Pakar Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini Kanker Usus Besar

Reporter

Antara

Senin, 14 Maret 2022 15:50 WIB

Ilustrasi usus. 123rf.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar penyebab pendarahan dubur adalah wasir. Namun, buang air besar (BAB) berdarah tetap perlu diwaspadai dan ditangani. Pendarahan dubur bisa disebabkan oleh kondisi kanker atau prakanker, di mana polip prakanker berada di dekat ujung usus besar dan dapat meniru perdarahan dari wasir.

Kita pun perlu mengenali perbedaan antara wasir dan kanker usus besar. Gejala wasir yakni pendarahan dari dubur dapat disertai pembengkakan, nyeri, atau rasa tidak nyaman di daerah anus, bahkan bisa ada rasa gatal atau iritasi di daerah anus. Kemudian, wasir yang berupa tonjolan mungkin bisa diraba di dalam anus sedangkan wasir yang menonjol melalui rektum dapat secara spontan kembali masuk ke posisi semula di dalam rektum serta mengejan saat buang air besar, juga lebih sering BAB.

Sementara itu, kanker usus besar memiliki gejala seperti perdarahan dari dubur, jarang ditemukan rasa nyeri di daerah anus, kotoran disertai lendir dan noda darah. Kemudian, polip atau massa di dalam anus ditemukan saat pemeriksaan oleh dokter spesialis, tidak ada massa atau benjolan yang menonjol keluar, serta sering buang air besar namun terasa tidak tuntas.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2020, kanker usus besar adalah kanker terbanyak keempat di Indonesia setelah kanker payudara, serviks, dan paru. Prof. Dr. Abdul Aziz Rani, Sp.PD-KGEH, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, menjelaskan hal tersebut dapat terjadi karena kanker usus umumnya tidak memiliki gejala pada stadium awal sehingga orang lebih sulit mendeteksinya.

Hal inilah yang menyebabkan banyak pasien yang baru menyadari penyakit ini di stadium lanjut. Oleh karena itu, Abdul mengimbau masyarakat dapat melakukan deteksi dini kanker usus besar agar penanganan pun dapat dilakukan lebih awal.

Advertising
Advertising

“Kanker usus besar umumnya tidak bergejala pada stadium awal sehingga seringkali pasien datang sudah pada stadium lanjut. Itulah sebabnya deteksi dini kanker usus besar sangat penting terutama jika memiliki faktor risiko," kata Abdul.

Orang yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker usus besar jika memiliki orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat dengan riwayat kanker usus besar atau faktor genetik, pernah terdiagnosa polip pada usus besar, dan pernah menjalani terapi radiasi pada area perut atau pelvis. Selain itu, pemilik gaya hidup tidak sehat seperti merokok, pola makan tidak sehat, kurang olahraga, dan minum alkohol berlebih juga memiliki risiko yang tinggi. Orang yang memiliki riwayat penyakit diabetes dan obesitas juga berisiko mengalami kanker usus besar.

Di sisi lain, dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD, KGEH, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi dan Hepatologi dari Mayapada Hospital Tangerang mengimbau deteksi dini terhadap kanker usus besar perlu dilakukan. Deteksi dini pun dapat dilakukan dimulai pada usia 50 tahun ke atas jika tidak ada riwayat keluarga dengan kanker usus. Sementara deteksi dini untuk pemilik riwayat keluarga dengan kanker usus besar dapat memeriksa di rentang usia 40 tahun ke atas.

“Deteksi dini kanker usus besar pada individu tanpa keluhan dapat dimulai pada usia 50 tahun ke atas jika tidak ada riwayat keluarga dengan kanker usus sedangkan jika ada riwayat keluarga dengan kanker usus besar, maka deteksi dini dapat dimulai pada usia 40 tahun ke atas,” ujar Hendra.

Lebih lanjut, Hendra menambahkan saat ini sudah ada prosedur yang disebut Endoskopi Kapsul (Capsule Endoscopy) untuk menangani penyakit tersebut. Endoskopi Kapsul adalah prosedur untuk mengambil gambar saluran pencernaan dengan cara menelan kamera nirkabel kecil yang berada di dalam kapsul seukuran vitamin yang biasa diminum.

"Saat kapsul berjalan melalui saluran pencernaan, kamera mengambil ribuan gambar yang ditransmisikan ke perekam yang dikenakan di ikat pinggang. Endoskopi kapsul membantu dokter melihat bagian dalam saluran pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, sampai usus besar, termasuk area yang tidak mudah dijangkau dengan prosedur endoskopi konvensional," terangnya.

Selain itu, dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi dari Mayapada Hospital Kuningan, juga menjelaskan prosedur kolonoskopi. Kolonoskopi adalah pemeriksaan usus besar dengan alat endoskopi yang berbentuk seperti selang dengan kamera di ujungnya yang dimasukkan ke dalam usus besar melalui lubang dubur. Pemeriksaan ini paling sensitif untuk mendeteksi adanya kelainan, seperti polip atau benjolan kecil pada usus besar.

“Pemeriksaan kolonoskopi adalah gold standard untuk pemeriksaan skrining kanker usus besar karena kemampuannya untuk melihat seluruh usus besar dan mendeteksi serta menghilangkan polip selama prosedur yang sama berlangsung. Ini adalah tes yang paling cocok untuk individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga atau kerabat dekat yang sudah menderita kanker usus besar," tuturnya.

Baca juga: Kenali Gejala Kanker Kolorektal sebelum Terlambat

Berita terkait

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

4 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

6 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

8 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

9 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

11 hari lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

11 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

15 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

16 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

16 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

19 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya