WHO Nyatakan Mesir Bebas Malaria, Bagaimana dengan Indonesia?

Senin, 28 Oktober 2024 10:20 WIB

Nyamuk malaria (Reuters Photo/Paulo Whitake

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Mesir kini bebas malaria, sebuah pencapaian bersejarah dalam upaya memerangi penyakit ini, menurut pernyataan dari organisasi tersebut. "Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengesahkan Mesir sebagai negara bebas malaria, yang merupakan pencapaian signifikan dalam kesehatan masyarakat bagi negara yang memiliki lebih dari 100 juta penduduk," bunyi pernyataan tersebut, seperti yang dikutip dari Antara.

WHO menambahkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari "upaya hampir 100 tahun oleh pemerintah dan rakyat Mesir untuk mengakhiri penyakit yang telah ada di negara ini sejak zaman kuno."

WHO menetapkan status bebas malaria bagi suatu negara berdasarkan bukti yang rinci dan dapat dipercaya bahwa rantai penularan nyamuk pembawa malaria telah terhenti di seluruh wilayah negara tersebut selama setidaknya tiga tahun terakhir.

Bagaimana dengan Indonesia?

Malaria masih menjadi masalah kesehatan global yang signifikan, terutama di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh parasit dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles ini telah menjadi beban besar bagi sektor kesehatan dan ekonomi, terutama di wilayah endemik. Namun, dengan upaya yang terus-menerus, Indonesia menargetkan untuk mencapai status bebas malaria pada tahun 2030.

Advertising
Advertising

Situasi Malaria di Indonesia

Dilansir dari jurnal ojs.unikom.ac.id, data menunjukkan bahwa hingga tahun 2021, sekitar 68 persen atau sebanyak 347 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia telah dinyatakan mencapai eliminasi malaria. Hal ini merupakan pencapaian yang cukup signifikan dalam upaya pemberantasan malaria secara bertahap. Namun, masih ada wilayah dengan angka kasus malaria yang cukup tinggi, terutama di kawasan Indonesia Timur seperti Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Menurut WHO, status bebas malaria diberikan berdasarkan bukti yang terperinci dan dapat dipercaya bahwa rantai penularan malaria telah terputus selama tiga tahun berturut-turut di seluruh wilayah tersebut. Status ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut telah berhasil mencegah penyebaran malaria, meskipun tetap ada tantangan untuk mempertahankan pencapaian ini, terutama di daerah yang masih memiliki kasus endemik.

Regionalisasi Target Eliminasi Malaria

Dalam rangka mempercepat pencapaian target Indonesia Bebas Malaria pada tahun 2030, pemerintah telah menetapkan regionalisasi target eliminasi. Regionalisasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya dan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. Indonesia dibagi menjadi lima regional sebagai berikut:

1. Regional Pertama: Terdiri dari provinsi-provinsi di Jawa dan Bali. Wilayah ini dianggap sebagai wilayah dengan potensi eliminasi yang lebih cepat karena jumlah kasus malaria yang relatif rendah.

2. Regional Kedua: Meliputi provinsi-provinsi di Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat. Daerah-daerah ini membutuhkan pendekatan intensif untuk eliminasi malaria karena masih ada beberapa wilayah yang memiliki kasus endemik.

3. Regional Ketiga: Terdiri dari provinsi-provinsi di Kalimantan dan Maluku Utara. Upaya eliminasi malaria di regional ini dilakukan dengan pendekatan kolaboratif antar-pemerintah daerah.

4. Regional Keempat: Meliputi provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Wilayah ini masih memiliki tantangan besar terkait dengan tingginya angka kasus malaria, sehingga membutuhkan intervensi berkelanjutan dari berbagai pihak.

5. Regional Kelima: Provinsi Papua dan Papua Barat, yang merupakan daerah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia. Regional ini akan menjadi fokus utama dalam pencapaian target bebas malaria 2030, mengingat tingginya risiko penularan di kawasan tersebut.

Strategi dan Tantangan

Upaya untuk mencapai target Indonesia Bebas Malaria tahun 2030 tidak lepas dari berbagai tantangan. Beberapa tantangan utama meliputi akses ke layanan kesehatan di daerah terpencil, ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai, dan pendanaan yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, WHO dan Kementerian Kesehatan melalui program Global Malaria Programme telah memobilisasi berbagai sumber daya dan dukungan, baik dari dalam negeri maupun internasional, untuk memperkuat respons dalam eliminasi malaria.

