Dawet Langganan Bu Menteri  

Reporter

Editor

Senin, 7 Juni 2010 09:10 WIB

TEMPO Interaktif, Surakarta Bukan hanya beragam barang belanjaan, tapi pasar ini juga kaya wisata kuliner tradisional. Salah satu yang paling top adalah Dawet Telasih Bu Dermi. Tak sulit mencari Dawet ini, letaknya tak jauh dari pintu keluar Utara.

Segarnya sajian dawet telasih Pasar Gede kerap membuat kangen warga Surakarta yang merantau ke luar kota. Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari misalnya, dia selalu menyempatkan diri untuk menikmati sajian dawet telasih ketika pulang ke tanah kelahirannya.

Sepintas, dawet telasih Bu Dermi tersebut tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan dawet lain. Bahkan tempat berjualannya pun sempit, dan hanya disediakan sekitar lima tempat duduk bagi pengunjung yang ingin minum dawet di tempat tersebut. Aroma kurang sedap juga cukup terasa, sebab penjual dawet tersebut berada di dekat penjual daging serta ikan asin.

Namun kondisi yang kurang sedap tersebut akan hilang seketika jika telah menikmati segarnya santan bercampur cendol yang dijual seharga Rp 4.000 tiap porsi tersebut. Sajian dawet yang disajikan oleh generasi keempat dari Bu Dermi tersebut memang cukup lengkap.

Selain cendol hasil buatan sendiri, dawet tersebut juga dilengkapi dengan bubur sumsum, ketan hitam, biji telasih serta irisan nangka. Jika pembeli ingin lebih lengkap, dengan menambah uang sebesar Rp 500 maka penjual akan menambahkan tape ketan yang cukup lezat. Campuran gula yang tepat membuat dawet terasa segar ketika masuk ke kerongkongan.

Hampir semua bahan yang tersaji dalam dawet telasih tersebut merupakan buatan sendiri. “Untuk memastikan jika bahan yang digunakan benar-benar sehat dan aman dikonsumsi,” kata Tulus Subekti, generasi keempat dari Bu Dermi. Untuk pewarna cendol misalnya, dia memilih menggunakan daun suji daripada memakai bahan pewarna yang dijual di pasaran.

Meski saat ini sudah ada beberapa pedagang serupa, dawet telasih Bu Dermi tetap banyak dicari. Maklum, dawet telasih Bu Dermi sudah ada sejak pasar tersebut selesai dibangun pada 1930. Penjual dawet tersebut masih tetap eksis meski Pasar Gede telah dua kali direnovasi akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 1947 serta 1999.

Tiap hari, Tulus Subekti mulai berjualan pada pukul 07.00 WIB. Biasanya, dia berhasil menjual 400 porsi dalam waktu beberapa jam. Namun jika hari libur, seluruh dagangannya ludes sebelum tengah hari. Pembeli pun harus rela minum dawet sembari berdiri dan berdesakan.

Salah seorang pembeli, Diah Marwanti mengaku selalu singgah di dawet telasih Bu Dermi tiap berbelanja ke Pasar Gede, dua kali sepekan. Namun, dia memilih membeli untuk dibawa pulang. “Buat oleh-oleh di rumah,” kata Diah.

AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

4 hari lalu

Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru

Baca Selengkapnya

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

7 hari lalu

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024

Baca Selengkapnya

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

17 hari lalu

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?

Baca Selengkapnya

10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

18 hari lalu

10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.

Baca Selengkapnya

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

19 hari lalu

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.

Baca Selengkapnya

Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

20 hari lalu

Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.

Baca Selengkapnya

Resep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli

22 hari lalu

Resep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli

Gurame nyat nyat adalah kuliner primadona yang banyak diminati wisatawan domestik dan manca negara saat berkunjung ke Bangli, Bali. Ini resepnya.

Baca Selengkapnya

5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

24 hari lalu

5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Tren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal

32 hari lalu

Tren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal

Banyak bahan baku pangan lokal yang bisa digunakan sebagai subtitusi bahan impor untuk membuat produk kuliner sejenis, seperti mi.

Baca Selengkapnya

Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

34 hari lalu

Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.

Baca Selengkapnya