Meningitis yang Bikin Kritis  

Reporter

Editor

Minggu, 25 April 2010 06:55 WIB

REUTERS

TEMPO Interaktif, Jakarta - Penyakit ini sering disebut penyakit brengsek. "Sekali kena, fatal," kata Staf Divisi Saraf Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sekaligus pendiri Klinik Anakku dr. Hardiono Pusponegoro.

Inilah penyakit meningitis dengan penyebab bakteri. Di dunia ilmiah, penyakit ini disebut sebagai penyakit invasif pneumococcus (Invansive Pnemumococcal Disesae). Penyakit ini menyerang selaput otak. Bakteri penyebab paling umum adalah Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcus).

Jika sudah kena, separuh kemungkinannya mati. Jika sembuh, meninggalkan cacat, kelumpuhan, tuli, kurang kemampuan belajar, mental terbelakang dan epilepsi. Parahnya lagi, penyakit ini banyak menyerang anak anak usia di bawah 2 tahun.

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia, pneumonia sudah membunuh bayi lebih dari dua juta per tahun. Salah satunya meningitis. Pada 24 April kemarin, diperingati sebagai Hari Meningitis Dunia.

Secara garis besar, meningitis disebabkan oleh tiga penyebab; virus, jamur dan bakteri. Pnemococcus disebabkan oleh bakteri. Meningitis yang disebabkan virus, umumnya tidak berbahaya dan bisa pulih. Namun, meningitis yang disebabkan oleh bakteri dapat mengakibatkan kematian hingga 50 persen pada penderita.

Dokter spesialis anak sekaligus Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Soedjatmiko mengatakan, anak berisiko tinggi terkena meningitis. Bakteri ini rentan bagi anak usia di bawah dua tahun, lahir kurang bulan, air susu ibu (ASI) sebentar, sering terpapar asap rokok, banyak kontak dengan orang lain.

“Biasanya di lingkungan padat,”kata dia. Selain itu, bayi yang sering infeksi saluran pernapasan dan sistem kekebalan tubuh yang rendah juga rentan terserang bakteri ini.

Bakteri ini berasal tenggorokan orang sehat. Menular melalui ludah, atau saat batuk. Tersalur ke bayi dan bersarang. "Yang menjadi sarang adalah bayi," kata dia.

Setelah bersarang di tenggorokan dan pernafasan bayi, bakteri berkembang dan masuk ke dalam darah. Menyebar ke tubuh, dan menyerang selaput otak. Kemungkinan yang terjadi adalah, radang paru, bakteri dalam darah dan meningitis.

Secara umum, gejala meningitis bisa diketahui dengan demam, hipotermia, susah minum, muntah, diare, kejang, sesak nafas, penurunan kesadaran atau ubun ubun menonjol. Tak ada cara lain, selain melarikan penderita ke rumah sakit untuk dirawat.

Namun, penyakit ini bisa dicegah. Antara lain dengan pemberian ASI, perilaku hidup sehat, menutup mulut jika bersin/batuk, cuci tangan dan imunisasi. Pencegahan terbaik dengan imunisasi, khususnya vaksin IPD generasi kedua, yakni Vaksin Pneumokokus Konjugasi (PCV 7).

Vaksin ini sudah direkomendasikan oleh IDAI. “Vaksin ini efektif dan aman,” kata Hardiono. Menurutnya, vaksin ini bisa menekan penyakit meningitis hingga 94 persen.

Angka vaksin ini di Indonesia masih sangat rendah. Dari 4,6 juta bayi yang lahir hanya 0,6 persen mendapatkan perlindungan terhadap bakteri pneumococcus.

Kendalanya, harga vaksin ini terbilang mahal. “Sekitar Rp 800 ribu,” kata Soedjatmiko.
Menurut Hardiono, jalan yang bisa ditempuh adalah menggalakkan imuniasi vaksin ini kepada anak anak di Indonesia. “Turunkan harga vaksin,” kata dia.

