Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Perlu Dimulai di Usia 35-40 tahun

Reporter

image-gnews
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Universitas Indonesia Depok, Prima Almazini, menjelaskan pencegahan penyakit jantung koroner pada usia lanjut sebaiknya dilakukan mulai usia 35-40 tahun. Pasalnya, faktor risiko yang menyebabkan proses penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner oleh plak pada usia tersebut mulai tampak karena sudah berlangsung dalam kurun waktu cukup lama.

"Sejak usia muda sebenarnya sudah terjadi secara bertahap pada dinding-dinding pembuluh darah. Lama-lama semakin menebal dan menimbulkan penyumbatan atau penyempitan di pembuluh darah hingga akhirnya serangan jantung atau henti jantung mendadak pada usia lanjut (56 tahun ke atas)," kata Prima dalam seminar daring bertajuk "Bicara Sehat ke-96 RS UI: Mengenal Penyakit Jantung Koroner" yang dilihat di Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.

Dia mengatakan di dunia setiap tiga detik ada yang meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke. Di Indonesia, satu dari 10 orang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner. Total biaya pelayanan yang dihabiskan penyakit jantung sebesar Rp 7,4 triliun dan terbanyak dari seluruh jenis penyakit pada 2016.

"Sehingga kita perlu melakukan upaya-upaya untuk menangani dan juga yang penting adalah untuk mencegah. Selain angka kematian yang tinggi, efeknya terhadap pembiayaan kesehatan juga sangat tinggi," jelasnya.

Timbulnya plak dapat terjadi karena sejumlah faktor risiko, di antaranya hipertensi atau tekanan darah di atas 140 per 90 mmHg, diabetes melitus atau kadar gula darah tinggi, dan obesitas atau indeks massa tubuh (IMT) melebihi standar atau angka 25,0 setelah dihitung memakai rumus IMT, yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan.

Pasang ring dan by pass
Faktor risiko berikut adalah kolesterol tinggi (dislipidemia) dan merokok. Menurut Prima, faktor risiko itu hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin, konsultasi dokter, serta pemeriksaan laboratorium. Jika faktor risiko ditemukan maka orang diminta segera berhenti merokok, berolahraga secara teratur, diet seimbang, istirahat cukup, serta kelola stres dengan baik agar mengurangi risiko.

"Lakukan adopsi gaya hidup sehat seperti mengurangi garam, gula, makanan mengandung minyak hingga santan dan jeroan, melakukan aktivitas fisik teratur, dan teruskan kontrol faktor risiko dengan cek kesehatan rutin, lakukan konsultasi dokter hingga pemeriksaan laboratorium," saran Prima.

Ia mengatakan orang yang mengalami henti jantung mendadak atau serangan jantung biasanya tidak memiliki gejala sebelumnya sehingga penyakit jantung koroner disebut juga sebagai silent killer atau pembunuh senyap.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Karena sumbatan yang timbulnya bertahap tadi sudah mencapai puncaknya. Artinya aliran darah sudah tidak lagi lancar, nutrisi juga tidak lancar, otot-otot jantung terganggu fungsinya, dan itu akan mengakibatkan kerusakan pada tubuh secara keseluruhan," paparnya.

Gejala khas yang dapat dirasakan penderita penyakit jantung koroner adalah keluhan nyeri dada atau tertekan berat di area dada selama lebih dari 20 menit disertai rasa terbakar, bahkan sampai keringat dingin membasahi semua badan, atau gejala lain seperti lemah, mual, dan pusing. Kalau sudah terjadi maka pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi, yaitu dengan terapi meliputi pemberian obat-obatan hingga pemasangan ring.

"Terapi pemasangan ring ini hanya ditujukan untuk pengobatan, bukan pencegahan, karena kalau belum tampak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, bagaimana bisa tahu di area mana plaknya menumpuk," kata Prima.

Sedangkan pengobatan dengan operasi atau operasi by pass atau upaya menyambungkan pembuluh darah aorta yang memasok darah ke seluruh tubuh ke pembuluh darah koroner. Sambungan itu terletak lebih tinggi atau di atas pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat.

"Tujuannya sama, intinya ingin memperlancar aliran darah dengan adanya sambungan itu sehingga semua otot jantung dapat mendapatkan aliran darah yang optimal," tegas Prima.

