Psikolog Soroti Bahasa `Statutisasi` ala Vicky
Editor
Hadriani Pudjiarti
Selasa, 10 September 2013 14:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Roslina Verauli mengomentari maraknya bahasa ala Vicky yang dipopulerkan Vicky Prasetyo, mantan tunangan Zaskia Gotik. Bahasa itu kini ramai menjadi pembicaraan di media sosial. Menurut dia, maraknya bahasa ala Vicky atau Vickynisasi, yang kemudian menjadi tren, tak bisa dipisahkan dalam perilaku sosial.
"Bahasa mempresentasikan budaya, masyarakat, dan kekinian, seperti kemajuan teknologi," kata psikolog yang kerap disapa Vera ini saat dihubungi Tempo, Selasa, 10 September. Alumni Universitas Indonesia ini menegaskan, perkembangan bahasa mampu menembus lintas pergaulan yang mewakili berbagai kelompok. Kemudian, bahasa tersebut dikembangkan lagi menjadi sub-sub kelompok.
Dalam budaya instan yang serbacepat seperti sekarang, kemampuan berbahasa menjadi suatu kebutuhan yang serbainstan dan cepat untuk diikuti layaknya sebuah tren. "Ada yang berbahasa karena tren, latah, sekadar ikut-ikutan, atau untuk seru-seruan dan lucu-lucuan," ujar dia.
Pada remaja, sesuai dengan perilaku mereka yang serba spontan, ketika marak bahasa singkatan atau bahasa yang tak lagi menggunakan kata-kata, melainkan berupa lambang (emoticon), mereka pun spontan mengikutinya. Walhasil, bahasa seperti itu berkembang pesat di kalangan remaja.
"Bahasa mempresentasikan seseorang," kata Vera. Sesuai tingkatannya, semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka justru penggunaan bahasanya akan lebih sederhana. Tutur katanya tidak membuat orang pusing karena banyak penggunaan istilah yang tidak pas dan salah kaprah.
Dalam kasus Vickynisasi ini, Vera melihat banyak orang yang kemudian ikut-ikutan atau latah. Bahkan, sampai menjadi topik yang ramai dibicarakan di jejaring sosial. Menurut dia, hal itu bukan merupakan sebuah tren, tapi lebih mengarah pada seru-seruan atau lucu-lucuan.
"Lebih bermakna untuk parodi atau joke semata. Jadi, bukan hal yang dianggap serius," kata Vera. Pada level masyarakat modern yang intelektual atau dengan kecerdasan yang semakin tinggi, pemakaian bahasanya justru lebih sederhana. Ia pun menyoroti kebiasaan di kalangan menteri yang sering menggunakan bahasa asing. Vera tidak setuju dengan kebiasaan seperti itu. "Bahasa menteri harus sederhana dan tidak membingungkan rakyat," ujar Vera.
HADRIANI P
Topik Terhangat
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Jokowi Capres? | Miss World | Penerimaan CPNS | Krisis Tahu-Tempe
Berita Terpopuler:
Wawancara Kocak Vicky Eks Zaskia Gotik di YouTube
Harisson Ford Naik Meja Menteri untuk Betulkan AC
Cerita Pacar Dul Sebelum Kecelakaan
Jenis Mobil Dul, Mitsubishi Lancer EX, Bukan Evo X
Menhut Tak Nyaman dengan Pertanyaan Harrison Ford