TEMPO Interaktif, Jakarta - Gara-gara buku, Sjahrir dan Mohammad Hatta pernah dicekam rasa rikuh luar biasa. Hal itu terjada saat kedua tokoh pergerakan itu tinggal dalam pengasingan di Banda Neira.
Ceritanya, kala itu anak-anak asuhan Sjahrir, termasuk Des Alwi yang masih hidup hingga sekarang, sedang bermain gulat. Saking serunya 'pertarungan' mereka tak hirau dengan kondisi ruangan hingga menjatuhkan pot bunga di atas meja. Air di pot itu membasahi buku-buku kesayangan Hatta. Anak-anak itu pun spontan terkena damprat. Maklum, Hatta sejak muda dikenal sebagai kutu buku dan amat menyayangi koleksi buku-bukunya.
"Sjahrir memutuskan untuk pindah rumah karena merasa tidak enak," tulis Hatta dalam karangannya. Sebaliknya, atas keputusan itu, Hatta pun mengaku merasa tidak enak terhadap Sjahrir.
Itu adalah sekelumit kisah dalam buku setebal 468 halaman yang diluncurkan Jumat (5/3) petang dalam rangka mengenang 100 tahun Sjahrir. Total, ada 35 tokoh yang menuliskan kisah-kisah mereka tentang sosok Sjahrir. Selain Hatta, adalah Adam Malik, Mochtar Lubis, T.B. Simatupang, dan Sjarifuddin Prawiranegara.
Buku yang diberi judul "Mengenang Sjahrir" ini kepanitiannya diketuai oleh Soedjatmoko, dan wartawan empat zaman, DR (HC) Rosihan Anwar sebagai editor. "Ini tantangan yang berbeda. Karena mengedit tulisan koran berbeda dengan tulisan buku," kata Rosihan dalam acara peluncuran buku ini di Hotel Santika, Jakarta Barat, Jum'at petang.
Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 5 Maret 1909. Ia meninggal dunia di Zurich, Swiss, pada 9 April 1966. Sjahrir yang berseteru dengan Presiden Sukarno kala itu, mendapat gelar pahlawan nasional di tahun yang sama. Oleh sahabat dan media massa saat itu, Sjahrir dipanggil dengan Bung Kecil, karena tubuhnya yang memang mungil.
MUSTAFA SILALAHI