TEMPO.CO, Jakarta - Obat antiretroviral sudah dikenal luas sebagai salah satu medikasi yang baik untuk penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Meskipun tidak bisa menyembuhkan, obat ini terbukti dapat menekan jumlah virus sehingga kekebalan tubuh mampu menyerang.
Sayangnya, obat antiretroviral ini belum tersedia untuk anak-anak. Bagi pasien anak, penggunaan obat antiretroviral pun harus diberikan dengan cara dibelah menjadi dua. Akibatnya, dosis yang diterima tidak sesuai dengan kebutuhan.
Lantas, apa penyebab obat antiretroviral hanya tersedia untuk dosis dewasa dan tidak untuk anak-anak? Ketua Panel Ahli HIV AIDS PIMS (Patient Information Management System), Sjamsurizal, mengatakan bahwa obat antiretroviral didatangkan dari luar negeri dan untuk mengimpor, dibutuhkan jumlah yang besar, sedangkan pasien HIV/AIDS anak di Indonesia masih dalam jumlah yang kecil.
“Sudah beberapa kali kami jelaskan bahwa jumlah pasien anak sangat sedikit. Sedangkan untuk mengimpor obat dibutuhkan ribuan. Misalnya hanya 200 anak yang HIV, sisa obat kalau diimpor akan di kemanakan?” katanya.
Bisa disimpulkan, kesulitan yang dihadapi ialah ketidakbisaan obat untuk dibeli eceran. Meski demikian, Sjamsurizal mengatakan bahwa masih ada pengobatan alternatif lain yang bisa dikonsumsi anak.
“Jadi, bukan karena obat antiretroviral ini belum tersedia tapi sulit untuk didapatkan dengan eceran. Tapi, masih ada beberapa macam obat untuk anak seperti sirup atau tablet yang bisa dikonsumsi,” ungkapnya.