Salah satu strategi utama dalam program ini adalah meningkatkan akses universal terhadap pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria. Selain itu, terdapat pula upaya transformasi surveilans malaria menjadi intervensi inti untuk mengidentifikasi dan menanggulangi kasus malaria dengan cepat. WHO juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan multi-sektor yang berkelanjutan dalam upaya ini, yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga internasional, dan komunitas lokal.

MYESHA FATINA RACHMAN | ANTARA | OJS.UNIKOM.AC.ID

Pilihan Editor: Nias Selatan Darurat Wabah DBD dan Malaria

Berita terkait

Indonesia Ingin Bergabung dengan BRICS, Dubes Tolchenov: Tak Ada Lobi Rusia

24 menit lalu

Indonesia Ingin Bergabung dengan BRICS, Dubes Tolchenov: Tak Ada Lobi Rusia

Dubes Rusia Sergey Tolchenov menyebut tak ada lobi Rusia atas keinginan Indonesia bergabung dengan BRICS.

Baca Selengkapnya

Mesir Usulkan Gencatan Senjata Sementara di Gaza untuk Pertukaran Sandera

4 jam lalu

Mesir Usulkan Gencatan Senjata Sementara di Gaza untuk Pertukaran Sandera

Mesir mengusulkan gencatan senjata awal selama dua hari di Gaza untuk menukar empat sandera Israel dari Hamas dengan beberapa tahanan Palestina.

Baca Selengkapnya

Indonesia-AS Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik lewat Konser Gamelan di Field Museum

5 jam lalu

Indonesia-AS Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik lewat Konser Gamelan di Field Museum

Perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-AS digelar di Chicago.

Baca Selengkapnya

Agar Suatu Negara Diakui Bebas Malaria oleh WHO, Bagaimana Caranya?

6 jam lalu

Agar Suatu Negara Diakui Bebas Malaria oleh WHO, Bagaimana Caranya?

Untuk menghilangkan malaria, program perlu berkonsentrasi pada identifikasi dan eliminasi fokus infeksi melalui metode deteksi kasus pasif dan aktif.

Baca Selengkapnya

Indonesia Ingin Gabung BRICS, Ekonom Sarankan Indonesia Juga Gabung OECD

1 hari lalu

Indonesia Ingin Gabung BRICS, Ekonom Sarankan Indonesia Juga Gabung OECD

Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, berpendapat Indonesia baiknya bergabung ke forum BRICS maupun ke OECD

Baca Selengkapnya

WHO Sebut Gaza Utara dalam Situasi Bencana Kesehatan

1 hari lalu

WHO Sebut Gaza Utara dalam Situasi Bencana Kesehatan

WHO menyebut Gaza utara mengalami krisis kesehatan.

Baca Selengkapnya

Keuntungan dan Tantangan Indonesia Gabung BRICS

2 hari lalu

Keuntungan dan Tantangan Indonesia Gabung BRICS

Upaya bergabungnya Indonesia ke BRICS dapat meningkatkan pengaruh dalam sistem internasional, namun juga menimbulkan tantangan yang perlu dicermati.

Baca Selengkapnya

Penyanyi Indonesia Raih Penghargaan di Kompetisi Internasional Kazakhstan

2 hari lalu

Penyanyi Indonesia Raih Penghargaan di Kompetisi Internasional Kazakhstan

Penyanyi asal Indonesia, Tarrarin, berhasil meraih penghargaan "Best Ambassadors of Country".

Baca Selengkapnya

Indonesia Sampaikan Keinginan Bergabung dengan BRICS

3 hari lalu

Indonesia Sampaikan Keinginan Bergabung dengan BRICS

Proses Indonesia untuk bergabung menjadi anggota BRICS telah dimulai.

Baca Selengkapnya

UNIC Puji Indonesia yang Tetap Dukung Palestina

3 hari lalu

UNIC Puji Indonesia yang Tetap Dukung Palestina

PBB sangat mengapresiasi diplomasi Indonesia dalam keberpihakan terhadap Palestina

Baca Selengkapnya