Fakta Bahaya Pemanis Buatan Aspartam, Kemenkes dan WHO Minta Batasi Konsumsinya

Selasa, 18 Juli 2023 11:49 WIB

Pemanis buatan (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggolongkan pemanis buatan atau aspartam sebagai bahan baku kimia pada makanan dan minuman yang perlu dibatasi konsumsinya. Tujuannya untuk menghindari timbulnya risiko kesehatan akibat zat sintesis ini.

“Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients (2021), aspartam memiliki tingkat kemanisan sebesar 180-200 kali lebih manis daripada sukrosa,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu dikonfirmasi di Jakarta, Ahad, 16 Juli 2023.

1. Apa itu pemanis buatan atau aspartam?

Maxi mengatakan aspartam adalah senyawa yang terbuat dari fenilalanin dan asam aspartat. Fungsinya menggantikan gula atau pemanis pada makanan dan minuman yang dijual bebas di pasaran. Dikutip dari Reuters, aspartam memiliki kekuatan manis yang tinggi, yakni 200-400 kali tingkat kemanisan gula.

Menurut Maxi, bahan ini populer digunakan bagi penderita diabetes. Kandungan kalorinya sangat rendah. Satu sendok teh aspartam hanya terdapat 4 kalori dibandingkan dengan 16 kalori dalam satu sendok teh gula.

Advertising
Advertising

2. Disebut lulus uji keamanan

Aspartam disebut telah lulus uji keamanan yang ketat sebelum disetujui untuk digunakan sebagai pemanis buatan. Food and Drug Administration di Amerika Serikat, European Food Safety Authority (EFSA) di Uni Eropa, dan lembaga pengawas makanan lainnya di seluruh dunia juga telah menyetujui penggunaan zat ini sebagai bahan pemanis dalam makanan dan minuman.

Selanjutnya: Bahaya pemanis buatan....

<!--more-->

3. Rentetan bahaya pemanis buatan

Kendati dinyatakan aman, namun sejumlah studi ilmiah menyebutkan adanya efek samping penggunaan aspartam. Dikutip dari cancer.org, penelitian terhadap zat ini menunjukkan bahwa konsumsi dalam jumlah besar tak aman bagi wanita hamil.

Tak hanya itu, pemanis buatan juga memperburuk migrain. Pasalnya dapat menghasilkan produk sampingan berupa glutamat saat dimetabolisme tubuh manusia. Kadar glutamat yang melebihi batas normal berisiko menyebabkan sakit kepala serta memperburuk gejala migrain.

Efek samping lainnya bahkan bisa memicu gangguan perilaku. Hal ini sebab kandungan asam aspartat dan fenilalanin dapat berubah menjadi metanol, senyawa-senyawa tersebut dapat memengaruhi fungsi kognitif, suasana hati, aktivitas motorik, pola tidur, serta nafsu makan seseorang.

Menurut Maxi, metanol tersebut juga berisiko meningkatkan kadar radikal bebas, sehingga turut memicu kerusakan sel-sel di dalam tubuh, termasuk sel pada sistem saraf. Artinya, kata dia, aspartam yang dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka panjang dapat memperburuk kerusakan sistem saraf. Ini dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif progresif. Salah satunya adalah penyakit alzheimer.

Lebih lanjut Maxi menjelaskan, komplikasi fenilketonuria juga bisa disebabkan oleh aspartam. Komplikasi itu berupa kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya tidak mampu mengurai fenilalanin dengan baik. Penderita fenilketonuria perlu menghindari konsumsi produk yang mengandung fenilalanin, seperti aspartam.

“Karena berisiko menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah kerusakan otak,” ujar Maxi.

Parahnya, meski kerap digunakan sebagai pengganti gula untuk penderita diabetes, konsumsi aspartam secara berlebihan justru dapat meningkatkan kadar gula darah. Sehingga memicu terjadinya kerusakan pankreas. Akibatnya, produksi hormon insulin dalam tubuh menjadi terganggu, sehingga berisiko menyebabkan diabetes.

Pemanis buatan ternyata juga berpotensi menyebabkan kanker jika dikonsumsi tak wajar. Risiko ini, kata Maxi, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada jurnal PLOS Medicine (2022). Studi mengungkapkan bahwa kanker payudara dan kanker darah paling tinggi peluangnya terjadi akibat zat aspartam ini.

“Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak konsumsi aspartam terhadap risiko penyakit kanker,” katanya.

Sejumlah gangguan kesehatan yang juga menjadi dampak negatif aspartam, antara lain meningkatkan berat badan jika dikonsumsi berlebihan. Kondisi itu berisiko mengganggu metabolisme di dalam tubuh yang memicu peningkatan berat badan. Jika makanan yang mengandung pemanis buatan dikonsumsi melebihi batas wajar, kata Maxi, hal ini dapat menaikkan berat badan hingga menyebabkan obesitas.

4. Batas konsumsi aman aspartam harian

Dilansir dari ANTARA berdasarkan keterangan tertulis WHO yang dirilis Sabtu, 15 Juli 2023 menyatakan penilaian dampak kesehatan dari pemanis non-gula aspartam dirilis atas kajian Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) beserta Komite Pakar Gabungan tentang Bahan Aditif Pangan (JECFA) WHO dan FAO.

Mengutip “bukti terbatas” untuk karsinogenisitas atau proses pembentukan kanker pada manusia, IARC menggolongkan aspartam sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia (IARC Group 2B) dan JECFA, WHO menyatakan asupan harian yang dapat diterima ialah sebesar 40 miligram per kilogram berat badan.

Pilihan Editor: Segini Batasan Harian Pemanis Buatan Rekomendasi WHO yang Aman untuk Tubuh

Berita terkait

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

13 jam lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

14 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Pastikan Keamanan Pangan dan Pondokan Jemaah Haji

1 hari lalu

Kemenkes Pastikan Keamanan Pangan dan Pondokan Jemaah Haji

Tim Sanitasi dan Keamanan Pangan akan mendapatkan contoh makanan yang akan dikonsumsi oleh jemaah haji untuk diuji

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Tarif Iuran Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tetap Sama Sampai Juli 2025

2 hari lalu

Kemenkes: Tarif Iuran Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tetap Sama Sampai Juli 2025

Sistem kelas 1-3 BPJS Kesehatan diganti jadi Kelas Rawat Inap Standar atau KRIS yang mulai berlaku Juni 2025.

Baca Selengkapnya

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

4 hari lalu

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Segini Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

4 hari lalu

Segini Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Terdapat penyesuaian iuran peserta JKN setelah kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan berganti menjadi KRIS. Ini iuran BPJS Kesehatan terbaru.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

5 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

5 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

5 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

5 hari lalu

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklarifikasi soal kebijakan penghapusan sistem kelas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Baca Selengkapnya