TEMPO Interaktif, Singapura - The National University Health System (NUHS) mendesak anak-anak di Singapura untuk keluar dan bermain, dalam studi terbaru pencegahan miopia (rabun).
Studi itu bertujuan untuk mengetahui apakah menghabiskan waktu di luar rumah dapat membantu mencegah miopia pada anak-anak antara enam dan 10 tahun. Singapura memiliki salah satu tingkat tertinggi miopia di dunia.
NUHS mengatakan hal ini sangat mengkhawatirkan, karena setengah dari anak-anak menderita rabun pada saat mereka berusia 10. Sekitar delapan dari 10 menderita miopia ketika mereka mencapai usia 18.
Ia menambahkan bahwa umur rata-rata terjadinya miopia adalah delapan tahun.
Profesor Saw Seang Mei, wakil dekan untuk riset di NUHS, mengatakan, "Kami ingin menargetkan kelompok yang rentan terhadap faktor lingkungan, jadi jika kita meningkatkan waktu di luar ruangan, mungkin dapat mencegah pengembangan dan kemajuan miopia pada rentang usia ini."
NUHS mengatakan telah terjadi kenaikan dalam tren miopia dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam studi tersebut, anak-anak akan ambil bagian dalam kegiatan mingguan di taman - yang diselenggarakan oleh Dewan Taman Nasional - seperti berjalan dan berburu dengan panduan.
Tay Boon Sin, asisten direktur di Dewan Taman Nasional, mengatakan: "Anak-anak kini tak menghabiskan waktu di luar yang cukup, sehingga kami benar-benar berharap bahwa dengan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah, mereka tidak hanya berhubungan dengan taman, alam, mereka dapat benar-benar memiliki gaya hidup yang lebih sehat. "
Penelitian ini diharapkan akan selesai pada April 2012.
Temuan ini akan digunakan untuk mengembangkan program mengurangi miopia, obesitas dan penyakit kronis lainnya pada anak-anak Singapura.
CNA | ERWIN Z
Berita terkait
Al-Quran Braille, Solusi Penyandang Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin
46 hari lalu
Pada bulan Ramadan ini pesanan Al-Quran braille di Yayasan Raudlatul Makfufin sudah mencapai 300 set.
Baca SelengkapnyaDi Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude
59 hari lalu
Raditya terlahir tunanetra. Bagaimana dia kemudian bisa masuk UI dan lulus cum laude?
Baca SelengkapnyaAlat Bantu Mencoblos untuk Tunanetra di Pemilu 2024, Ada Karton dan Map Khusus
28 Januari 2024
KPU telah menyiapkan skenario dan fasilitas untuk memudahkan tunanetra pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaCerita Aulia, Mahasiswa Disabilitas Netra UGM yang Menyutradarai Film Pendek
26 November 2023
Meski seorang disabilitas netra, Aulia berhasil menyutradarai sebuah film pendek berjudul Masih Tanda Tanya.
Baca SelengkapnyaJalan Panjang Aris, Guru dan Programmer Disabilitas Netra yang Jadi 'Penerang'
21 November 2023
Dengan keterampilan dan pengetahuannya, dia ingin berbagi terangnya dunia kepada sesama disabilitas netra.
Baca SelengkapnyaAulia Rachmi, Mahasiswa Disabilitas UGM yang Raih 2 Juara di Kejurda Catur
9 November 2023
Mahasiswa Departemen Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada atau UGM ini baru setahun belakangan menekuni catur.
Baca SelengkapnyaRekomendasi 5 Tempat Wisata Untuk Difabel di Surabaya, Apa Saja Fasilitasnya?
3 Oktober 2023
Surabaya memiliki sejumlah destinasi wisata untuk difabel. Ini rekomendasi tempat wisata ramah difabel di Surabaya
Baca SelengkapnyaTop 3 Tekno Berita Hari Ini: BEM UGM Undang Capres ke Kampus, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cum Laude UGM
26 Agustus 2023
Topik tentang BEM UGM merencanakan acara yang melibatkan para bakal calon presiden menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.
Baca SelengkapnyaCerita Farrel, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cum Laude dari UGM
26 Agustus 2023
Di antara 1.609 lulusan UGM yang diwisuda Kamis lalu, Farrel lulus dengan predikat cum laude dari Fakultas Hukum.
Baca SelengkapnyaCerita Irsyad, Mahasiswa Tunanetra UGM Ikut KKN dan Buat Program Kerja tentang Pilah Sampah
31 Juli 2023
Irsyad merupakan salah satu mahasiswa penyandang disabilitas yang kuliah di UGM dan mengikuti KKN.
Baca Selengkapnya