TEMPO Interaktif, Meski masih lemah, Rangga, pasien rawat inap di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta, dipaksa duduk. Padahal remaja 11 tahun itu baru tiga hari terbaring di rumah sakit karena menderita demam berdarah. Dia dituntun dan dipegangi perawat untuk duduk di tempat tidur tanpa sandaran.
Gerakan duduk menjadi faktor penyembuh dan penyeimbang bagi pasien yang sudah beberapa hari berbaring di rumah sakit. "Biasanya kalau sudah stabil, meski masih lemah, akan didudukkan atau dimiringkan, kanan atau kiri,"? ujar dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Siti Annisa Nuhonni.
Kenapa? Menurut dokter Annisa, berdasarkan susunan jaringan dan organnya, posisi terbaik manusia adalah saat berdiri. Sebab, saat berdiri, organ paru, tulang, dan sebagainya mendapat kesempatan berkembang. Apalagi, ketika seseorang sakit selama beberapa hari, fungsi organ-organ tersebut tak maksimal saat dia masih terbaring.
Perlakuan yang sama juga diberikan kepada pasien yang menderita sakit kelenjar leher (tiroid) dan lama dirawat di rumah sakit. Sebab, jika terbaring, fungsi organ paru-parunya terganggu. Paru-paru penderita tiroid basah lantaran tak dilatih berdiri. Padahal penyakit tiroid yang dideritanya sudah membaik. Biasanya, menurut Annisa, kasus seperti itu menimpa pasien usia lanjut. Mereka biasanya dirawat di rumah, dan saat dibawa ke rumah sakit, didiagnosis mengalami pneumonia.?
Pneumonia terjadi karena fungsi organ manusia lanjut usia biasanya menurun. Akibatnya, mereka batuk secara refleks atau lainnya ketika organ kemasukan benda asing dan tak bisa dikeluarkan. Ada lendir atau dahak yang tak dikeluarkan di paru-paru yang menyebabkan infeksi. "Kami biasanya sudah menduga ada efek itu ketika ada pasien usia lanjut yang lama dirawat di rumah,"?ujar Annisa.
Selain didudukkan, tubuh pasien bisa dimiringkan dalam keadaan berbaring, sehingga paru-paru dan organ lainnya bisa tetap mengembang ke kiri, kanan, dan belakang. Tentu saja yang paling bagus dalam kondisi berdiri. "Selain paru-paru, tulang iga bisa bergerak bebas ke kanan, kiri, depan, belakang, dan diafragma turun, sehingga oksigen bisa bebas masuk,"?kata Annisa, yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Posisi tegak? saat duduk baik untuk jantung dan paru-paru. Namun, untuk penderita jantung, pergerakannya biasanya dibantu orang lain karena mereka tak boleh banyak bergerak saat pemulihan. Lamanya waktu berbaring, menurut dokter Annisa, cukup dua hari. Selama itu kerja jantung menjadi santai dalam mengalirkan darah. Biasanya, bila pasien kembali berdiri, kepala akan pusing. Sebab, kerja jantung menjadi cepat lagi. Membiasakan diri tetap beraktivitas dengan duduk akan membuat kerja jantung menjadi lebih cepat, seperti saat manusia sehat.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan, Achmad Hudoyo, sependapat bahwa perlunya seseorang bergerak saat dirawat dan berbaring lama di tempat tidur. Misalnya pada penderita stroke, yang biasanya akan mengalami decubitus atau luka di sekitar tulang pinggul. Karena itu, selain posisi tidurnya diubah oleh perawat, pasien diberi kasur antidecubitus.?
Menurut dokter yang pernah merawat penyanyi Chrisye (almarhum) itu, sebenarnya tak ada hubungan paru dengan posisi tidur. Namun memang, bila pasien juga mengalami refleks yang kurang untuk menelan dan batuk, dahak akan menumpuk. Makanan masuk ke paru-paru dan fatal akibatnya.?
Dokter yang juga berpraktek di pusat pelayanan penyakit pernapasan Jakarta (JRC) ini menyarankan seorang dokter mesti memahami pasiennya. "Kerja sama dengan dokter lain bisa membantu agar semakin memulihkan pasien yang lama dirawat di rumah sakit,"?ujar Hudoyo. Sebab, kata dia, tanggung jawab pasien ada pada dokter yang merawatnya.
YOPHIANDI