Advertising
Advertising

Jika pemerintah kesulitan, dia menyarankan meminta bantuan. “Mungkin dengan bantuan GAVI,” lanjutnya. GAVI adalah Global Alliance for Vaccines and Immunisation, lembaga internasional yang membantu negara negara berkembang dalam mengadakan vaksnasi dan imunisasi.

Berbeda dengan Menginitis Haji

Beberapa waktu lalu, jamaah haji ramai oleh fatwa haram vaksin menginitis. Pasalnya, vaksin itu ditengarai mengandung enzim babi. Bagaimana dengan vaksin PCV 7 ?

Menurut Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko vaksin IPD halal. “Penyebabnya berbeda,” kata dia.
Menginitis haji disebabkan oleh bakteri Nigeria Menginitidis. “Sedangkan menginitis ini disebabkan oleh pneumococcus,” kata dia.

Menginitis haji, kata Soedjatmiko, berkembang di Afrika dan Sahara. “Bakteri itu menyerang semua usia, anak dan orang dewasa,” kata dia. Bakteri menginitis haji itu dikhawatirkan terpapar saat orang bertemu dan berkumpul di Mekah saat naik haji.
“Saat ini, menginitis haji tak ada di Indonesia,” kata dia

NUR ROCHMI

Berita terkait

Mudik Lebaran, Pasien Penyakit Ginjal Hati-hati bila Mau Minum Obat Antimabuk Perjalanan

29 hari lalu

Mudik Lebaran, Pasien Penyakit Ginjal Hati-hati bila Mau Minum Obat Antimabuk Perjalanan

Penderita penyakit ginjal diminta berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter terkait sebelum meminum obat untuk mabuk perjalanan saat mudik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

40 hari lalu

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

Pakar penyakit dalam menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.

Baca Selengkapnya

Olahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI

40 hari lalu

Olahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI

Guru besar FKUI menyarankan penderita penyakit ginjal kronis berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang tepat.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

40 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Banyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya

41 hari lalu

Banyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya

Gagal ginjal biasanya merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal dengan kerusakan yang sudah cukup berat atau berlangsung lama.

Baca Selengkapnya

Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

43 hari lalu

Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

Aneurisma otak yang pecah menimbulkan banyak gejala, termasuk "sakit kepala petir", yang dikenal dengan rasa sakit yang tiba-tiba dan menyiksa.

Baca Selengkapnya

6 Manfaat Jus Seledri Untuk Kesehatan Tubuh, Cegah Diabetes hingga Menangkal Kanker

48 hari lalu

6 Manfaat Jus Seledri Untuk Kesehatan Tubuh, Cegah Diabetes hingga Menangkal Kanker

Seledri adalah sayuran renyah dan berserat yang menawarkan sejumlah manfaat kesehatan. Lantas apa saja manfaatnya?

Baca Selengkapnya

Waspada, Pasien Diabetes Punya Faktor Tinggi Alami Gangguan Ginjal

52 hari lalu

Waspada, Pasien Diabetes Punya Faktor Tinggi Alami Gangguan Ginjal

Faktor penyebab terbesar di dunia (termasuk juga di Indonesia) untuk gangguan ginjal adalah diabetes. Jalani gaya hidup sehat mulai sekarang.

Baca Selengkapnya

Hari Ginjal Sedunia, Ini 4 Hal yang Penting Selamatkan Nyawa Pasien

53 hari lalu

Hari Ginjal Sedunia, Ini 4 Hal yang Penting Selamatkan Nyawa Pasien

Hari Ginjal Sedunia tahun ini diperingati pada 14 Mret 2024. Ini 4 hal yang perlu jadi fokus para pihak untuk selamatkan nyawa pasien penyakit ginjal.

Baca Selengkapnya

Gejala Penyakit Ginjal pada Orang Muda yang Perlu Diperhatikan

53 hari lalu

Gejala Penyakit Ginjal pada Orang Muda yang Perlu Diperhatikan

Sebagian besar orang dengan penyakit ginjal tidak merasakan gejala pada tahap awal dan baru menyadarinya setelah masuk tahap lanjut.

Baca Selengkapnya