Seorang karyawan menata kain tenun dari Kediri dalam Pameran Tenun dan Batik Nusantara di Hotel Tugu, Malang, Jawa Timur, 10 April 2015. ANTARA/Ari Bowo Sucipto
TEMPO.CO, Jakarta -Desainer Hannie Hananto punya pengalaman tersendiri dengan wastra atau kain Kediri. Ketertarikannya atau jatuh cinta dengan kain Kediri di tangan perancang berhijab ini disajikan dalam tenun Kediri dengan warna monokrom. "Saya menyajikannya dengan tema wajik dan garis," kata Hannie dalam ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2017 di Senayan City yang berlangsung beberapa waktu lalu.
Dalam koleksinya kali ini ia menyajikan busana bermotif geometris sebanyak 24 busana. Hannie yang mewakili pecinta fashion muslim mencoba mengembangkan tenun ikat Kediri dengan motif pucuk rebung menjadi produk siap pakai yang dieksplorasi sedemikian rupa tanpa menghilangkan identitas wastra Kediri.
Hannie mengembangkan motif tenunnya dalam bentuk-bentuk besar seperti pucuk rebung atau garis tebal untuk mengikuti zaman. Dia yakin apa yang dilakukannya ini dapat mendorong produk tenun bergerak lebih modern dan disukai anak-anak muda. Tak heran bila ia mengubah warna asli tenun yang ngejreng, menjadi abu-abu dan hitam.
Menurut Ferry Feronica Abu Bakar, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kediri, peran kedua perancang nasional yang menggunakan batik dan tenun Kediri memberikan angin segar bagi pengembangan kerajinan lokal.
“Hal ini sangat positif dan baik bagi kemajuan wastra Kediri,” ujar Feronica pada akhir Oktober lalu.
Feronica berujar, JFW 2017 memberikan kesempatan pada wastra Kediri untuk semakin dikenal luas dan berdampak besar bagi industri kain lokal.
“Dengan demikian, batik dan tenun Kediri tidak akan tergerus zaman. Dan orang muda akan lebih berani mengaplikasikan serta mengeksplorasi batik dan tenun Kediri,” ujarnya, bersemangat.