Pilihan Editor: Dokter Jantung Sebut Pentingnya Jaga Tekanan Darah yang Normal untuk Hindari Masalah Koroner

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tim Dokter Arab Saudi Latih Dokter Indonesia dalam Operasi Jantung Anak

16 jam lalu

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyambut tim dokter bedah jantung KSrelief di Medan, Sumatera Utara. (Kementerian Kesehatan RI)
Tim Dokter Arab Saudi Latih Dokter Indonesia dalam Operasi Jantung Anak

Tim dokter Arab Saudi melatih rekan-rekan mereka di Indonesia dalam operasi jantung anak dan membantu memperluas akses ke perawatan jantung anak


Kerap Marah Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

1 hari lalu

Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Kerap Marah Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

Marah yang berlebihan dapat memicu serangan jantung. Berikut beberapa alasan mengapa bisa terjadi.


Menkes Budi Gunadi Sebut Sumut Belum Memiliki Dokter Bedah Jantung Anak

1 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai membahas kerjasama program Gas-Kipas Stunting bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Kantor Apindo, Jakarta pada Rabu, 8 Mei 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang.
Menkes Budi Gunadi Sebut Sumut Belum Memiliki Dokter Bedah Jantung Anak

Pemerintah gandeng Arab Saudi untuk mendatangkan dokter-dokter bedah jantung anak untuk mengobati dan mengajari dokter-dokter Indonesia


Fakta di Balik Konser Terakhir Elvis Presley, 2 Bulan Kemudian Raja Rock and Roll Tewas di Kamar Mandi

3 hari lalu

Musisi dunia yang terkenal dengan penampiannya yang enerjik yang dijuluki sebagai King of Rock & Roll, Elvis Presley diketahui meninggal dunia karena overdosis pada 16 Agustus 1977. Tewasnya Elvis masih banyak perdebatan karena hasil otopsi Elvis disembunyikan oleh Ibu tirinya. telegraph.co.uk
Fakta di Balik Konser Terakhir Elvis Presley, 2 Bulan Kemudian Raja Rock and Roll Tewas di Kamar Mandi

Elvis Presley konser terakhir kali di Indianapolis, Amerika Serikat, pada 26 Juni 1977. Dua bulan kemudian, Raj Rock and Roll ditemukan tewas.


Saran Dokter Penerbangan buat Penderita Penyakit Jantung yang Akan Bepergian

3 hari lalu

Ilustrasi penumpang pesawat (pixabay.com)
Saran Dokter Penerbangan buat Penderita Penyakit Jantung yang Akan Bepergian

Pasien penyakit jantung koroner aman bepergian menumpang pesawat terbang namun perlu tindakan asesmen secara medis.


8 Faktor Risiko Serangan Jantung, Penyebab Kematian Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot

4 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
8 Faktor Risiko Serangan Jantung, Penyebab Kematian Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot

Serangan Jantung merenggut nyawa Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot. Apa saja faktor risikonya?


Atasi Hipertensi dengan Minum Obat Rutin, Ubah Gaya Hidup dan Kurangi Garam

4 hari lalu

Ilustrasi anak hipertensi/tekanan darah tinggi. Shutterstock.com
Atasi Hipertensi dengan Minum Obat Rutin, Ubah Gaya Hidup dan Kurangi Garam

Tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi bisa sebabkan plak pada pembuluh darah dan sebabkan penyakit jantung koroner.


Dokter Jantung Sebut Pentingnya Jaga Tekanan Darah yang Normal untuk Hindari Masalah Koroner

4 hari lalu

Ilustrasi cek tekanan darah. shutterstock.com
Dokter Jantung Sebut Pentingnya Jaga Tekanan Darah yang Normal untuk Hindari Masalah Koroner

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner sehingga pemilik riwayat kondisi tersebut harus menurunkan tekanan darahnya.


Kelompok Paling Rentan saat Cuaca Panas dan Perlu Pengawasan Khusus

5 hari lalu

Ilustrasi seorang anak minum air putih. Shutterstock
Kelompok Paling Rentan saat Cuaca Panas dan Perlu Pengawasan Khusus

Terlalu lama berada di luar ruangan saat cuaca panas bisa meningkatkan risiko kesehatan, terutama kelompok rentan. Siapa saja mereka?


Memahami Diseksi Aorta, Robeknya Pembuluh Darah Besar dan Penanganannya

8 hari lalu

Tim medis melakukan operasi jantung di ruang operasi di Klinik Saint-Augustin di Bordeaux, Prancis, 25 Oktober 2018. REUTERS/Regis Duvignau
Memahami Diseksi Aorta, Robeknya Pembuluh Darah Besar dan Penanganannya

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan diseksi aorta atau robeknya pembuluh darah besar, antara lain hipertensi, penyakit arteri koroner.