3 Dampak Negatif Doom Spending

Senin, 30 September 2024 10:00 WIB

Ilustrasi belanja. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Generasi Z dan generasi milenial di sejumlah negara ditengarai sedang digerogoti "virus" doom spending, sebuah gaya hidup yang bisa mengeruk kondisi keuangan seseorang. Gaya hidup tersebut disinyalir telah menjadi pemicu sejumlah masalah ekonomi, termasuk meningkatnya tingkat kemiskinan.

Menurut firma kepailitan Allan Marshall & Associates Inc, doom spending adalah perilaku di mana seseorang mengeluarkan uang secara berlebihan atau impulsif, terutama saat merasa stres atau cemas. Ketika seseorang menghadapi kesulitan ekonomi, masalah pribadi, atau ketidakpastian masa depan, doom spending sering kali menjadi pelarian sementara. Alih-alih membantu, perilaku ini justru menambah beban keuangan dan mengancam stabilitas ekonomi seseorang.

Lantas apa saja dampak negatif dari doom spending?

Bagi Gen Z dan milenial, doom spending sangat berbahaya karena kondisi ekonomi yang semakin melejit. Belum lagi pola pikir mereka yang lebih mengutamakan dokumentasi kehidupan di media sosial ketimbang fokus dalam menabung. Ada beberapa dampak negatif dari perilaku ini, di antaranya:

1. Penumpukan utang

Advertising
Advertising

Pengeluaran impulsif sering kali berujung pada peningkatan utang. Bagi mereka yang tidak dapat mengontrol pengeluaran, suku bunga yang tinggi semakin memperparah kondisi finansial. Siklus "gali lubang, tutup lubang" menjadi tidak terhindarkan, dan akhirnya, utang yang terus bertambah bisa berujung pada kebangkrutan.

2. Merusak tujuan keuangan

Pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting dapat menghambat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang. Bagi Gen Z dan milenial, impian membeli rumah, menabung untuk masa pensiun, atau bahkan memiliki dana darurat bisa tertunda atau gagal tercapai karena uang habis digunakan untuk belanja yang tidak produktif.

3. Menambah beban emosional

Meski belanja memberikan kepuasan sementara, efek jangka panjangnya justru dapat menimbulkan masalah kesehatan mental. Kecemasan tentang kondisi keuangan yang tidak stabil akan terus menghantui dan membuat seseorang merasa terjebak dalam lingkaran masalah yang tak berujung.

Sementara itu, fenomena doom spending dapat dijelaskan oleh beberapa faktor psikologis. Salah satunya adalah pencarian kepuasan instan. Otak manusia cenderung mencari kesenangan untuk menghindari rasa sakit atau tekanan emosional.

Ketika seseorang berbelanja, hormon dopamin yang bertanggung jawab atas perasaan senang diproduksi, memberikan pelarian sementara dari stres. Akibatnya, banyak orang tergoda untuk terus menghabiskan uang demi mendapatkan rasa senang ini, meski hanya bersifat sementara.

Selain itu, media sosial turut berperan besar dalam mendorong doom spending. Platform-platform tersebut sering kali menampilkan kehidupan mewah dan kesuksesan orang lain, yang memicu perasaan perbandingan sosial. Tekanan untuk "tampil baik" di mata orang lain bisa membuat seseorang mengeluarkan uang di luar batas kemampuannya, demi memenuhi harapan yang tidak realistis.

KARUNIA PUTRI | MELYNDA DWI PUSPITA

Pilihan Editor: Banyak Gen Z Keranjingan Botox, Dermatolog Sebut Kesalahan Besar

Berita terkait

Utang Pemerintah per Agustus 2024 Turun jadi Rp 8.461,93 Triliun, Begini Penjelasan Kemenkeu

1 hari lalu

Utang Pemerintah per Agustus 2024 Turun jadi Rp 8.461,93 Triliun, Begini Penjelasan Kemenkeu

Jumlah utang pemerintah per akhir Agustus 2024 mencapai Rp 8.461,93 triliun, turun dibandingkan jumlah pada Juli 2024 yaitu Rp 8.502,69 triliun.

