Usir Stres dengan Pikiran Positif  

Reporter

Editor

Senin, 23 Mei 2011 08:50 WIB

sxc.hu
TEMPO Interaktif, Dua bulan ini Hendrawan, 30 tahun, merasa capek karena pekerjaannya. Karyawan swasta di bilangan Sudirman ini harus menangani banyak klien di bidang komunikasi. "Duh, masih menangani perusahaan A, eh kemarin datang lagi dan aku yang harus handle lagi. Semua menuntut hasil sempurna, stres dan mau meledak rasanya," ujarnya beberapa hari lalu.

Di samping pekerjaan utamanya, dia pun mempunyai pekerjaan sampingan pada akhir pekan. Selain itu, Hendrawan masih meneruskan kuliah S-2 di sebuah perguruan tinggi. "Maksudnya sih mumpung masih muda, tapi kok lama-lama puyeng juga," ujarnya.

Biasanya, Hendrawan melampiaskan stresnya dengan clubbing pada akhir pekan setelah menjalankan pekerjaan sampingannya. Namun, saat awal pekan, dia harus kembali berjibaku dengan pekerjaan dan tugas kuliahnya.

Apakah kondisi Hendra ini memang benar-benar stres? Apakah usaha Hendra untuk keluar dari kondisi ini cukup menyelesaikan masalah? Ahli jiwa dr. Surjo Dharmono, SpKJ(K), dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Rabu lalu menjelaskan bagaimana mengenali dan mengelola stres.

Menurut Surjo, stres adalah hal wajar yang dimunculkan tubuh sebagai respons seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Stres ini tidak selalu diartikan sakit. Pada tingkat tertentu, stres bisa bermanfaat mengembangkan kepribadian. "Diperlukan untuk menghadapi ancaman. Tapi, kalau berlebihan, memang akan merugikan," ujarnya.

Surjo mengatakan pada tahap wajar, belum diperlukan penanganan khusus untuk mengatasi stres. Stres akan dianggap menjadi penyakit jika menurunkan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah. Atau bisa pula menyebabkan berbagai keluhan psikis (mental dan emosional) maupun fisik. "Atau menyebabkan hambatan dalam kehidupan psikososial di pekerjaan, pergaulan, atau menggunakan waktu senggang," ujar dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Surjo juga menjelaskan, secara psikologis, stres akan muncul dalam bentuk kecemasan, ketakutan, gelisah, agresif, emosi yang labil, cepat marah, depresi, frustrasi, malas, dan apatis. Akibatnya, terjadi depresi, gangguan tidur, kelelahan kronis, mudah lupa, dan keluhan psikosomatik. Tentu saja hal ini bisa menyebabkan berbagai macam gangguan, seperti sistem hormonal, pembuluh jantung dan darah, sistem saraf, serta pencernaan atau pernapasan.

Agar tak tenggelam dalam stres, Surjo menganjurkan agar menjalani pola hidup sehat. "Makan seimbang dan sehat, istirahat cukup, olahraga, dan rekreasi. Jangan lupa sikap hidup positif," ujarnya. Surjo juga menyarankan agar berpikir rasional dan obyektif, merencanakan sesuatu dengan baik, dan menerima sesuatu yang tak bisa diubah. Suatu ketika, seseorang butuh waktu untuk dirinya sendiri atau disebut "me time", minimal 30 menit sehari. Sedangkan untuk mengembangkan kehidupan spiritual, seseorang perlu belajar memahami diri sendiri dan mengerti orang lain. "Jangan lupa kenali Sang Pencipta," ujarnya.

Menurut Surjo, jika seseorang mengalami stres, depresi tak perlu lebih lama tenggelam di dalamnya. Seseorang itu harus segera bangkit untuk lebih baik. Dia mengingatkan agar segera berobat atau berkonsultasi dengan psikolog, psikiater, atau dokter jika kondisi sudah memburuk.

Berbicara soal sikap hidup positif, cendekiawan muslim sekaligus psikolog, Jalalludin Rachmat, mengatakan pendapatnya. Dalam acara tersebut, Kang Jalal--panggilan akrabnya--menyitir kisah tokoh J.J. Rousseau. "Bagaimana jika kita menderita, tapi tetap sukses, itu yang patut kita tiru," ujarnya.

Menurut Jalalludin, kegagalan dan kesuksesan bergantung pada pribadi yang menjalaninya. Menjalani hidup positif dan optimistis akan membuat seseorang lebih kuat dan sukses. Kang Jalal mengatakan orang yang optimistis akan lebih bahagia, lebih sehat secara psikologis, dan tidak akan menghindari suatu masalah.

Dia pun mencontohkan suatu kasus ketika seseorang mendapatkan masalah yang membuatnya stres. Tergantung bagaimana seseorang itu menyikapi.
"Bisa saya melampiaskan marah dan puas, tapi konsekuensinya lebih panjang dan membuat hati atau pikiran lebih sakit. Lebih baik berpikir positif," ujarnya.

Jalalludin pun menganjurkan agar senantiasa menanamkan hal-hal yang positif, dimulai dengan memilih kata-kata yang akan menghasilkan perasaan positif. Dari perasaan positif itulah akan dihasilkan tindakan positif. "Tindakan positif akan menjadi kebiasaan dan hal ini insya Allah akan menjadi tujuan yang positif pula," ujar penulis beberapa buku berciri Islam ini.

DIAN YULIASTUTI





Berita terkait

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

10 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

11 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

11 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

11 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

15 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

18 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya