TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Apple Inc mengumumkan akan memperkerjakan Angela Ahrendts awal tahun ini, dunia mode dan teknologi paham betul ke mana arahnya. Ahrendts terkenal bertangan dingin dalam mengubah merek pakaian lokal menjadi berskala global. Di usia 29 tahun, ia menjadi Presiden Donna Karan International. Lalu, ia konsisten di industri tersebut sampai menjadi bos di rumah mode Burberry.
Perempuan berusia 53 tahun asal Indiana, Amerika Serikat, itu terkenal berjasa dalam mengubah Burberry tak hanya sebagai merek pakaian kelas atas, tapi juga produk gaya hidup mewah. Keputusan Apple memperkerjakan Ahrendts datang tahun lalu, setelah tiga bulan sebelumnya merekrut bos Yves Saint Laurent, Paul Deneve.
Ini bisa dibilang cara penerus Steve Jobs, Tim Cook, dalam mengubah Apple dari perusahaan teknologi menjadi merek gaya hidup. Selain itu, penunjukan Ahrendts sebagai kepala bagian retail juga menjadi langkah Apple untuk membuktikan diri sebagai perusahaan yang menerima keberagaman. Apple dituduh terlalu homogen, karena posisi kunci, seperti mulai direktur hingga kepala bagian, selalu dipimpin oleh laki-laki berkulit putih.
Kritik soal terlalu homogennya Apple ini sudah sering terlontar, bahkan ketika pendirinya, Jobs, masih hidup. Di posisi direktur hanya ada satu perempuan sekarang, Andrea Jung. Tujuh direktur lainnya adalah laki-laki berkulit putih berumur di atas 50 tahun. Cook berkali-kali berjanji memperbaiki kesetaraan gender dan ras yang terjadi dalam perusahaannya.
Isu ini menjadi penting di Amerika Serikat karena Apple memiliki pengaruh yang kuat ke masyarakat sehingga ia mengemban tugas menjadi contoh bagi yang lain. “Saya berharap dalam beberapa tahun ke depan kita akan melihat orang-orang di jajaran direktur lebih beragam untuk merefleksikan basis konsumennya,” kata Larisa Ruof dari Sustainability Group kepada Bloomberg, pekan lalu.