Baca Selengkapnya

Pertanian Modern Guna Siasati Bonus Demografi, Mentan: Jaminan Pendapatan Minimal Rp10 Juta Per Bulan

1 hari lalu

Pertanian Modern Guna Siasati Bonus Demografi, Mentan: Jaminan Pendapatan Minimal Rp10 Juta Per Bulan

Mentan Amran mengatakan satu kluster dirancang untuk dikelola 1 grup yang beranggotakan 20 orang dengan memanfaatkan teknologi digital.

Baca Selengkapnya

Digugat Pailit, Patra Logistik Dinilai Posisikan Pengadilan Mirip Debt Collector

1 hari lalu

Digugat Pailit, Patra Logistik Dinilai Posisikan Pengadilan Mirip Debt Collector

Kuasa hukum Putra Patra Utama, Tiur Henny Monica, mengatakan langkah Patra Logistik membayar utang di pengadilan sangat tak etis.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Milik Bakrie Gugat Perbuatan Melawan Hukum terhadap 12 Kreditur yang Tagih Utang Rp8,79 Triliun

1 hari lalu

Perusahaan Milik Bakrie Gugat Perbuatan Melawan Hukum terhadap 12 Kreditur yang Tagih Utang Rp8,79 Triliun

Perusahaan milik Bakrie, VIVA, melalui kuasa hukumnya, David Surya, mendalilkan para tergugat telah melakukan perbutan melawan hukum.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Rp8,4 Kuadriliun, Tahun Depan Tambah Rp775 Triliun

1 hari lalu

Utang Pemerintah Rp8,4 Kuadriliun, Tahun Depan Tambah Rp775 Triliun

Tahun depan pemerintah berencana melakukan penarikan utang baru sebesar Rp775 triliun.

Baca Selengkapnya

Patra Logistik Digugat Pailit Tak Bayar Utang Rp528 Juta

2 hari lalu

Patra Logistik Digugat Pailit Tak Bayar Utang Rp528 Juta

Kuasa hukum Putra Patra Utama, Tiur Henny Monica, mengatakan bahwa total tagihan yang harus dibayarkan Patra Logistik Rp528.294.510.

Baca Selengkapnya

Menperin Agus Gumiwang: Industri Halal Mesin Pertumbuhan Ekonomi Baru Indonesia

2 hari lalu

Menperin Agus Gumiwang: Industri Halal Mesin Pertumbuhan Ekonomi Baru Indonesia

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan pertumbuhan ekonomi syariah melalui industri halal harus mendominasi ekonomi nasional

Baca Selengkapnya

Siasati Utang Rp 800 T di Tahun Pertama Prabowo, Kemenkeu Bakal Lakukan Refinancing

2 hari lalu

Siasati Utang Rp 800 T di Tahun Pertama Prabowo, Kemenkeu Bakal Lakukan Refinancing

Kementerian Keuangan berencana membayar utang jatuh tempo sebesar Rp 800 triliun tahun depan dengan refinancing.

Baca Selengkapnya

Terkini: Utang Perusahaan Media Milik Bakrie Rp 8,79 Triliun, Ekonom Sebut Kelas Menengah Rentan Jadi Miskin

2 hari lalu

Terkini: Utang Perusahaan Media Milik Bakrie Rp 8,79 Triliun, Ekonom Sebut Kelas Menengah Rentan Jadi Miskin

Empat perusahaan media milik keluarga Aburizal Bakrie bisa terancam pailit. Sebanyak 12 kreditur menagih utang sebesar Rp 8,79 triliun.

Baca Selengkapnya

Anomali di Tengah Tekanan Ekonomi, Survei Proyeksikan Penjualan Harbolnas Naik 25,2 Persen

3 hari lalu

Anomali di Tengah Tekanan Ekonomi, Survei Proyeksikan Penjualan Harbolnas Naik 25,2 Persen

Pertumbuhan ini mendorong total nilai transaksi mencapai Rp 6,7 triliun pada Harbolnas 2024 yang akan jatuh pada Kamis, 12 Desember mendatang.

Baca Selengkapnya