Namun, melihat anaknya yang lucu, Endang tak jadi melayangkan gugatan cerai itu. "Kasihan anak kami," kata dia. Dalam penyesalan, Endang mengaku sudah pasrah. "Nasi sudah menjadi bubur." Ia tak menyangka pria yang dulu mengejarnya di kampus itu kini malah tidak mengacuhkannya. Ikrar setia kala akad nikah tak berarti sudah.
Jika saja dari awal Endang tahu bahwa Tanto bakal tak setia, tentu ia akan berpikir berkali-kali ketika dipersunting menjadi istrinya. Masalahnya, bisakah meramal seseorang akan setia atau tidak? Ternyata bisa. Department of Psychology, Neuroscience, and Behavioral McMaster University, Ontario, Kanada, telah melakukan studi tentang hal itu.
Menurut studi itu, nada suara seseorang mempengaruhi kesetiaan orang tersebut. "Ini mungkin karena ada kaitan antara pitch, hormon, dan perselingkuhan," kata David Feinberg, penasihat studi tersebut, yang juga asisten profesor di Department of Psychology, Neuroscience, and Behavioral.
Pitch adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu nada. Studi itu dilakukan oleh Jillian J.M. O'Connor, dari Department of Psychology, Neuroscience, and Behaviour McMaster University, Kanada, dan Daniel E. Re, dari School of Psychology University of St Andrews, Skotlandia.
Dalam pengantar studi tersebut, O'Connor menulis bahwa, pada pria, kadar hormon testosteron berbanding terbalik dengan nada suara. Semakin tinggi kadar testosteron pada pria, semakin rendah suaranya. Hormon ini juga berkaitan dengan orientasi mengejar hubungan jangka pendek, termasuk berselingkuh. Sedangkan pada wanita, kadar hormon estrogen berkaitan dengan nada suara, daya tarik, dan kemungkinan berselingkuh.
Penelitian itu mengambil sampel dari lingkungan kampus tersebut. Peserta disaring hanya bagi mereka yang menyukai lawan jenis (heteroseksual). Akhirnya didapat 49 pria (rata-rata berusia 18,29 tahun) dan 55 wanita (rata-rata berusia 19,09 tahun). Namun tak disebutkan status pernikahan atau status hubungan dengan lawan jenis.
Suara para peserta itu lalu direkam. Ada dua versi rekaman: versi asli dan versi rekayasa. Mereka mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris. Hasil rekaman itu lalu diperdengarkan secara acak kepada para peserta. Hasilnya, pria dengan suara rendah dianggap menarik oleh kaum Hawa. "Namun juga dipersepsikan dengan doyan berselingkuh," tutur O'Connor.
Temuan ini konsisten dengan temuan sebelumnya, O'Connor melanjutkan, yang menyatakan bahwa kaum Adam dengan suara menarik sering terlibat perselingkuhan ketimbang pria dengan suara kurang menarik. Suara bisa berfungsi sebagai penanda tingkat hormon testosteron. Kadar testosteron secara positif juga berkaitan dengan orientasi perkawinan jangka pendek.
Sementara itu, pada wanita, suara tinggi dan genit dianggap menarik oleh pria. "Namun juga dipersepsikan lebih mungkin berselingkuh," ujar O'Connor. Mereka dilaporkan lebih sering terlibat dalam perselingkuhan dibanding wanita dengan suara kurang menarik. Suara wanita ini bisa dipengaruhi oleh hormon estrogen dan mungkin juga tanda siklus menstruasi. Estrogen dikaitan dengan orientasi hubungan jangka panjang dan potensi berselingkuh.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal online Evolutionary Psychology ini merupakan studi pertama yang mengkaji persepsi kaitan antara suara dan perselingkuhan. Dengan adanya temuan ini, O'Connor berharap agar mereka yang hendak melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan lebih peka membaca sinyal perselingkuhan. Sebelum nasi telanjur menjadi bubur seperti pengalaman Endang. | nur rochmi | epjournal | sciencedaily