Awas, Pria Lebih Rentan Derita Sindrom Steve Johnson

Reporter

Sabtu, 21 Maret 2015 15:26 WIB

Ilustrasi Kanker Kulit. wikimedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Para pria kini mesti berhati-hati dengan sindrom Steven Johnson (SSJ). Dalam surat elektronik yang disampaikan Tjandra Yoga Aditama pada Sabtu, 21 Maret 2015, disebutkan gejala umum SSJ berupa kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium, dan mata.

"Secara umum, bentuk klinis SSJ berat jarang terdapat pada bayi, anak kecil, atau orang tua. Namun penderita SSJ ini lebih sering dialami para pria dibanding wanita," kata Tjandra.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balibangkes) Kementerian Kesehatan ini menuturkan data berbagai negara di dunia menunjukkan angka kejadian SSJ adalah dua-enam kasus setiap sejuta orang per tahun.

"Di seluruh Amerika Serikat, ada sekitar 300 kasus setiap tahunnya," ujarnya.

Menurut pria berkacamata ini, penyebab SSJ sukar dipastikan, karena penyebabnya berbagai faktor. Meski secara umum sering dikaitkan dengan respons imun terhadap obat.

Dia menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya SSJ, di antaranya infeksi virus, jamur, bakteri, ataupun parasit. Lalu obat-obatan seperti salisilat, sulfa, penisilin, anti-konvulsan, obat anti-inflamasi non-steroid, etambutol, tegretol, tetrasiklin, dan digitalis.

"Makanan juga bisa jadi penyebab, seperti cokelat. Lalu cuaca, seperti udara dingin, sinar matahari, dan sinar-X," ucapnya.

Selain itu, tutur Tjandra, obat-obatan yang dikonsumsi setelah 21 hari juga akan memicu sindrom ini.

"Bila pemberian obat diteruskan dan gejala klinis membaik, hubungan kausal dinyatakan negatif. Tapi, bila obat yang diberikan lebih dari satu macam, semua obat tersebut harus dicurigai mempunyai hubungan kausal. Yang menarik, sindrom ini dapat muncul dengan episode tunggal namun dapat terjadi berulang dengan keadaan yang lebih buruk lagi."

Menurut dia, pengobatan sindrom ini berupa terapi suportif, kortikosteroid, human intravenous immunoglobulin (IVIG), antihistamin, dan bila perlu antibiotika.

Tjandra juga menyatakan, pada kasus yang tidak berat, penyembuhannya terjadi dalam dua-tiga minggu.

"Adapun yang menyebabkan kematian sebesar 5-15 persen pada kasus berat dengan berbagai komplikasi, yaitu pengobatan terlambat dan tidak memadai. Pada komplikasi, sindrom ini akan mengakibatkan kelainan kulit, sepsis, kerusakan organ tubuh, dan gangguan mata yang mengancam kebutaan," katanya.

HADRIANI P.

Berita terkait

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

16 jam lalu

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

Kebugaran dan kesehatan tubuh tak hanya soal olahraga rutin, tapi juga istirahat yang tepat

Baca Selengkapnya

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

3 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

7 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

14 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

16 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

16 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

23 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

24 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

24 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

25 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya