Cita Rasa Jawa Diulas Koran Ternama di Britania
Editor
Hadriani Pudjiarti
Senin, 29 September 2014 05:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta: Nun jauh di sana, di Leicester, Inggris, Bobby Ananta sibuk dengan cabai, jahe, dan bawang. Dia sedang meracik bumbu untuk saksang, daging babi cincang khas Batak. (Baca: Pilih Jokowi, Warga Batak Kerahkan 32 Marga)
Namun pria kelahiran Solo, 19 April 1975 itu tetap melayani Tempo yang mewawancarainya via panggilan video Internet, Skype. "Aku lagi bikin resep untuk The Guardian. Kebetulan temanya masakan babi hutan," ujar Bobby, dengan logat Jawa Tengah-an, pada Senin, 22 September.
The Guardian merupakan koran terkemuka di Inggris. Berdiri sejak 1821, harian tersebut menjadi referensi utama di Inggris dan Eropa, dari soal hukum sampai sepak bola.
Resep Bobby tiga kali nongol dalam rubrik kuliner, yakni pada halaman sisipan The Guardian. Ini berawal pada Januari lalu, saat dia menggelar selamatan atas pernikahan sahabatnya di Leicester dengan sajian bebek buntel, pepes bandeng, teri daging, opor ayam, dan urap. Seluruh proses pembuatan masakan tersebut diliput oleh wartawan dan fotografer The Guardian dan tampil di koran itu pada 4 Januari lalu. (Baca: 'Godfather' Multikulturalisme Inggris Meninggal)
Tidak mudah untuk diliput harian nomor wahid tersebut. Pertama, Bobby mengirim surat elektronik yang membahas masakannya. Oleh redaksi, resep itu dibandingkan dengan masakan berbagai koki selebritis Inggris. Bobby juga kudu menjalani wawancara pra-liputan. Ternyata, masakan Jawa merebut perhatian media Inggris, yang biasanya sibuk menyorot resep Gordon Ramsey dari Hell's Kitchen.
“Mereka luwih ngajeni (lebih menghargai) masakan rumahan," ujar Bobby. Dia mengatakan wartawan The Guardian melongo melihatnya menggiling bumbu dengan cobek. "Beda dengan di Indonesia. Lihat ibu kita masak di dapur, yo uwis (ya sudah)."
Sejatinya, Bobby tak punya latar belakang kuliner. Besar dan bersekolah di Solo, dia mengambil jurusan teknologi pertanian di Universitas Brawijaya, Malang. Dia lalu berkarier di perusahaan kopi multinasional. Kantornya berpindah-pindah, dari Inggris, Bogor, Bali, lalu balik lagi ke Inggris. Sekarang, Bobby menjadi manajer di sebuah kedai kopi di Leicester.
Diakui Bobby mulai tergugah bereksperimen di dapur saat indekos di Bali. Rindu kampung halaman, ia mengulik ingatan lamanya saat duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia sering menemani sang ibu berbelanja di Pasar Penumping, Solo, dan meracik masakan. “Kayaknya di otak saya itu ada semacam rekaman buku masakan deh, hehehe," katanya. "Soalnya saya masih ingat banget cara ibu memasak dan bahan apa saja yang dipakai.”
Begitu tinggal di Inggris, Bobby memasak sendiri saban hari. Kendati tak alergi terhadap masakan Inggris, dia lebih lahap menyantap hidangan Indonesia, terutama Jawa. Racikannya tercium oleh kawan-kawannya. "Ternyata masakan Jawa cocok untuk lidah orang Inggris," ujar dia. Terdapat pengecualian untuk penganan ringan, seperti tiwul atau klepon. "Mereka masih sulit menerima rasanya." Dorongan dari rekan dan tetangganya itulah yang mendorong Bobby mengirim surat ke The Guardian sebagai penulis resep. (Baca: WNI di Inggris Raya Deklarasi Dukung Jokowi-JK)
Menurut Sarjana Teknologi Pangan Universitas Brawijaya, Malang ini, tantangan terbesar dalam menulis resep masakan Jawa, apalagi di negeri seberang, adalah tidak adanya takaran baku. "Orang Jawa biasa memasak pakai perasaan," katanya. "Masa iya gue menulis resep pakai istilah ‘secukupnya’ atau ‘sejumput’, mana ngerti bule-bule itu?"
Namun Manajer kedai kopi ini optimistis masakan Indonesia, terutama Jawa, bisa menyaingi hidangan Malaysia dan Thailand, yang lebih dulu terkenal di Inggris. Untuk mewujudkan harapan itu, Bobby tak hanya mengandalkan The Guardian. Dia baru saja merampungkan pembuatan video soal kuliner multikultural di Inggris yang berjudul Celebrate Multicultural Britain Food, yang diproduksi BBC. Video itu rencananya diluncurkan pada awal 2015.
Bobby juga merancang buku kuliner yang menceritakan sejarah di balik makanan khas Jawa. Rujukannya adalah buku berisi 1.300-an resep khas Jawa yang tertulis dalam buku terbitan Belanda pada 1931, yang dia dapati di sebuah perpustakaan di London. “Sehingga anak-anak kita tahu masakan apa yang dulu dibuat oleh leluhurnya," ujarnya.
ISMA SAVITRI
Terpopuler
Tetap Aksis dengan Gaya Bertopang Dagu
Diet Cacing Pita Populer di Kalangan Model
Bullying Tingkatkan Peradangan
6 'Manfaat' Kesehatan Jika Menjomblo
Manfaat Rose Hip Oil untuk Kecantikan