Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ecoxyztem Ajak Ciptakan Lebih Banyak Ecopreneur
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Selasa, 7 Juni 2022 18:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ecoxyztem venture builder berkolaborasi dengan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih banyak mencetak para pelaku wirausaha hijau atau ecopreneur. Harapannya para pelaku usaha yang mengutamakan isu lingkungan ini bisa membantu mempercepat laju transformasi ekonomi dan gaya hidup masyarakat yang lebih berkelanjutan. Program tahun ini bertema Dunia untuk Hari Lingkungan Hidup yaitu #OnlyOneEarth.
Momentum #OnlyOneEarth dijadikan sebagai tonggak awal dimulainya program Climate Innovation League, sebuah program eskalasi startup di bidang lingkungan atau climate-tech yang ditujukan untuk para mahasiswa dan early-stage startup founders. Dalam talkshow and Kick-Off Climate Innovation League yang berjudul "Escalating Ecopreneur to be the Catalyst of Green Economy Transition", Ecoxytem mengajak para anak muda untuk mengembangkan inovasi bisnis yang terbagi menjadi empat sektor yaitu: transportasi berkelanjutan dan energi terbarukan, ekonomi sirkular dan penggunaan sumber daya yang bertanggung jawab, pembangunan lingkungan yang berketahanan dan transisi industri hijau, dan terakhir manajemen pelaporan dan pendanaan iklim.
First Counsellor - Environment, Climate Action, ICT di Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Henriette Faergemann mengatakan dalam peta jalan Kesepakatan Hijau Uni Eropa atau EU Green Deal, negara-negara di Eropa akan menargetkan untuk mencapai climate-neutral pada tahun 2050 melalui transformasi ekonomi. "Hal ini dilakukan secara bersamaan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan dengan partner internasional, khususnya pemerintah dan masyarakat Indonesia, untuk bersama-sama secara kolaboratif mendorong aksi iklim global,” ujar Henriette dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 7 Juni 2022.
“EU Green Deal terbentuk atas dorongan untuk mengembangkan kehidupan dan kesehatan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk masyarakat luas, generasi penerus, dan pembangunan ekonomi yang lebih bertanggung jawab terhadap bumi,” lanjut Henriette.
Sejalan dengan misi lingkungan yang ditujukan bukan hanya untuk generasi saat ini, namun juga generasi mendatang, Climate Innovation League akan membuka pendaftaran mulai tanggal 6 Juni hingga 8 Juli 2022 dengan mengkampanyaken gerakan ini ke kampus-kampus di Indonesia, khususnya yang berada di luar pulau Jawa.
Kepala Program Studi Lingkungan Universitas Indonesia Cindy R Priadi pun mengamini pentingnya program inkubasi seperti Climate Innovation League ini untuk dilakukan ke kampus-kampus di Indonesia. “Sebenarnya potensi yang dimiliki mahasiswa sangatlah banyak, dan mereka memiliki kepedulian yang kuat terhadap isu lingkungan. Namun tanpa arahan dan wadah ya.ng tepat, menjadi terlalu berisiko bagi para mahasiswa yang ingin melanjutkan kariernya menjadi ecopreneurs,” ujar Cindy.
Cindy pun mengatakan sudah seharusnya menjadi tugas ia sebagai pendidik dan para profesional untuk dapat mensederhanakan bahasa yang digunakan untuk melibatkan lebih banyak generasi muda di bidang ecopreneurship. "Semoga dengan adanya Climate Innovation League beserta semua inisiatif lainnya yang dilakukan antara Ecoxyztem dengan universitas dapat mempercepat pertumbuhan dampak yang diciptakan,” kata Cindy.
Program Climate Innovation League tidak hanya memberikan bantuan akses berupa pembelajaran, metodologi startup, akses ke mentor, namun dalam program kali ini pula, Ecoxyztem dan Uni Eropa telah menyediakan bantuan hibah sebesar Rp 160 juta rupiah untuk para pemenang, di luar adanya potensi investasi yang didapatkan setelah selesainya program Climate Innovation League ini.
Founder and CEO Waste4Change Bijaksana Junerosano mengatakan menjadi pebisnis itu sudah susah apalagi berbisnis di isu lingkungan, susahnya berkali lipat. "Maka dari itu, Ecoxyztem dan Climate Innovation League dapat hadir menjadi salah satu jalan untuk memperpanjang nafas dan mempercepat pertumbuhan para ecopreneur di Indonesi sehingga solusi yang dihasilkan dapat lebih berdampak dan berkelanjutan,” kata Sano, sapaan Bijaksana pada kesempatan itu.