergi lainnya. Beberapa di antaranya juga dimanfaatkan untuk mencegah mabuk perjalanan, mual, muntah, dan pusing. Sebagian yang lainnya juga dipakai untuk mengobati urtikaria kronis yang merupakan ruam seperti gatal-gatal yang persisten. Meskipun salah satu efek samping antihistamin adalah kantuk, nyatanya beberapa di antaranya bisa dimanfaatkan untuk membantu orang tertidur.

PUSPITA AMANDA SARI

Baca: Mengapa Obat Alergi atau Antihistamin Menyebabkan Kantuk?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

1 hari lalu

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

Berikut 10 penyebab bersin terbanyak hasil riset pada 2.000 orang, bukan hanya karena alergi atau sedang flu.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Bukan Penyakit, Ini yang Perlu Dipahami soal Mual

4 hari lalu

Bukan Penyakit, Ini yang Perlu Dipahami soal Mual

Mual merupakan gejala dibanding kondisi kesehatan. Apa saja penyebabnya dan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya?

Baca Selengkapnya

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

4 hari lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

4 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

5 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

6 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

8 hari lalu

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

Penelitian mengklaim olahraga pada malam hari bisa memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang obesitas dan diabetes tipe 2.

Baca Selengkapnya

Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

11 hari lalu

Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya alergi pada anak selain alergen, termasuk ras dan keturunan.

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

11 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya