TEMPO.CO, Jakarta - Asma bukanlah penyakit menular. Meski demikian, penyakit yang ditandai dengan sesak dan batuk ini dapat menurunkan kualitas hidup.
"Terutama pada anak (yang menderita asma), dapat menghambat tumbuh kembang," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Lily S. Sulistyowati dalam diskusi media memperingati Hari Asma Sedunia 1 Mei, di Jakarta, Selasa, 2 Mei 2017.
Lily menjelaskan, angka kejadian asma di Indonesia sekitar 4 persen. Meski tidak terlalu tinggi, asma dapat menyebabkan kematian dengan perbandingan 1 dari 250 penderita asma.
Selain itu, Lily melanjutkan, asma kronis dapat menimbulkan stres pada penderitanya. "Selama penyakit itu tidak terkendali."
Secara terminologi, asma adalah penyakit saluran napas dengan dasar radang menahun yang mengakibatkan obstruksi atau sumbatan dan hipereaktivitas saluran napas dengan derajat yang bervariasi.
"Asma adalah penyakit kronik menahun tersering di dunia, yang menyerang anak dan orang dewasa," kata Dr Darmawan Budi Setianto, dokter spesialis respirologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Menurut data American Lung Association, sebanyak 7,1 juta anak usia di bawah 18 tahun mengidap asma. Lebih dari 4 juta anak tersebut mengalami serangan asma setiap tahunnya.
Sementara itu, riset kesehatan dasar 2013 menyebutkan asma merupakan diagnosis masuk yang paling sering dikeluhkan di rumah sakit anak dan mengakibatkan anak kehilangan 5-7 hari sekolah secara nasional per tahun, per anak.