Menangguk Untung dari Bisnis Popok Kain

Reporter

Selasa, 24 Mei 2016 19:01 WIB

Ilustrasi popok kain/cloth diapers. Kangacare.com

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi para orang tua, kesehatan anak adalah yang utama. Apalagi jika usia anak masih sangat muda, misalnya masih bayi.

Salah satu hal yang sering dialami bayi adalah diaper rash alias ruam popok. Diaper rash ditunjukkan dengan kulit pantat bayi yang kemerahan dan bengkak. Meski umumnya tidak berbahaya, peradangan yang terjadi tetap mengganggu kenyamanan si bayi.

Kondisi ini bisa disebabkan karena bayi terlalu lama bersentuhan dengan tinja dan urine, gesekan antara kulit pantat dan popok karena popok terlalu kecil atau lembab, iritasi atau ketidakcocokan dengan produk bayi yang digunakan, serta pengaruh dari jenis makanan baru yang membuat frekuensi serta tekstur buang air besar dan kecil berubah.

Untungnya, diaper rash bisa dihindari. Salah satunya dengan menggunakan popok kain. Berbeda dengan popok sekali pakai, popok kain bisa dipakai berkali-kali karena dapat dicuci. Meski tidak tahan semalaman seperti popok sekali pakai, tapi pantat bayi menjadi lebih sehat karena popok sering diganti dan kulit pantat tidak lembab.

Hal ini ternyata dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha, seperti yang dilakukan oleh Rika Widjono. Bermula dari ketertarikannya menggunakan popok kain untuk sang anak, dia tidak menyangka popok buatannya direspons dengan baik oleh masyarakat.

Awalnya, Rika—yang rajin menulis blog—membagikan pengalamannya memakai popok kain buatan sendiri di blog miliknya. Ternyata, banyak pembacanya yang tertarik dan pesanan terus menerus masuk.

Bisnisnya pun dimulai pada 2009. Seperti banyak pelaku usaha lain yang memulai dengan memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitar, Rika juga hanya mengolah selimut bekas dan bedong bekas yang sudah tidak digunakan anaknya.

Proses trial and error berlangsung setahun, di antaranya proses pencarian bahan baku dan pola yang tepat, nyaman, serta ekonomis. Dengan modal awal sebesar Rp 2 juta, dia berhasil membuat sekitar 100 buah popok kain.

“Yang menjadi motivasi saya waktu itu adalah supaya lebih irit dan mengurangi timbunan sampah pribadi. Selain itu, dengan popok kain risiko ruam pada kulit bayi juga lebih kecil,” tutur Rika.

Popok kain memang disebut lebih irit karena tidak perlu membeli popok terus menerus tiap beberapa hari. Cukup dengan rajin mencuci, maka persediaan popok akan terus ada di rumah.

Sekarang, Rumah Popok sudah memiliki tiga merek, yaitu Enphilia, Cilipopo, dan Mommiluna. Produksi pun dikerjakan oleh empat orang pegawai.

Saban bulan, Rumah Popok dapat menghasilkan 800 buah popok kain. Dengan penjualan antara 500-800 buah per bulan yang seluruhnya disalurkan ke pasar dalam negeri, Rika dapat mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta-Rp 40 juta.

Sebagai generasi yang sadar teknologi, media sosial dimanfaatkan secara maksimal salah satunya melalui Instagram. Sebenarnya, Rumah Popok lebih mengutamakan penjualan ke distributor atau agen. “Namun, kami juga menerima pembelian langsung ke end customer melalui media sosial sebagai bentuk hubungan dengan end customer,” terangnya.

Penjualan online via Tokopedia serta aktif di berbagai komunitas pun menjadi saluran pemasaran lain yang dilakoni Rumah Popok.

Walaupun sudah menggeluti bisnis ini selama sekitar tujuh tahun, kendala bahan baku terkadang masih terjadi. Lantaran bahan popok kain yang mereka gunakan tidak mudah ditemukan di pasaran, Rumah Popok pun harus memesan khusus dari pabrik di dalam negeri. Masalahnya, pabrik tersebut tidak selalu mampu memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan.

Kendati demikian, kendala tersebut tidak menahan langkah Rika untuk memenuhi permintaan konsumen. Apalagi, merek popok kain buatannya sudah cukup dikenal orang.

BISNIS.COM

Berita terkait

Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?

Baca Selengkapnya

8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Baca Selengkapnya

Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim

Baca Selengkapnya

Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

Baca Selengkapnya

Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.

Baca Selengkapnya

Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.

Baca Selengkapnya

Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi

Baca Selengkapnya

Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.

Baca Selengkapnya

Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.

Baca Selengkapnya

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.

Baca Selengkapnya