TEMPO.CO, Jakarta - Nama yang lucu untuk sebuah makanan, ayam kodok. Menu satu ini memang sudah dikenal dengan kenikmatannya saat disajikan pada momen istimewa. Perayaan tahun baru Imlek, misalnya.
Menu yang juga disebut gefuldekip (ayam cabut tulang, lalu diisi) ini memang tidak memiliki keterkaitan dengan kebudayaan Tionghoa. Namun, ayam kodok ternyata menjadi pilihan utama orang-orang Tionghoa di hari Imlek.
Pakar kuliner Indonesia, Sisca Soewitomo, mengaku meski ditimpa dengan kerumitan untuk memasak, ayam kodok malah banyak digemari. "Di hari Imlek ini, ada banyak pesanan ayam kodok," aku Sisca kepada Tempo, Jumat, 31 Januari 2014.
Ayam kodok dimasak dengan tingkat kerumitan tersendiri. Untuk membuatnya, kulit ayam dipisahkan dengan dagingnya. Hal ini tentu memerlukan ketelitian. Jangan sampai kulit ayam sobek. Kulit ayam yang utuh ini kemudian diisi dengan beberapa cincangan daging ayam, telur dan lain-lain. Setelah padat, semua ujung kulit ayam dijahit. Walhasil, masakan berbahan dasar ayam ini berbentuk kodok.
"Selain lezat, ayam kodok juga bisa disantap bersama keluarga," kata Sisca. "Mungkin karena itulah, ayam kodok menjadi menu pilihan untuk perayaan istimewa."
Menurut Sisca, selain bisa menghangatkan suasana makan bersama, ayam kodok juga dinilai mampu memanjakan lidah. Setiap bagian kulit hingga daging ayam kodok terasa nikmat karena bumbunya yang memang meresap hingga ke dalam.