Ketika Aritmia Singgah ke Janin

Reporter

Editor

Rabu, 18 Maret 2009 09:20 WIB

www.sxc.hu

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tidak terasa ada suatu yang "lain" bagi Asih, 27 tahun (bukan nama tulen), dengan kehamilannya. Dia tidak merasa gejala khusus yang merujuk pada sebuah gangguan. Rasa aman itu buyar ketika dokter kandungannya memberi kabar bahwa janinnya mengidap aritmia. Artinya, irama denyut jantung si kecil berbeda dengan yang lazimnya karena mencapai 204-210 detak per menit. Dua kali lipat irama jantung normal, yakni 120-160 detak per menit.

"Janinnya terkena tachy arrhythmia pada usia tujuh bulan atau 35 minggu," kata spesialis obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Dr Nurwansyah SpOG--yang menangani Asih--saat ditemui Tempo di ruang prakteknya, Senin lalu. Gangguan jantung berupa aritmia ini tergolong langka terjadi pada janin. Di Indonesia, prevalensi aritmia pada janin yang terdeteksi hanya sebanyak 1 persen. Adapun penyebab janin menderita aritmia, kata dia, bisa dipicu karena ibu yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan kopi dalam jumlah tinggi.

Jenis kelainan denyut jantung ini umumnya dua tipe, yakni tachy arrhythmia dan brady arrhythmia. Yang terakhir ini menunjukkan kondisi sebaliknya, yakni denyut jantung lebih lambat. Nurwansyah menjelaskan, vonis tachy arrhythmia diberikan manakala denyut jantung menetap di atas 160 detak per menit selama 24 jam.

Nurwansyah menyatakan bila kondisi tersebut diabaikan, akan muncul dampak yang tidak menguntungkan bagi janin. "Jantungnya dapat gemetar dan terus berdenyut hingga mencapai titik lemah, dan akhirnya berhenti. Otot-otot sekitar jantung mengalami keletihan," ia menambahkan. Selain itu, asupan darah dari jantung ke seluruh jaringan tubuh akan tidak maksimal, sehingga terjadi penimbunan darah di tubuh janin. "Kalau kronis, bisa juga berakibat cairan di tubuh janin merembes ke jaringan tubuh lain."

Bila sampai pada titik kronis, janin akan membengkak karena penumpukan cairan di perutnya. Namun, hal tersebut tidak terjadi di lambung, melainkan di rongga perut. Dalam beberapa kasus, penumpukan cairan juga terjadi dalam rongga paru-paru dan membuatnya tak berkembang. "Kejadian ini disebut hydrops fetalis," ujar dokter yang ramah ini. Di jagat medis, hydrops fetalis diartikan terkumpulnya cairan dalam tubuh manusia minimal dalam dua ruang. Bisa di rongga paru maupun perut dan kulit.

Advertising
Advertising

Sayangnya, gejala awal aritmia tidak ada, sehingga si ibu pun tak merasa apa pun. Padahal, lazimnya aritmia terjadi saat jantung janin sedang tumbuh dan berkembang. Untuk mengenalinya, umumnya dokter akan memasang alat doppler guna mendengar denyut jantung yang sangat cepat. Kalau ditemukan iramanya tidak normal, si janin akan diperiksa lewat ultrasonografi (USG)--untuk melihat dengan jelas pola gerakan otot jantungnya, sekaligus melihat ada atau tidaknya kelainan pada jantung.

Saat menangani kasus Asih, Nurwansyah melakukan cara noninvasi, dengan memberikan obat jantung untuk menurunkan denyut jantung janinnya. Lalu ia menunggu si janin hingga ke tahap viable--sudah bisa lahir hidup. "Saya menunggu hingga dua minggu--usia hamil lebih dari 36 minggu--sebelum melakukan operasi caesar," kata dokter yang didapuk sebagai ketua tim dalam penanganan kasus Asih ini.

Pasca-persalinan, bayi dirawat di ruang perawatan intensif untuk diobservasi. "Di situ dilihat irama, facemaker, dan denyut jantung normal atau tidak," ujarnya. Beruntung hingga kini buah hati Asih yang dioperasi sekitar dua pekan lalu itu dalam keadaan stabil.

Nurwansyah menyebutkan, kejadian aritmia dapat terjadi pada janin di usia kehamilan triwulan 1-3. Tetapi penanganan akan berbeda bila diketahui pada triwulan 1 dan 2, karena janin belum bisa dilahirkan. Pada tahap ini janin harus diterapi, baik dengan cara invasi maupun noninvasi. "Noninvasi dilakukan dengan memberi obat digitalisasi lewat ibu. Sedangkan invasi, (janin) diberi obat suntik lewat jarum suntik ke dalam pembuluh darah tali pusar janin," ia menjelaskan.

Menurut Nurwansyah, penanganan medis itu dapat menyembuhkan janin dengan aritmia hingga 80 persen. "Namun, harus sesuai dengan tata laksana kedokteran," ujar Nurwansyah. Saat menangani kasus Asih, dokter yang berdomisili di Jakarta Barat ini didampingi spesialis kandungan subspesialis fetomaternal (kelainan janin), spesialis jantung anak, spesialis anak konsultan jantung, dan spesialis anak konsultan perinatologi.

HERU TRIYONO

Berita terkait

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

4 jam lalu

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

Kebugaran dan kesehatan tubuh tak hanya soal olahraga rutin, tapi juga istirahat yang tepat

Baca Selengkapnya

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

2 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

7 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

13 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

15 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

15 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

23 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

24 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

24 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

25 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya