Akhir Kontroversi Bisphenol A

Reporter

Editor

Selasa, 17 Maret 2009 09:49 WIB

www.sxc.hu

TEMPO Interaktif, Jakarta: Debat berkepanjangan soal bahan kimia Bishpenol A akhirnya berujung, paling tidak di Amerika Serikat. Akhir pekan lalu, pembuat perundang-undangan di negeri tersebut mengumumkan larangan penggunaan bahan tersebut karena diduga keras bisa membahayakan kesehatan. Padahal, selama ini sejumlah wadah makanan dan minuman dengan terang-terangan memakai bahan tersebut dalam proses produksinya.

Gebrakan tersebut diambil setelah seminggu sebelumnya pejabat negeri itu mengumumkan enam perusahaan besar pembuat botol susu bayi sepakat untuk menghilangkan kandungan yang dikenal dengan nama singkat BPA. Edward Markey, anggota kongres dari Partai Demokrat menyatakan bukti ilmiah menunjukkan bahwa BPA berdampak serius bagi kesehatan, khususya anak-anak. Apalagi, ahli toksin dari National Institute of Health (NIH) tahun lalu mengungkapkan, bahan kimia tersebut bisa mempengaruhi perkembangan otak pada janin dan bayi yang baru lahir.

Sebelumnya, tercatat lebih dari 130 studi telah merujuk pada kaitan antara level rendah BPA dan problem kesehatan serius, seperti kanker payudara, obesitas, dan pubertas dini. Di luar itu, masih ada berbagai gangguan lain. Langkah Kongres ini pun membuat pabrik dan toko menarik semua produk dengan kandungan BPA dari pasar. "Inilah saatnya bagi Kongres untuk melakukan aksi cepat dengan melarang keberadaan toksin ini dari semua jenis wadah makanan dan minuman sehingga orang tua bisa memberi makan anaknya tanpa rasa cemas makanannya terkontaminasi bahan kimia berbahaya," Markey menjelaskan.

Langkah tegas ini sebenarnya sejalan dengan keputusan pemerintah Kanada pada 2008 yang secara resmi menegaskan bahwa BPA mengandung bahan beracun dan mengumumkan rencana pelarangan untuk mengimpor maupun menjual botol-botol dengan kandungan bahan tersebut. Sebenarnya tak hanya studi lawas, studi terbaru pun terus mengaitkan bahaya Bisphenol A. Salah satu yang teranyar dilansir 28 Januari 2009, yang mempertegas ancamannya untuk kesehatan.

Dijabarkan dalam Environmental Health Perspectives, peneliti dari Universitas Rochester, New York, menyatakan Bisphenol A mengendap dalam tubuh lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya. Para ahli kimia sebelumnya menyatakan kebanyakan jenis BPA dengan mudah mengalami proses metabolisme dan dibuang dari tubuh hanya dalam 30 menit. Peneliti juga mengungkapkan bahwa BPA sesungguhnya didapat dari berbagai sumber. "Penyebabnya tidak hanya dari produk wadah makanan atau karena tubuh tidak mampu memetabolisme bahan kimia itu secepat mungkin," Dr Richard W. Stahlhut, ketua penelitian.

Advertising
Advertising

Artinya, tak hanya wadah plastik yang harus dicermati. Makanan pun ternyata menjadi sumber BPA dan tubuh ternyata tak bisa mengikisnya dengan cepat. Kesimpulan ini ditarik setelah ilmuwan ini mengumpulkan data 1.469 orang. Tim peneliti mengecek kadar BPA dalam urine, setelah makan maupun sesudah puasa. Peneliti menemukan kadar BPA pada orang puasa lebih rendah daripada yang baru makan. Level BPA dalam tubuh juga berkurang lebih lamban hingga delapan kali lipat dibanding yang diperkirakan.

Alhasil, peneliti pun mencatat orang mungkin saja terpapar BPA yang terkandung dalam makanan. Sayang sekali, ia tidak memaparkan jenis sajiannya. Stahlhut menyebutkan memang BPA biasanya digunakan dalam pembuatan plastik untuk berbagai keperluan. Dari botol plastik yang biasa digunakan untuk kemasan minuman, pipa air, hingga wadah makanan. Selain itu, ada pada lapisan dalam kaleng makanan. "Bahkan, bisa ditemukan pada aneka kertas, termasuk kertas daur ulang," katanya.

Lalu, bayangkan yang diungkapkan oleh Fred vom Saal. Ahli biologi dari Universitas Missouri-Kolombia memperkirakan 8-9 miliar pound BPA diproduksi setiap tahunnya.

Studi teranyar ini bisa menjadi bahan renungan baru. Namun, yang pasti bagi Badan Pengawasan Makanan dan Obat-obatan (FDA), peraturan baru tersebut memberi kekuatan untuk menekan industri agar konsisten membuat produk tanpa BPA. Bahkan, badan ini menyarankan untuk pemberian label khusus pada wadah itu meski FDA dan mitranya di Eropa--Badan Pengawasan Makanan Eropa (EFSA)--sebelumnya pernah menyatakan bahwa bahan kimia itu dalam jumlah tertentu seperti yang digunakan pada botol susu bayi tergolong aman.

Di Eropa, kebimbangan masih membayang. Tak mengherankan jika sebuah studi dari Universitas Exeter, Inggris, meski mengungkapkan kadar tinggi BPA membuat seseorang lebih mudah terserang penyakit jantung dan diabetes, sang peneliti tak berani melontarkan pernyataan lebih jauh. Dr Iain Lang, yang mengetuai studi, menyatakan, "Hal itu tidak cukup memberi bukti bagi kami untuk menyatakan kaitan yang erat. Kami hanya menunjukkan kondisi seperti itu."

Kontroversi memang masih berjalan di negeri Pangeran Charles ini. Steve Elliot, Ketua Asosiasi Industri Kimia, masih melontarkan hal sebaliknya. Dia menyatakan, sejumlah studi yang dilakukan di AS maupun Inggris tak memiliki cantolan kuat dengan sejumlah derita. "Sejumlah data, banyak riset, segudang contoh, tak satu pun pengujian yang menunjukkan risiko pada kesehatan manusia," ia menegaskan.

Apalagi, langkah enam perusahaan besar di Amerika Serikat tidak mendunia. Kelompok pengusaha ini hanya menghentikan pembuatan produk tanpa BPA untuk pemasaran di negerinya sendiri. Tidak untuk diimpor. Makanya, produk plus BPA masih akan dilempar ke pasar negeri lain, seperti Inggris. Alhasil, Belinda Phipps, pemimpin National Childbirth Trust, Inggris, beraksi keras. "Inilah saatnya perusahaan di Inggris mengikuti aturan serupa yang berlaku di Amerika dan Kanada."

RITA | AFP | BBC | HEALTHDAY NEWS

Berita terkait

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

10 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

11 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

11 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

11 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

15 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

18 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya