Perlunya Riset Kolaboratif Tembakau Alternatif, Ini Tujuannya

Reporter

Antara

Selasa, 20 September 2022 10:13 WIB

Ilustrasi rokok elektrik atau vaping dan rokok tembakau atau konvensional. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB), Emran Kartasmita, menyatakan Indonesia perlu kolaborasi riset antara pemerintah, akademisi, dan industri terkait tembakau alternatif. Tujuannya memberikan perspektif penggunaan tembakau yang rendah risiko kepada masyarakat dengan harapan bisa membantu mengurangi pravalensi merokok. Riset tersebut bukan untuk mendorong kalangan nonperokok menjadi konsumen produk tembakau alternatif.

“Melainkan menyediakan alternatif produk yang lebih rendah risiko bagi perokok yang kesulitan berhenti dan mendorong mereka beralih ke produk tersebut,” kata Emran.

Menurutnya, pemerintah, akademisi, lembaga riset, serta pelaku usaha di industri terkait bisa berkolaborasi untuk melakukan kajian ilmiah dengan topik-topik yang relevan terhadap produk tembakau alternatif. Kolaborasi tersebut nantinya akan menghasilkan riset yang komprehensif dan perlu dipastikan fakta mengenai produk tembakau alternatif dapat diakses oleh publik. Emran berpendapat riset-riset kolaboratif juga dapat mengurangi persepsi negatif yang bertentangan dengan fakta hasil kajian ilmiah.

“Cara terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menyediakan data dan bukti ilmiah yang komprehensif, khususnya yang terkait dengan aspek keamanan dan dampaknya terhadap kesehatan,” tegasnya.

Hasil kajian
Hasil riset tersebut selanjutnya perlu dipublikasikan di jurnal ilmiah yang bereputasi baik. Hal ini bertujuan agar memiliki bobot dan objektivitas ilmiah.

Advertising
Advertising

“Selanjutnya agar mudah dipahami oleh masyarakat luas, bisa disampaikan secara lebih masif melalui berbagai kegiatan edukasi maupun media massa,” tambahnya.

Sebelumnya, SF-ITB telah melakukan hasil kajian literatur ilmiah yang berjudul “Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur”. Kajian ini dilakukan terhadap produk tembakau yang dipanaskan berdasarkan metode standar yang dilakukan di seluruh dunia untuk menghitung perkiraan tingkat risiko.

Berdasarkan hasil kajian SF-ITB, produk tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok. Dalam proses kajian tersebut, SF-ITB mengacu pada lembaga-lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Riset Kanker Internasional (IARC), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Badan Perlindungan Lingkungan AS (US-EPA).

Baca juga: Dampak Rokok Elektrik bagi Kesehatan Tak Berbeda dari yang Konvensional

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

4 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

9 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Belajar Buat Narkoba Sintetis dan Diedarkan, Pria di Tangerang Ditangkap Polsek Ciputat Timur

10 hari lalu

Belajar Buat Narkoba Sintetis dan Diedarkan, Pria di Tangerang Ditangkap Polsek Ciputat Timur

Pengungkapan kasus narkoba jenis sintetis ini berawal saat kecurigaan seorang warga akan adanya penyalahgunaan narkoba di wilayah Larangan, Tangerang.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

11 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

15 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

16 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

18 hari lalu

Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

21 hari lalu

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?

Baca Selengkapnya

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

26 hari lalu

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

26 hari lalu

Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

Gejala kanker paru pada bukan perokok bisa berbeda dari yang merokok. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya