Psikiater Sebut Pasien Kanker Remaja dalam Perawatan Paliatif Perlu Pendampingan
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Sabtu, 26 Oktober 2024 21:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kesehatan jiwa subspesialis anak dan remaja konsultan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Fransiska Kaligis, menjelaskan perlunya memahami pendampingan pasien kanker remaja dalam perawatan paliatif. Dalam menangani pasien remaja, tenaga kesehatan perlu membangun kepercayaan pasien agar bisa lebih kooperatif dan nyaman menjalani perawatan.
"Remaja dalam perawatan paliatif itu seringkali membutuhkan satu kondisi medis dan psikososial yang berbeda pendekatannya, kadang-kadang memang integrasi yang sesuai usia," katanya.
Menurutnya, sekitar 87 persen pasien remaja mengalami setidaknya satu gejala masalah psikologis. Ia mengatakan ada 33 studi yang mengeksplorasi kebutuhan psikososial pasien remaja dalam perawatan paliatif. Gangguan psikologis yang sering dialami pasien remaja menurut studi antara lain depresi, kecemasan, dan masalah penyesuaian.
"Kalau kita mungkin mendapatkan rasa percaya, membina dulu hubungan aliansi dengan remaja tersebut, mungkin dengan sikap kita yang juga ikut fleksibel, dia juga akan ikut fleksibel dan juga bisa terbangun kepercayaan," paparnya.
Menurutnya, sikap fleksibel tenaga kesehatan bisa membantu mengurangi rasa takut pasien remaja selama menjalani pengobatan kanker. Namun, dia juga mengingatkan tenaga kesehatan untuk menunjukkan ketegasan dalam kondisi tertentu untuk menghindari hal-hal yang bisa membahayakan pasien.
Perlunya dukungan
Fransiska mengatakan pelaksanaan perawatan paliatif pasien kanker remaja perlu dukungan dan pelibatan pasien dalam setiap pengambilan keputusan penting terkait perawatan. Sesuai karakter remaja pada umumnya, pasien kanker berusia remaja juga menginginkan pengakuan.
Karena itu, mereka juga perlu dilibatkan dalam upaya penyelesaian masalah serta diberi kesempatan untuk bercerita atau menulis jurnal guna meredakan perasaan terisolasi selama menjalani perawatan. Dukungan keluarga, orang terdekat, dan kelompok pendukung dari yayasan kanker akan sangat bermakna bagi pasien kanker remaja yang menjalani perawatan paliatif.
"Bisa dari keluarga, teman, orang-orang lain yang cukup bermakna buat remaja tersebut. Biasanya kita lakukan dengan komunikasi yang jujur, rahasia, dan juga pendekatan terhadap aspek budaya pasien," tuturnya.
Fransiska mengatakan tenaga kesehatan juga bisa memberikan dukungan psikologis dan menghadirkan suasana tidur lebih nyaman dengan meredupkan lampu dan memutarkan musik untuk membantu pasien yang mengalami gangguan tidur akibat depresi. Layanan konsultasi dengan profesional kesehatan jiwa dan psikoterapi individual dapat diberikan apabila pasien dinilai memerlukannya.
"Pendekatannya bisa dengan teknik memperbaiki cara pandang dan perspektif penerimaan, menurunkan distress psikologis sehingga lebih fleksibel dan kualitas hidup meningkat, serta intervensi mindfulness," paparnya.
Pilihan Editor: Pasien Kanker Payudara Diminta Tak Mudah Percaya Informasi yang Tidak Terbukti