Cermati Perkembangan Penyakit MERS  

Reporter

Kamis, 8 Mei 2014 17:22 WIB

Jemaah Umroh menunggu di Terminal 2D, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten (7/5). Petugas memasang alat tersebut untuk mendeteksi virus MERS-CoV dari luar negeri khususnya para jemaah Umroh, TKI dan wisatawan dari Timur Tengah. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, mengatakan belum ada obat dan vaksin untuk Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV).

Kepala Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo ini mengatakan kita harus mencermati perkembangan penyakit MERS di Arab Saudi saat ini. "Dan mencermati kasus-kasus yang telah tersebar ke beberapa negara, termasuk beberapa kasus di Indonesia yang diduga MERS," katanya.

Terakhir, ada satu kasus dari Kota Medan yang menimpa seseorang yang baru pulang umrah. Dia diduga mengidap MERS karena mengalami gejalanya mirip MERS. Dia meninggal pada 4 Mei 2014 setelah hanya sempat dirawat selama beberapa jam di RSUP Adam Malik.

Menurut Ari Fahrial, di Arab Saudi kasus ini awalnya terjadi di suatu daerah yang berjarak ratusan kilometer dari Riyadh. Namun kini sudah tersebar ke kota tempat jemaah umrah berada, seperti Mekah, Madinah, dan Jedah.

Staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini mengatakan saat ini pemerintah Arab Saudi dan pemerintah Indonesia belum memberlakukan travel warning untuk jemaah umrah, walau terdapat pembatasan pemberian visa.

"Pemerintah Indonesia melalui pernyataan tiga menteri hari ini, 5 Mei 2014, yaitu Menteri Agama, Menko Kesra, dan Menkes, menyampaikan bahwa pemerintah tetap memberangkatkan jemaah umrah dan haji tahun ini," katanya.

Melihat perkembangan saat ini, yakni sudah ada anggota jemaah umrah yang terkena infeksi MERS, cepat atau lambat akan ada anggota jemaah Indonesia lain yang positif tertular karena Indonesia tercatat sebagai pengirim jemaah umrah terbanyak ke Tanah Suci.

Ari Fahrial mengatakan infeksi MERS disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernapasan bawah (paru-paru). Pasien yang mengalami infeksi ini akan mengalami demam tinggi, batuk, dan sesak napas. (Baca: AIRC Pertanyakan Keseriusan WHO Antisipasi MERS) Pada paru-parunya terjadi radang akut (pneumonia), dan mudah mengalami komplikasi pada ginjal sampai gagal ginjal.

Angka kematian akibat MERS cukup tinggi. Sampai saat ini hampir 25 persen kasus berakhir dengan kematian. Mengingat sudah ada kasus yang ditemukan pada anggota jemaah umrah asal Indonesia, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh warga Indonesia yang hendak berangkat umrah dan petugas kesehatan yang kebetulan menangani infeksi pada pasien yang baru pulang dari Tanah Suci.

Jemaah umrah bisa memperhatikan berikut ini:

1. Orang usia lanjut di atas 60 tahun dengan penyakit kronis dianjurkan tidak berangkat.

2. Orang dengan penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) juga dianjurkan tidak berangkat.

3. Sebaiknya jemaah yang akan berangkat dalam keadaan sehat dan tidak sedang mengalami infeksi.

4. Selama berada di Arab Saudi, terutama jika sedang berada kerumunan, sebaiknya jemaah umrah selalu menggunakan masker, terutama masker N95. Masker ini dipakai oleh orang sehat dan bertujuan mencegah terhirupnya virus dan partikel halus.

5. Jemaah umrah harus selalu mencuci tangan dengan sabun baik sebelum maupun sesudah makan dan sesudah menyentuh sesuatu yang juga disentuh oleh orang lain.

6. Tetap makan dan minum cukup.

7. Konsumsi buah dan sayur-sayuran.

8. Usahakan tetap tidur cukup, minimal 6 jam dalam 24 jam selama berada di Tanah Suci.

9. Hindari makanan dan minuman yang manis, goreng-gorengan, dan minuman dingin.

10. Jika terserang demam dan batuk saat di Arab Saudi atau setelah pulang umrah, segeralah berobat ke rumah sakit.

Ia juga menegaskan secara khusus bagi petugas kesehatan di Indonesia agar mencurigai munculnya MERS pada masyarakat yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas yang baru pulang dari Arab Saudi, baik jemaah umrah maupun tenaga kerja migran.

EVIETA FADJAR

Berita lain:

Teknik Pernapasan Pengaruhi Sistem Kekebalan Tubuh
Rambut Bunga Citra Lestari, Segar dan Bikin Cantik
Gaya Rambut Emma Stone Bikin Awet Muda
Sarapan Sehat dengan Jus Mangga dan Pepaya

Berita terkait

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

4 Juli 2023

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

buah bidara dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit

Baca Selengkapnya

Punya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut

8 Februari 2021

Punya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut

Punya hewan peliharaan memang menghibur. Tapi awas, mereka juga bisa menularkan penyakit kepada pemiliknya.

Baca Selengkapnya

Banjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut

8 Februari 2021

Banjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut

Banjir selalu menyisakan berbagai masalah, bukan hanya kotoran dan lumpur tapi juga beragam penyakit akibat virus dan jamur.

Baca Selengkapnya

Mengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina

7 Februari 2021

Mengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina

Rektor Paramadina, Firmanzah, wafat karena vertigo. Penyakit ini banyak dialami orang tapi kurang dipahami bahayanya.

Baca Selengkapnya

Cegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif

7 Februari 2021

Cegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif

Dokter mengatakan membangkitkan rasa gembira dan bahagia merupakan cara efektif serta mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke.

Baca Selengkapnya

Hindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran

6 Februari 2021

Hindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran

Dokter menjelaskan penyebab penyakit kanker dan faktor pemicu yang sebenarnya bisa dihindari, termasuk memilih gaya hidup sehat.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara

2 Februari 2021

Pentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di tengah masyarakat dan lini terdepan pelayanan kesehatan pun harus paham deteksi dini kanker payudara.

Baca Selengkapnya

Sering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara

2 Februari 2021

Sering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara

Pakar mengingatkan perlunya mengenali gejala kanker payudara lebih dini untuk menurunkan risiko keparahan penyakit dan mempercepat penyembuhan.

Baca Selengkapnya

5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai

25 Januari 2021

5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai

Indonesia mengalami kenaikan jumlah prevalensi penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian tertinggi. Penyakit apa saja itu?

Baca Selengkapnya

Radang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya

24 Januari 2021

Radang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya

Jangan samakan GERD dengan radang usus kronis atau IBD meski sama-sama menyerang lambung. Simak penjelasan pakar berikut.

Baca Selengkapnya