TEMPO.CO, Jakarta - Banyak jemaah haji yang wafat di Tanah Suci akibat cuaca panas, selain karena penyakit penyerta dan kelelahan. Di belahan bumi lain pun banyak yang meninggal dunia akibat gelombang panas. Di Meksiko, misalnya, dikabarkan 125 orang meninggal dunia akibat cuaca panas.
Pakar pun mengungkapkan penyebab orang meninggal dunia akibat cuaca panas. Dr. Neil Gandhi, dari RS Houston Methodist menjelaskan selama gelombang panas orang bisa mengalami demam tinggi tanpa penyakit dan dianggap sebagai heat exhaustion atau heat stroke (serangan panas) parah.
Panas membunuh dalam tiga cara, kata Ollie Jay, pengajar panas dan kesehatan di Universitas Sydney di Australia. Yang pertama adalah heat stroke, kenaikan suhu tubuh yang bisa menyebabkan gagal organ.
Ketika suhu tubuh terlalu panas, tubuh langsung mengalirkan darah ke kulit untuk menyejukkan. Namun hasilnya aliran oksigen dan darah teralihkan dari lambung dan usus dan racun yang berada di area itu bisa bocor ke aliran darah.
Dehidrasi dan otak panas
Namun, pembunuh terbesar akibat cuaca panas adalah tekanan di jantung, terutama pada penderita penyakit kardiovaskular. Darah yang mengalir ke kulit membuat tekanan darah turun drastis. Jantung meresponsnya dengan memompa lebih banyak darah sehingga bekerja lebih keras.
Pembunuh ketiga adalah dehidrasi. Saat orang berkeringat maka cairan tubuh pun berkurang sehingga memperberat kerja ginjal. Dehidrasi bisa menyebabkan syok dan organ pun gagal berfungsi karena kekurangan darah, oksigen, dan nutrisi, menyebabkan orang tak sadarkan diri dan meninggal.
Panas juga mempengaruhi otak, membuat orang linglung dan susah berpikir. Kebanyakan orang tak menyadari hal ini dan risiko semakin tinggi pada lansia. Demikian dilansir dari Fox News Digital.
Pilihan Editor: Peralihan Musim Bikin Cuaca Tak Menentu, Bentengi Tubuh dengan Vitamin Berikut