Silang Pendapat Pengaruh Garam Pada Tekanan Darah

Reporter

Jumat, 11 Agustus 2017 08:59 WIB

Ilustrasi garam. Dok. TEMPO/Kink Kusuma Rein

TEMPO.CO, Jakarta - Dr James DiNicolantonio dari Saint Luke’s Mid-America Heart Institute, Amerika Serikat, menulis sebuah buku, yang antara lain mengungkapkan bahwa kekurangan garam akan berdampak pada berat badan (gemuk) dan menurunkan gairah seksual seseorang.

Hal itu dia ungkapkan dalam bukunya yang berjudul The Salt Fix. Dr DiNicolantonio menjelaskan, selama ini, garam disalahartikan. Dia berpendapat orang-orang seharusnya mengonsumsi lebih banyak garam.

Pendapat ilmuwan kardiovaskular itu menggemparkan dunia medis. Kepada The Guardian, Louis Levy, ahli nutrisi dari Public Health England, mengatakan, "Diet yang dilakukan saat ini justru menyebabkan penyakit. Dengan mendukung diet tinggi garam, buku yang ditulis Dr DiNicolantonio sangatlah berisiko. Telah diakui secara internasional bahwa diet tinggi garam menyebabkan tekanan darah meningkat atau dikenal juga dengan risiko penyakit jantung."

Levy menambahkan, apa yang sudah diakui dunia medis internasional itu hancur begitu saja akibat klaim DiNicolantonio. "Tugas kami adalah menekan konsumsi garam dalam industri makanan. Sejauh ini, konsumsi garam di Inggris mengalami penurunan hingga 11 persen. Hal tersebut mulai dilirik negara lain dan diharapkan mampu diterapkan secara global," ujarnya.

Di Inggris, konsumsi garam dibatasi. Orang dewasa disarankan mengonsumsi sodium sebanyak 2,4 gram pers hari, kira-kira 6 gram garam atau sekitar kurang dari satu sendok teh. Hal tersebut kemudian diadopsi World Health Organization, American Heart Association, dan Public Health England.

Namun Dr DiNicolantonio, yang telah menguji lebih dari 500 laporan medis mengenai garam, mengkritisi batasan yang diterapkan Inggris dan beberapa organisasi besar tersebut. Dalam kesempatan terpisah, dia menuturkan, "Tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung ide membatasi konsumsi garam tersebut."

Dr DiNicolantonio juga mengungkapkan hubungan antara asupan garam berlebih dan tekanan darah tinggi hanya mitos. Dr DiNicolantonio, yang juga editor British Medical Journal’s Open Heart, berujar, "Penilaian medis terhadap garam yang bersifat ortodoks seperti itu hanya didasari hipotesis belaka. Penilaiannya diperoleh dari rangkuman teori kesehatan sederhana, berdasarkan kesalahpahaman, ditambah dengan ilmu yang tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan."

Seperti dilansir dari The Guardian, Graham MacGregor, profesor pengobatan kardiovaskular di Wolfson Institute, Queen Mary University of London, mengatakan Dr DiNicolantonio berhak menyampaikan pendapat. "Namun sayangnya ia salah tempat," katanya.

Mac Gregor dikenal berhasil mendorong pemerintah mengambil alih asupan garam harian.

Tampaknya, pendapat DiNicolantonio selaras dengan para peneliti dari Boston University. Pada April lalu, mereka menemukan bukti bahwa orang yang mengonsumsi lebih sedikit garam ternyata tekanan darahnya lebih tinggi. Hal tersebut tentu mendorong adanya penelitian lanjutan.

Peneliti dari Boston University mengungkapkan anjuran membatasi asupan garam harian terlalu sederhana. Itu juga mengabaikan fakta bahwa garam dapat meningkatkan hormon dalam tubuh yang berperan menjaga tekanan darah tetap rendah.



DAILYMAIL UK | ESKANISA RAMADIANI

Berita terkait

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

24 hari lalu

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Baca Selengkapnya

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.

Baca Selengkapnya

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.

Baca Selengkapnya

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan

Baca Selengkapnya

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.

Baca Selengkapnya

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.

Baca Selengkapnya

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.

Baca Selengkapnya

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?

Baca Selengkapnya

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.

Baca Selengkapnya