Mengapa Anak Laki-laki Lebih Lambat Bisa Bicara

Reporter

Editor

Jumat, 27 Januari 2012 06:46 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, - Anak laki-laki biasanya terlambat untuk bisa berbicara ketimbang anak perempuan. Keahlian berbahasa mereka juga berkembang lebih lambat dari anak perempuan. Selama ini, apa penyebab hal ini masih menjadi misteri Tapi, penelitian terbaru dari ilmuwan Australia ini mungkin bisa menjawabnya.


Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry edisi terbaru itu, tim peneliti Telethon Institute for Child Health Research pada University of Western Australia di Perth mengumpulkan darah tali pusar dari hampir 900 bayi baru lahir. Darah tali pusar (umbilical cord) itu lalu dites untuk mengetahui kadar testosteron sebelum lahir.


Ternyata, janin laki-laki terpapar testosteron 10 kali lebih banyak dari pada janin perempuan ketika dalam kandungan. Testosteron atau hormon seks ini diketahui memiliki peran penting dalam proses bagaimana otak berkembang.


"Masalah terlambat berbicara terjadi pada sekitar 12 persen anak-anak yang diteliti, mayoritas adalah anak laki-laki," ujar Andrew J.O. Whitehouse, salah satu peneliti. "Bertahun-tahun, penyebab terlambatnya anak berbica menjadi misteri," Whitehouse menambahkan.


Apa yang ditemukan penelitian ini, kata Whitehouse, adalah terpapar testosteron dalam kadar yang lebih tinggi, khususnya pada janin berkelamin laki-laki bisa jadi merupakan penyebab untuk terlambat kemampuan berbicara anak. "Temuan ini merupakan bukti biologi pertama dari faktor risiko biologi untuk penundaan kemampuan berbahasa," kata associate professor di Telethon Institute for Child Health Research itu.


Advertising
Advertising

Penelitian ini tak hanya sebatas menguji kadar testosteron sebelum lahir, tapi juga tahap perkembangan bayi selama tiga tahun pertamanya. Tim peneliti menemukan bahwa bayi laki-laki usia tiga tahun yang memiliki kadar testosteron tinggi memiliki risiko dua kali lipat untuk positif terlambat bicara ketimbang bayi laki-laki dengan kadar testosteron lebih rendah.


Uniknya, ternyata pada anak perempuan yang terjadi sebaliknya. Anak perempuan dengan kadar testosteronnya lebih tinggi punya risiko rendah untuk terlambat bicara ketimbang yang kadar terstosteronnya lebih rendah. Para peneliti masih akan mencari jawaban mengapa testosteron mempunyai efek yang berbeda terhadap anak laki-laki dan perempuan. Untuk menjawap pertanyaan itu diperlukan riset lanjutan.


Penelitian ini hanya menyimpulkan bahwa kadar testosteron yang tinggi sebelum kelahiran berkaitan dengan penundaan kemampuan berbicara anak tapi bukan penyebab penundaan kemampuan berbicara tersebut. "Jika kita bisa mengidentifikasi anak terpapar testosteron kadar tinggi selama dalam kandungan, mungkin kita dapat membantu perkembangan berbahasanya dari tahap sedini mungkin," ujar Whitehouse.


WEBMD News | dody hidayat

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya